Level 15

425 40 20
                                    

8 Oktober 2019

23:29

Hyungwon menelan ludah kasar atas lamaran tak tersurat yang baru saja dilontarkan oleh Wonho. Jika ditelaah lebih dalam, saat ini mereka berdua sedang tidak ada dalam status apapun. Keduanya sudah resmi mengakhiri hubungan lewat telpon tadi sore.

Belum sempat Hyungwon mengembalikan akalnya, kedua lengan kekar Wonho sudah melingkar di sekeliling tubuh kurus Hyungwon. Membawa lelaki tinggi itu dalam dekapannya. Oh, bahkan ia melupakan pakaian basah yang masih melekat. Baju Hyungwon jadi ikut basah karnanya.

"Aku mencintaimu" bisik Wonho.

Hyungwon terpaku, membalas pelukan Wonhopun tidak.

Wonho meregangkan pelukan, mencoba melihat wajah Hyungwon. Ia tertawa sejenak, mendapati wajah blank lelaki dipelukannya.

"Tidak mau menikah denganku ya?" Wonho bertanya dengan nada kecewa, "Padahal aku sudah susah payah kabur dari bodyguard bodyguard ayahku demi dirimu. Astaga, kau tidak akan percaya dengan apa yang sudah aku lalui sebelum aku sampai ke sini" hidung mancungnya menarik nafas sejenak, "Aku bahkan mendorong Minhyuk sampai jatuh tadi, saat hendak memasangkan cincin. Aku jadi merasa bersalah, padahal ia tidak tau apa apa"

"Apa aku sedang bermimpi? Jika iya, aku rela tertidur selamanya, asal ada Wonho yang sedang memelukku sekarang" kemudian pertanyaan tak jelas keluar dari bibir Hyungwon.

Wonho tertawa renyah, "Kau tidak bermimpi sayang" ia menghadiahi cubitan kecil di pipi menggemaskan si submisif.

"Benarkah? Kau sungguhan Wonho?" wajah Wonho diraba raba oleh jari jemari Hyungwon.

"Aku sungguhan Wonho—kekasihmu" lelaki tinggi itu meyakinkan si mungil sekali lagi, bahwa ini nyata, bukan sekedar mimpi.

Senyum Hyungwon sontak melebar mendengar kata 'kekasihmu' dari mulut Wonho. Ia berterima kasih, karna Tuhan masih memberi kesempatan untuk melanjutkan kisah asmaranya bersama sang kekasih. Cinta akan tumbuh dengan kuat asal keduanya mau berjuang dan bertahan.

Wonho sudah berjuang, dan Hyungwon sudah bertahan. Walau banyak rintangan menghadang, tapi bukankah badai pasti berlalu? Sekarang sudah saatnya mereka bahagia dengan cara mereka sendiri, tanpa campur tangan orang lain.

Mata bening Hyungwon sengaja ia tabrakkan dengan manik tegas milik Wonho. Seakan saling menyelami lebih dalam melalui tatapan masing masing. Senyuman tulus dari kedua bibir mereka juga enggan untuk cepat cepat luntur.

Wonho dan Hyungwon tidak pernah sebahagia ini sebelumnya, sejak tiga tahun terikat dalam hubungan. Ledakan confetti bercampur kupu kupu berterbangan seakan menggelitik dada keduanya.

Meskipun ada beberapa hal yang harus di korbankan demi kebahagian sesungguhnya. Setelah ini, nama Shin Wonho sudah pasti tidak akan terdaftar lagi sebagai ahli waris dan segala aset milik sang ayah. Tidak apa, Wonho sudah memikirkan segala resiko sebelumnya. Ia pun hanya membawa diri saat kabur tadi, tanpa dompet, tanpa ponsel, tanpa motor besar kesayangannya.

Dan yang terpenting, ia juga meninggalkan ijazah kelulusannya dua minggu lalu, padahal ia sudah berniat untuk melamar pekerjaan setelah lulus. Wonho benar benar meninggalkan segalanya, kecuali jam tangan seharga dua televisi plasma –yang beruntung- masih melingkar pada pergelangan tangan.

Selama hidup bersama sang ayah, Wonho sudah hafal betul bagaimana jalan pikiran beliau. Sang ayah tidak akan mencarinya, beliau masih punya Hoseok –kakak Wonho- untuk diandalkan.

Selama ini Hoseok selalu menuruti perintah ayah dan ibu tanpa membangkang. Jadi, Wonho pikir untuk apa ia menurut lagi? bukankah ayah dan ibu masih punya kak Hoseok?

Hyungwon memang tidak di kekang, ayah dan ibunya membebaskan segala pilihan yang ia buat, asal bisa menanggung segala resiko atas pilihannya. Orang tua Hyungwon juga sudah merestui hubungannya dengan Wonho.

Sebelumnya Hyungwon memang tidak pernah menduga, jika Wonho nekat kabur dari pernikahannya sendiri. Ia sudah terlanjur menyetujui surat pemindah tugasan dari manager. Unit apartemennya juga sudah laku terjual, tinggal menunggu besok siang seluruh barang barang sudah berpindah ke unit apartemen yang baru.

Si submisif dilanda kebingungan lagi. Bagaimana cara mengatakannya pada Wonho?

Wonho mendekatkan wajah, mempertemukan hidung mancungnya dengan hidung mungil milik Hyungwon. Tak lama kemudian, bibir mereka sudah saling bersentuhan.

Wonho duluan memberi lumatan lembut, memagut bibir bawah kekasihnya. Memberi kecupan kecupan lembut di sepanjang bibir, kemudian mengulumnya lagi. Kadang Wonho sengaja menjilat kecil, mencoba menggelitik belahan bibir sang kekasih. Bibir Hyungwon selalu terasa manis dan membuat kecanduan.

Diam diam Hyungwon mulai terlena. Ia merasa kakinya melemas secara otomatis saat bibir Wonho mulai bermain main menggoda bibirnya. Wonho memang seorang pecium handal. Hyungwon tidak pernah merasa kecewa pada tiap kecupan yang si dominan berikan. Apa lagi mereka sempat tidak saling bertemu sekitar satu minggu. Ciuman ini adalah pelepas rindu setelah pelukan.

Telapak tangan si submisif sudah bertaut melingkari leher si dominan. Bagaimanapun Hyungwon tetap butuh pegangan, padahal Wonho sudah menahan pinggangnya, karna semakin lama ciuman sang kekasih semakin terasa menuntut. Keduanya merasa bahagia, mereka tidak ingin kebahagian ini berkahir sampai kapanpun. 

END

yeay akhirnya tamat juga 🎉 makasih banyak atas dukungannya selama ini. semua vote sama komentar kalian bener bener bisa memacu semangatku buat nulis dan melayarkan kapal hyungwonho lebih jauh lagi /?

udah segitu aja, sampai jumpa di fanfic capitaine hari minggu yaaa ✨

saya mello, pamit undur diri. dadaaaah~

Gradiola | MONSTA X hyungwonhoWhere stories live. Discover now