Level 6

322 38 7
                                    

16 Agustus 2016
12:35

Nyatanya pada hari itu, Wonho baru saja menyelesaikan kelas terakhirnya di hari kamis yang penat. Berstatus sebagai mahasiswa strata dua tahun pertama jurusan ilmu hukum membuat Wonho penasaran ingin mencicipi bermacam makanan disekitar kampus.

Selama ini Wonho memang belum pernah punya pengalaman bekerja. Ia selalu dituntut untuk menyelesaikan pendidikan lebih tinggi demi menjadi penerus lembaga advokat milik sang ayah kelak.

Dulunya ia pernah menimba ilmu di Inggris selama empat tahun, dan melanjutkan studi strata dua di negaranya sendiri.

Jooheon -teman sekelasnya- bilang, didekat perempatan gerbang utara kampus banyak sekali kedai penjual makanan enak.

Tapi, kedai paling terkenal disana adalah kedai penjual ramen. Kebetulan sekali Shin Wonho adalah penggemar ramen nomer satu.

Dan Jooheon sepertinya tidak berbohong, terbukti dengan banyaknya manusia memenuhi tiap meja, karena Wonho sudah berdiri diambang pintu.

Mengamati wajah wajah kelaparan di jam makan siang, sekalian mencari tempat kosong yang bisa di duduki.

Wonho mendengus kecewa. Sepertinya ia harus datang ke sini lain kali, melihat keadaan tidak memungkinkan. Seluruh bangku sudah penuh terisi.

"Ah itu dia" Wonho bergumam lirih, saat ia mencoba untuk menelisik lebih dalam, dan menemukan sebuah bangku kosong dibalik badan seorang pria tambun.

Dengan langkah percaya diri, Wonho pergi ke sana. Namun setelah melihat lebih dekat, ternyata dibalik pria tambun tersebut terdapat seorang lelaki berwajah menggemaskan dan bertubuh kurus. Saking tipisnya, bahkan Wonho tidak bisa melihat keberadaannya saat tertutupi oleh si pria tambun.

Berpikir terlalu sayang, jika sudah terlanjur sampai tapi tidak jadi makan. Maka Wonho memberanikan diri untuk bersikap sok kenal dengan si lelaki kurus. Toh sepertinya, lelaki itu kelihatan lebih muda darinya.

"Permisi, kau sendirian?" tanya Wonho mengawali pembicaraan dengan si lelaki asing.

Dan si lawan bicara mendongak, menatap eksistensi Wonho yang tiba tiba berada disamping mejanya.

Lelaki berparas tampan itu sempat tertegun beberapa saat, menyadari calon teman semejanya memiliki wajah manis berbingkai rambut warna coklat madu, ditambah mata bulat yang seakan memancarkan binar cerah.

Sorot matanya teduh dan menenangkan, entah mengapa mampu membuat segala keluh kesahnya menguap seketika.

Si rambut coklat madu mengangguk, poni yang menutupi dahinya juga ikut bergoyang, menandakan seberapa lembut tiap helai rambut itu.

"Boleh, aku bergabung denganmu disini? Tempat lain sudah penuh" Wonho meminta persetujuan lengkap dengan alasan mengapa. Ia hanya jaga jaga, tidak mau dianggap modus nantinya.

"Tentu saja, silahkan" jawab si manis ramah.

Dua orang lelaki asing kini saling duduk berhadapan di satu meja. Wonho sedang asyik membaca menu, dan si manis sendiri tampak melihat sekeliling seraya bertopang dagu.

Diam diam bibir Wonho tertarik beberapa mili ke samping, merasa tingkah teman semejanya kelewat menggemaskan.

Beruntung ukuran buku menu mampu menutupi seluruh wajahnya, hingga ia bisa selamat dari predikat maniak yang bisa saja tersemat di tengah tengah namanya.

Tidak ada percakapan lagi diantara keduanya, hanya si menggemaskan izin untuk makan lebih dulu dan Wonho hanya menjawab sekenanya. Tidak etis bukan mengajak orang bicara saat makan?

Keduanya makan dengan khidmat, fokus pada mangkuk ramen masing masing. Sampai pada suatu waktu bibir Wonho seenaknya bertanya sok akrab mengenai putih telur yang tersisa pada mangkuk ramen milik si kurus.

"Tidak suka putih telur ya?" tanya Wonho.

Si kurus mengangguk dengan cara menggemaskan, Wonho sudah menahan sebisa mungkin untuk tidak menjatuhkan kedua tangan pada pipi teman semejanya.

"Kau juga tidak menyukai kuning telur?" tanyanya balik setelah mengintip isi mangkuk Wonho.

TBC

Siapa yang barusan nonton monsta x di syopi?

Gradiola | MONSTA X hyungwonhoDove le storie prendono vita. Scoprilo ora