~ Pt. 3 ~

20 4 0
                                    

Setelah mengatakan itu dia langsung menutup teleponnya sehingga sambungannya denganku terputus. Lalu, aku meletakkan kembali ponselku diatas nakas dan aku segera mandi untuk membersihkan diriku karena Jimin akan datang kesini lima belas menit lagi.

Selesai mandi aku mengambil bathrobe-ku dan memakainya. Saat aku akan keluar aku terkejut ketika melihat Jimin yang berdiri didepan pintu kamar mandiku.

"Yakk!! Jimin kau mengagetkanku, kenapa kau berdiri disini hah? Siapa yang menyuruhmu?" kataku.

"Kau yang menyuruhku Hyuna-ssi."

"Sejak kapan aku menyuruhmu Jimin-ahh," tanyaku sambal berkacak pinggang.

"Tadi, kau kan menelfonku dan menyuruhku untuk datang ke rumahmu, apakah kau lupa? Ah ya kau lupa karena kau semakin tua dan tidak segera menikah."

"Astaga Jim, aku menyuruhmu untuk datang ke rumahku. Tapi tidak ke kamar mandi juga. Kau kan bisa menungguku di ruang tamu."

"Aku kan temanmu Hyuna-ssi, ahh bukan melainkan sahabatmu sejak kita kecil."

"Aiishh... kau ini kan sahabatku bukan suamiku Jim," Kataku sambil pergi melewati Jimin, namun Jimin mengikutiku dari belakang.

Aku melangkah ke arah lemari pakaianku berada. Setelah sampai didepan lemari pakaian aku langsung membukanya dan mencari baju apa yang akan ku kenakan. Saat selesai menemukan sepasang baju untuk ku kenakan hari ini aku memutar tubuh untuk mencari sosok yang tadi tiba-tiba saja berada di kamar mandiku, dan sekarang aku tengah melihat Jimin yang sedang duduk diatas tempat tidurku dengan satu kakinya dilipat keatas. Aku langsung menghampirinya dan berkata kepadanya.

"Kenapa kau masih ada disini?"

"Yang jelas aku sedang menunggumu Hyuna, untuk apalagi aku disini selain menunggumu hah?"

"Aku sudah bilang kepadamu tadi Jim, kau bisa menungguku diluar atau setidaknya diruang tamu. Sekarang cepat keluarlah agar aku bisa mengganti pakaian dan agar kita cepat pergi."

"Hmm... baiklah aku akan menunggumu di depan, cepatlah berganti pakaian atau barangkali kau mau kugantikan saja?" godanya kepadaku dan langsung ku balas dengan tatapan tajam.

"Sudalah cepat keluar Jim."

"Arasseo, aku akan keluar."

Tapi sebelum keluar Jimin berjalan mendekatiku dan langsung mencium keningku. Setelah itu dia langsung pergi begitu saja sambil tersenyum penuh kemenangan karena Jimin telah berhasil mencium keningku. Jangan tanya lagi kenapa Jimin berani menciumku seperti tadi. Jimin lebih tua satu tahun dariku dan dia sudah ku anggap sebagai kakakku begitu pula sebaliknya Jimin juga menganggapku sebagai adiknya. Lebih tepatnya adik kesayangan seorang CEO muda bernama Park Jimin itu. Meskipun kita bukan sedarah tetapi insting dan firasat aku dan Jimin sudah layaknya saudara kandung, atau mungkin karena kita berdua sedari kecil sudah terbiasa bersama hingga dia dan aku sudah seperti saudara kandung, entalah aku tidak tahu.

Aku sangat menyayangi Jimin seperti Jimin menyayangiku. Jimin pernah berkata padaku jika ada yang melukaiku dan kalau Jimin sampai tahu hal itu terjadi padaku, dia akan menjadi orang pertama yang akan melindungiku dan akan menghajar orang yang berani melukai adik kesayangan Park Jimin. Begitu katanya dahulu. Tapi perkataannya itu dia buktikan kepadaku sewaktu aku baru duduk dibangku Sekolah Menengah Atas dan aku pernah jatuh cinta kepada kakak kelas dan benar saja aku dan kakak kelasku itu berpacaran tetapi ternyata kakak kelas itu hanya memanfaatkanku saja, aku yang mengetahuinya waktu itu sangatlah sakit hati dan syok saat kebenaran itu terungkap. Tetapi pada saat itu Jimin mengetahui bahwa aku disakiti oleh sesorang, entalah dia mengetahui dari mana akupun tidak tahu. Dia tahu segalanya tentangku. Saat Jimin mengetahuinya dia langsung mencari orang itu dan menghajarnya habis-habisan hingga saat keesokan harinya aku mendengar sebuah kabar bahwa kakak kelas yang telah melukaiku itu sudah pindah dari sekolah. Wow bukan? Seorang Park Jimin akan melakukan apapun untuk orang-orang disekitarnya termasuk yang teramat dia sayangi. Apapun itu, hal gila sekalipun dia akan melakukannya. Itulah kata-kata Jimin yang sering dia katakan kepadaku.

"Aiish... sejak dulu kau memang tidak berubah." gumamku sambil tersenyum menatap punggung Jimin yang semakin menghilang dan tertutup oleh pintu kamar.

.

.

.

.

.

.

TBC

tetap tinggal yaa😍tunggu di bab selanjutnya 😉jangan lupa tekan bintangnyaa oke 👍biar aku semangat buat nerusin nulis ceritanya.

Sampai jumpa bab selanjutnya💜💜

Thank you all. Borahaee💜💜💜

-salam manis, jeonsaa✨

Perjanjian Pernikahan - Jeonsaa13Where stories live. Discover now