~ Pt.4 ~

25 5 0
                                    

"Aiish... sejak dulu kau memang tidak berubah." gumamku sambil tersenyum menatap punggung Jimin yang semakin menghilang dan tertutup oleh pintu kamar.

Setelah mengganti pakaian dan memoles wajahku dengan make-up tipis aku keluar kamar dan menuruni anak tangga menuju lantai dasar. Sesampainya dilantai dasar aku tidak menemukan sosok Jimin disana, lantas aku langsung berinisiatif melangkahkan kaki ku keluar rumah, dan benar saja sekarang Jimin berada di depan. Dia sedang bersender ke mobil Sport kesayangannya itu dengan tangan kanan bermain ponsel dan tangan kiri-Nya ia masukkan ke dalam saku celananya. Sungguh terlihat tampan dan sempurna sekali. Aku yakin, jika ada perempuan selain aku yang melihat pemandangan ini dia tidak akan bisa melepaskan pandangannya dari Jimin.

Aku melangkahkan kakiku menuju Jimin. Saat aku melangkah menuju Jimin, kupandangi dengan cermat pria yang sedang berada di depanku itu dari ujung kaki hingga ujung kepalanya. Aku berpikir mengapa pria setampan dan sekaya Jimin ini tidak kunjung menikah? Apa kurangnya dari seorang Park Jimin ini? Dia tampan, kaya raya dan dia juga termasuk 10 orang pengusaha muda yang sukses di Korea Selatan, bahkan dia kini menjabat sebagai seorang CEO muda. Jimin bahkan sering berganti pasangan tetapi hanya untuk kesenangannya saja. Hampir semua pasangan yang ia bawa dan ia tunjukkan padaku hanya untuk bergaya, pamer, dan nafsunya saja. Saat aku bertanya padanya, mengapa dia tidak kunjung menikah padahal dia sudah mapan dan kini umurnya menginjak dua puluh sembilan tahun. Jimin selalu menjawab kalau seandainya dia menikah, tidak akan ada lagi yang akan menemaniku kemana pun seperti sekarang ini.

Setelah aku sampai dihadapannya, saat itu juga Jimin menyadari keberadaanku.

"Sudah selesai?" ucapnya seraya memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Kau tak melihatku sudah siap begini Jim? Apakah kau harus ku antarkan untuk periksa mata terlebih dahulu? Sepertinya pengelihatanmu mulai kabur karena kau semakin menua," kataku sambil tertawa menatap Jimin.

Jimin tak menanggapi perkataanku dan dia langsung pergi untuk membukakan pintu penumpang. Aku langsung menyusulnya dan segera masuk kedalam mobil Jimin. Setelah aku masuk Jimin menutup pintunya dan kini berlari kecil untuk ke pintu bagian kemudi yang berada disampingku.

"Kemana kita sekarang?" tanyanya sambil memasang sabuk pengaman dan menghidupakan mobilnnya.

"Antar aku ke salon langgananku Jim."

Jimin menyerngitkan matanya, aku tahu dia pasti bingung kenapa aku memintanya mengantarkanku untuk ke salon. Karena biasanya saat aku pergi ke salon ketika ada acara keluarga atau rapat yang mengharuskan ku untuk tampil serapi dan sesempurna mungkin.

"Apakah kau akan ada pertemuan bisnis?" katanya sambil menatapku.

"Antar aku dulu Jim, nanti akan ku ceritakan semuanya kepadamu."

"Baiklah, kau berhutang penjelasan kepadaku Hyuna-ssi" balasnya.

"Iya Jim," balasku singkat.

Setelah mendengarkan perkataan ku itu tanpa basa-basi Jimin langsung menancapkan gas menuju ke salon langgananku.

*****

Aku membuka pintu salon itu disusul oleh Jimin yang mengikutiku di belakang dan langsung disambut oleh pegawai salon yang setahuku bernama Kang Sihyeon itu, karena namanya terpampang jelas di pakaian yang kini digunakannya.

"Ada yang bisa saya bantu Nyonya Shin?" kata Sihyeon sambil membungkukkan badan dengan sopan.

"Aku mau merawat diriku dari ujung rambut hingga ujung kaki ku, dan berikan perawatan yang terbaik disini."

"Baiklah nyonya Shin silahkan ikut saya," ucapnya.

Sebelum aku melangkahkan kakiku mengikuti langkah kaki Sihyeon aku menghampiri Jimin terlebih dahulu. Ketika aku sudah sampai tepat berada di depannya dia langsung menyadari itu dan berkata sambil menatap wajahku.

"Aku akan menunggumu sampai selesai disini Hyuna-yaa."

"Baiklah kalau begitu aku akan masuk terlebih dahulu."

Jimin menganggukkan kepalanya seraya tersenyum kepadaku lalu mengalihkan pandangannya kesuatu tempat. Tetapi setelah itu dia mengedipkan sebelah matanya, dan aku tau dia sedang menggoda Sihyeon sekarang. Benar saja ketika aku berbalik untuk meninggalkan Jimin dan menuju ke arah Sihyeon. Dia sedang tersenyum malu dan menatap Jimin. Saat Sihyeon menyadari bahwa ada aku dia langsung mengaihkan pandangannya kepadaku.

Setelah aku melakukan perawatan sedemikian rupa disalon langgananku selama berjam-jam lamanya aku segera keluar dan meninggalkan salon itu bersama Jimin. Sebenarnya aku malas untuk pergi ke salon dan berdandan seperti ini. Hanya saja pekerjaanku dan orang tuaku yang mengharuskanku agar selalu tampil dan terlihat sempurna seperti ini.

"Jim, setelah ini antar aku ke butik langgananku juga. Hanya sebentar tidak lama kok, aku hanya mengambil pakaian saja. Aku sudah memesannya tadi sewaktu disalon. Jadi, tenang saja kali ini tidak akan lama," kataku panjang lebar sambil melihat kearah Jimin yang sedang fokus menyetir. Tapi setelah aku menatapnya Jimin melihat kearahku sekilas lalu tersenyum sambil mengangguk.

"Tapi katakan dulu kepadaku kenapa kau harus repot-repot seperti ini? Sejak pagi disalon dan sekarang ingin ke butik untuk mengambil pakaian. Apakah kau mulai menyukai pergi ke salon dan ke butik seperti ini Hyuna?" balasnya.

.

.

.

.

.

.

TBC

Akhirnya ada kesempatan update juga HAHAHA. Anyway, aku mau ngucapin terimakasih untuk kalian yang masih stay nunggu cerita ini. Stay healthy everyone💜

tetap tinggal yaa😍tunggu di bab selanjutnya 😉jangan lupa tekan bintangnyaa oke 👍biar aku semangat buat nerusin nulis ceritanya.

Sampai jumpa bab selanjutnya💜💜

Thankyou all. Borahaee💜💜💜

Perjanjian Pernikahan - Jeonsaa13Where stories live. Discover now