- Pt. 2 -

17 5 0
                                    

"Aku akan segera menikahkanmu dengan anak teman Papa dan yang pasti dia sama sepertimu, hanya saja dia tiga tahun lebih muda darimu. Tapi itu tak jadi masalah."

"Papa punya alasan tersendiri kenapa Papa melakukan ini Hyuna. Papa akan menikahkanmu dengan anak teman Papa dan yang pasti dia seorang pengusaha muda juga sepertimu. Dia tampan dan kelewat kaya raya. Namanya Jeon Jungkook, dia pewaris tunggal dari keluarga Jeon. Hanya saja dia tiga tahun lebih muda darimu. Tapi itu tak jadi masalah."

"Tapi Pa... Hyuna saja tidak mengenal pria itu, bertemu saja tidak pernah. Meskipun dia tampan kaya raya dan dia juga pewaris tunggal dari keluarganya, kalau Hyun tidak mencintainya bagaimana Hyuna akan hidup bersamanya dalam ikatan pernikahan bersama dia," Nada suaraku agak meninggi, bayangkan saja kalau kalian yang berada diposisiku dan harus menikahi seorang pria yang sama sekali tidak kalian kenal dan bertemu saja belum pernah, apalagi melihat wajahnya. Lalu kalian akan hidup berdua selamanya dalam sebuah status ikatan pernikahan. Gila saja, lebih baik aku kabur dari rumah ini dan menjadi gelandangan saja diluar sana dari pada harus menikah dengan pria itu.

"Hyuna-yaa...dengarkanlah Papamu ini. Papa hanya ingin memberikan yang terbaik untukmu."

Yang terbaik apanya? Dimana letak otak Papa sekarang? Apakah dia tidak memikirkan anaknya ini? Pikirku dalam hati.

"Tapi Pa... Hyuna masih tidak ingin menikah. Hyuna masih ingin menikmati pekerjaan tanpa beban status menjadi seorang istri seseorang. Bahkan Hyuna tidak berpikir untuk menikah dalam waktu dekat atau bahkan tahun ini," balasku.

"Kau ingin menunggu apalagi Hyuna? Kau ini sudah cukup matanng untuk menikah dengan usiamu yang kini menginjak dua puluh delapan tahun. Apa kau mau menjadi perawan tua? Atau kau ingin menikah setelah Papa dan Mama-mu ini meninggal?" Jawab Papa.

"Bukan begitu Pa. Hanya saja Hyuna masih belum siap untuk menikah."

"Tidak ada tapi-tapian Hyuna. Kau harus segera menikah dan kau juga harus memberikan keturunan untuk melanjutkan garis generasi keluarga kita."

"Terserah Papa saja," Kata-ku pasrah kepada Papa. Jika tidak, pasti Papa akan memaksaku hingga aku mau meikah. Jika aku menolakpun aku akan tetap dinikahkan. Oh, ya Tuhan apakah ini jalan hidupku? Harus diatur dan semua apa yang akan kulakukan dimasa depan sudah ada yang mengatur. Hidupku memang sudah seperti robot, atau memang aku adalah robot yang mempunyai nyawa hanya saja aku punya hati dan kemauan.

"Hari ini kau jangan bekerja dahulu."

Apa-apaan ini? Tadi sudah disuruh untuk menikah secepatnya dan sekarang aku tidak boleh bekerja. Yang benar saja. Bagaimanapun, aku sudah cinta dan terbiasa dengan pekerjaanku ini. Untuk apa lagi Papa melakukan ini, Pikirku dalam hati.

"Tidak bisa Pa, hari ini Hyuna harus ke kantor karena hari ini perusahaan kita akan ada meeting dengan perusahaan besar dan Hyuna tidak bisa meninggalkan atau mengundurkan jadwal meetingnya, Hyuna juga harus memenangkan sebuah Tender agar Shin Company semakin melebarkan sayapnya."

"Tenang, biar hari ini Papa yang akan pergi ke kantor untuk menggantikanmu dan mengurusi semuanya, berikan saja semua jadwalmu hari ini kepada asisten Papa. Sekarang kau bersiaplah pergi ke salon langgananmu itu."

Setelah mendengarkan perkataan Papa, aku sukses membulatkan mataku.

"Mwo?"

"Nanti malam keluarga Jeon akan kemari untuk makan malam dan melihat menantunya ini." Ujar Papa dan aku langsunng saja membulatkan mataku. Bagaimana tidak terkejut jika Papa memberi tahu kalau aku akan dinikahkan dan hari itu juga keluarga Jeon itu akan datang kerumah untuk makan malam.

"Nanti malam keluarga Jeon akan kemari untuk makan malam dan melihat menantunya ini," Ujar Papa dan aku langsung saja membulatkan mataku. Bagaimana tidak terkejut jika Papa memberi tahu kalau aku akan dinikahkan dan hari ini juga keluarga Jeon itu akan datang kerumah untuk makan malam. Ini gila. Ini sangat gila. Sungguh.

"Pulanglah setelah kau membuat wajahmu yang cantik itu tampak terlihat semakin cantik anakku. Papa tidak mau keluarga Jeon itu kecewa."

Setelah mengatakan hal itu Papa berlalu dari hadapanku dan langsung keluar dari ruangan ini. aku tidak tahu Papa kemana. Tapi yang jelas apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah aku harus keluar secara diam–diam dan kabur meninggalkan rumah ini? tapi itu hanya akan menambah masalah saja. Jadi aku mengurungkan niatku untuk kabur dan mau tak mau aku harus menuruti kemauan sialan Papa. Aku sangat menyayangi kedua orang tuaku. Jadi, aku tidak bisa menolak apapun yang dikatakan oleh kedua orang tuaku. Itulah kelemahanku, aku diciptakan untuk selalu patuh dengan kedua orang tua dan akan terus seperti itu. Sampai kapanpun. Aku akan menjadi Hyuna yang terlalu sayang kepada kedua orang tuanya sehingga tidak bisa membantah sedikitpun apa yang mereka katakan atau mereka inginkan.

Aku berjalan keluar dari ruang kerja Papa dan berjalan menaiki anak tangga menuju ke lantai atas untuk kembali ke kamar. Ketika aku sampai dikamar aku langsung menyambar ponselku yang berada diatas nakas dan segera menghubungi seseorang untuk menemaniku ke salon seperti apa yang dikatakan Papa. Karena jika aku tidak menuruti apa mau Papa aku sama saja melukai hatinya terutama Mama. Jadi, aku harus menuruti keinginan dari kedua orang tuaku itu.

"Yoboseyo, ada apa kau tiba–tiba saja menghubungiku?" kata orang yang berada diseberang sana.

"Tidak ada apa–apa."

"Katakan saja, aku yakin kau ada maksud disaat menghubungiku terlebih dahulu seperti sekarang, ayolah Hyuna aku ini temanmu sedari kecil sampai kau sekarang berusia 28 tahun. Jadi jangan coba berpura–pura dan menipuku."

Dan ya, aku tidak bisa berbohong dengan seseorang yang saat ini berbicara lewat telepon bersamaku. Sepertinya dia benar–benar mengenalku.

"Arasseo, aku memang tidak pandai jika harus berbohong denganmu."

"Aiish... Hyuna-yaa segera katakan!"

"Cepat jemput aku dirumah lalu aku akan menceritakan semuanya kepadamu," Tukasku.

"Yeoksi, kau akan mengatakan ini. Arasseo, sekarang kau bersiaplah aku akan tiba dirumahmu lima belas menit lagi."

Setelah mengatakan itu dia langsung menutup teleponnya sehingga sambungannya denganku terputus. Lalu, aku meletakkan kembali ponselku diatas nakas dan aku segera mandi untuk membersihkan diriku karena Jimin akan datang kesini lima belas menit lagi.

Selesai mandi aku mengambil bathrobe-ku dan memakainya. Saat aku akan keluar aku terkejut ketika melihat Jimin yang berdiri didepan pintu kamar mandiku.

"Yakk!! Jimin kau mengagetkanku, kenapa kau berdiri disini hah? Siapa yang menyuruhmu?" kataku.

.

.

.

.

.

.

TBC

makasih buat yang nugguin cerita aku😍tunggu di bab selanjutnya 😉jangan lupa tekan bintangnyaa oke 👍biar aku semangat buat nerusin nulis ceritanya.

Sampai jumpa bab selanjutnya💜💜

Thank you all. Borahaee💜💜💜

-salam manis, jeonsaa✨ 

Perjanjian Pernikahan - Jeonsaa13Where stories live. Discover now