6. apa-apaan sih lo?

138 23 1
                                    

Setelah menghabiskan makanannya, kini eca dan bian mulai berdiskusi soal event di kampusnya.

"Jadi progressnya udah sampai mana mas?" Tanya eca lalu menyedot lemon teanya.

"Gua sih udah bikin beberapa lirik dan nambahin nada, tinggal nanti di eksekusi ajah. Terus lo udah bikin koreonya?" Tanya bian

"Kalau soal itu sih gua udah siap, tinggal di singkronin ajh nanti pas lagunya udah jadi mas" ujar eca

Bian mengangguk "sip, nanti malem gua kelarin ca"

Ketika mereka sedang serius-seriusnya berdiskusi soal event kampus, tiba-tiba dika datang menarik lengan eca dengan ekspresi datar.

Eca dan bian pun terkejut dengan kehadiran dika yang menarik lengan eca. Eca mengernyit tak suka karena lengannya di tarik tiba-tiba oleh dika, di tambah ia malah jadi pusat perhatian seluruh mahasiswa yang berada di kantin.

"Apa-apan sih lo?" Ujar eca membentak sambil berusaha menepis genggaman dika, namun tak berhasil di tepis karena genggaman dika terlalu kuat.

"Bangun cepet, ikut gue!!" ujar dika dingin

"Lo sakit ya? Ga ada angin ga ada ujan, tiba-tiba datang ga jelas terus nyuruh gua ikut lo. Gua ga mau!" Ujar eca sambil masih berusaha menepis genggaman dika.

"IKUT GUA SE.KA.RANG AERSA WIDIA PRATAMA!" Ujar dika tegas.

Eca hanya menelan salivanya, karena dika baru saja menyebut namanya dengan lengkap setelah peristiwa 11th yang lalu. Ia pun tersentak kala dika menariknya untuk berdiri.

Bian yang melihat tindakan dika yang kasar membuatnya ikut tersulut emosi "Dika, lo jangan kasar gitu sama eca!" Ujar bian

"Diem lo mas! Urusan gue mau kasar atau engga sama dia! Lo sendiri yang nyuruh gua ke sini kan? Sampe gua harus batalin janji sama gebetan gua!"

"Tapi ga mesti kasar juga dika, gua nyuruh lo ke sini buat bertanggung jawab bukan buat ngasarin eca!"

"Ck.." dika lalu menarik lengan eca meninggalkan bian.

"Dik.. dika!!" Teriak bian namun tak di gubris oleh dika "Aishhh... Pala batu banget sih jadi anak" ujar bian sambil mengacak-acak rambutnya frustasi

Sementara itu eca kewalahan mengikuti langkah dika yang sangat cepat dengan lengan yang masih di tarik paksa oleh dika membuatnya meringis kesakitan, karena tarikan dan genggaman dika yang tidak main-main.

"Tas gua masih di sana dika, Lo mau bawa gua ke mana sih?"

Dika hanya diam tak menanggapi pertanyaan eca.

"WOI, LO BUDEK? GUA NANYA, KITA MAU KEMANA? TANGAN GUA SAKIT!!!" Ujar eca berteriak.

Dika masih diam tak menanggapi dan tetap berjalan menuju ke parkiran mobil.
-
-
-
-
-
Sesampainya di tempat mobilnya terparkir, dika langsung membuka pintu mobilnya.

"Masuk!" Ujarnya sambil mendorong eca agar masuk ke dalam mobil

"Sshhh.." ringis eca

Setelah memastikan tubuh eca sudah masuk dengan sempurna ke dalam mobil, dika pun menutup pintunya dengan keras.

Eca yang di dalam kaget, matanya pun sudah berkaca-kaca. Baru kali ini ia mendapati dika yang seperti ini, setelah peristiwa 11th yang lalu. Dika sangat Menakutkan, sungguh.

Tak lama dika pun masuk kedalam mobil, ia langsung memakai seatbelt. Lalu menengok ke arah eca.

"Pake seatbeltnya!" Ucapnya dingin

Eca hanya diam karena menahan tangis.

Karena tak mendapatkan respon dari eca, dika pun akhirnya berinisiatif untuk memasangkan seatbelt pada eca. Namun, ketika dika memajukan tubuhnya ke arah eca, eca malah menghindar. Tetapi dika tetap memajukan tubuhnya sampai ia bisa memasangkan seatbelt untuk eca.

Setelah berhasil memasangkan seatbelt untuk eca, ia pun menyalakan mesin mobilnya lalu menancapkan gas, meninggalkan area kampus.

Kini eca pasrah, terserah ia mau di apakan oleh dika. Ia sangat takut, karena aura dingin dari dika yang membuatnya menjadi ciut.

"Ga usah nangis! Gua cuma mau bawa lo ke toko hp" ujar dika tanpa menoleh ke arah eca karena fokus menyetir.

Eca yang ketahuan menangis pun langsung menghapus air matanya.

"tadi mas bian telfon gue, gua harus tanggung jawab karena udah ngerusakin hp lo! Kalau gue engga mau tanggung jawab nanti gue bakalan di aduin ke ayah" lanjutnya

Eca tak menanggapi ucapan dika, ia terlalu malas untuk menanggapinya. Ia memilih menatap keluar jendela mobil.

"Gua minta maaf, tadi udah kasar. Jangan nangis lagi, gua ga suka liat lo nangis!"

Mendengar pernyataan dika, membuat eca menoleh ke arah dika.

"Huh?"

"Jangan GR lo, gua cuma ga mau di tanya-tanya sama papah adam gara-gara lo nangis"

Eca diam tak menanggapi ucapan dika.

Kini hening yang menemani perjalanan mereka berdua. Tak ada yang ingin membuka percakapan di antara mereka. Eca pun malas untuk sekedar membuka mulutnya, karena sudah terlalu kesal atas perlakuan dika yang menarik lengannya.

Karena merasa bosan dengen keheningan, dika akhirnya menyetel musik untuk memecahkan keheningan. Ia memilih musik bergenre jazz.

Eca yang lelah di tambah alunan musik jazz, membuatnya mengantuk. Dan belum sampai di pertengahan lagunya di putar ia pun sudah terlelap dalam tidur.

Dika diam-diam melirik kearah eca. Saat melihat eca sudah terlelap ia pun menepikan mobilnya sebentar, lalu menurunkan kursi yang di duduki eca, agar eca bisa tidur dengan nyaman. Tak lupa ia pun membuka jaket yg ia pakai untuk menyelimuti eca.

Setelah memastikan eca terlelap dengan nyaman, ia pun melanjutkan perjalanan menuju mall terbesar di kota jakarta.
-
-
-
-
-
Kini dika telah memarkirkan mobilnya di dalam parkiran mall ternama di jakarta. Ketika ingin turun Ia ragu, apakah harus membangunkan eca atau tidak? Namun melihat eca yang tertidur sangat pulas, akhirnya ia memutuskan untuk turun sendiri karena tak tega membangunkan eca.

Ia pun berlari menuju lift, namun sesampainya di depan lift ia mendesis karena melihat angka yang masih berada di lantai 7. Akan sangat lama jika harus menunggunya, akhirnya ia pun berlari menuju eskalator.

Masa bodo jika ia harus menjadi pusat perhatian banyak orang karena berlari-lari, yang terpenting ia harus cepat sampai ke lantai 5 untuk membelikan ponsel untuk eca.

Setelah memakan waktu 10 menit untuk berlari-lari menuju lantai 5, akhirnya ia sampai juga ke tempat toko hp langganannya. Ia pun tak ingin membuang-buang waktu untuk melihat-lihat, ia langsung memilih ponsel yang sama persis dengannya, lalu membayarnya langsung. terserah eca mau suka atau tidak suka, yang penting ia sudah menggantikan ponsel eca yang retak.

Karena tak ingin meninggalkan eca terlalu lama di dalam mobilnya, ia pun lari kembali setelah menerima totebag berisikan ponsel dari kasir toko hp langgananya.

Ketika sudah sampai di eskalator menuju lantai 3, ia pun memutuskan berhenti sejenak "Hahhh...hahh cape juga gua lari-larian. Lagian kenapa juga gua pake lari segala ya? Kaya lagi di acara uang kaget ajah gua anjir" monolognya sambil mengatur nafasnya.

"aduh ini eskalatornya lelet amat sih!!" keluhnya, karena merasa eskalatornya sangat lambat, ia pun memutuskan lari kembali hingga sampai pada parkiran mobil.

Sesampainya di tempat mobilnya terparkir, ia pun langsung membuka pintu mobil dan menutupnya dengan hati-hati, takut membangunkan eca.

"Hahh.. gila cape gue!" Keluhnya, lalu memandang eca yang masih terlelap "lo kalo lagi tidur polos banget kaya bayi, tapi kalo bangun sangar banget kaya singa!" ucapnya tersenyum tipis sambil mengelus surai pirang eca pelan.

Ia pun lanjut menyalakan mesin mobil, meninggalkan area mall untuk menuju ke rumah eca.

MUSUH, TAPI MENIKAH?Where stories live. Discover now