Level 9

248 38 7
                                    

8 Oktober 2019

17:50

Hyungwon itu bukan type orang yang bisa membagi fokusnya pada dua pekerjaan. Ia masih sibuk menangis, sementara Wonho masih mengoceh entah apa. Hyungwon sengaja tidak mau mendengarnya.

Tenggorokannya mendadak terasa kering karna kebanyakan menangis, maka ia memutuskan untuk berjalan lebih jauh ke dalam rumah, tak lupa berhati hati menghindari tumpukan kardus tercecer sembarangan yang belum sempat ditata semalam.

Omong omong keadaan dalam unit apartemen Hyungwon cukup berantakan sekarang, dimana beberapa tumpuk kardus, koper, tas dan beberapa plastik berisi boneka tergeletak tak beraturan di sepanjang daun pintu hingga ruang tengah.

Seminggu sebelum acara pernikahan Wonho, kebetulan ia mendapat surat pemindah tugasan dari atasannya. Tanpa berpikir panjang, sudah tentu Hyungwon akan menerima pemindahan tugasan tersebut tanpa protes.

Toh kantor barunya nanti punya jarak lebih dekat dengan rumah orang tuanya, jadi ia bisa pulang kesana sesaat setelah akhir pekan tiba. Niatnya sih ingin sekalian melupakan Wonho.

Dan karna tekad Hyungwon sudah bulat untuk merelakan Wonho, maka ia menjual unit apartemen beserta isinya. Alasannya sudah jelas karna tiap perabot menyimpan banyak kenangan bersama sang kekasih.

Mulai dari tempat tidur, sofa, meja makan. Semua barang barang itu pernah menjadi saksi bisu bagaimana manisnya momen kebersamaan mereka dulu.

Hyungwon hanya mengemasi pakaian, koleksi komik One Piece kesayangannya, buku buku diktat saat masih kuliah, dan beberapa barang yang masih ia perlukan sudah tertata rapi didalam kardus. Karna besok siang jasa layanan pengangkut barang akan tiba.

Ponsel yang masih menyuarakan suara Wonho, terletak dimeja dengan mode speaker menyala. Sementara si empunya berdiri didepan kulkas, meneguk segelas air dingin demi melepas dahaga.

"Jangan sampai sakit, jaga kesehatanmu" petuah petuah dari Wonho masih saja berlangsung.

"Kau terlalu banyak menggunakan kata jangan" potong Hyungwon jengah, lantas ia menarik salah satu kursi dekat meja makan. Kepala Hyungwon menelungkup, bersembunyi dibalik lengannya sendiri yang terlipat.

"Jangan menangis" suara Wonho menggema lirih lewat speaker.

Meskipun Hyungwon protes, tapi Wonho tetap menggunakan kata jangan ditiap kalimat yang terlontar. Ia memang tidak punya kalimat lain, menurutnya segala larangan adalah hal tepat untuk mengingatkan Hyungwon, karna sadar sebentar lagi ia tidak bisa melindungi lelaki manis ini seperti dulu.

Jauh di dalam lubuk hatinya, lelaki bertubuh atletis itu ingin sekali berlari ke unit apartemen sang mantan kekasih dan memeluknya erat. Menyatakan cinta sebanyak yang ia bisa sebelum kisah mereka kandas.

"Jangan menangis untuk lelaki brengsek sepertiku" Wonho pikir 'brengsek' memang label yang cocok untuknya.

Wonho terlalu brengsek karna meninggalkan Hyungwon demi menuruti keegoisan sang ibu.

"Aku tidak mau mendengar suaramu lagi!" jengah, marah, sakit hati jelas menjadi latar belakang kenapa Hyungwon memutus panggilan itu secara sepihak.

Jika memang sudah berakhir, kenapa Wonho masih bersikap sok peduli dengannya? jika khawatir mengapa ia justru meninggalkannya sendirian?

Hyungwon mengerang, menangis lebih kencang dari pada sebelumnya, menumpahkan segala rasa tidak menyenangkan didada.

Namun semuak dan sebenci apapun, nama Shin Wonho tetap menduduki tahta tertinggi dalam hati Hyungwon.

Matanya terlalu basah, lengkap dengan ingus yang ikut meleleh dari kedua lubang hidung. Hyungwon ingin berhenti menangis, tapi tidak bisa. Bibir tebal itu masih setia melengkung ke bawah. Sampai salah satu lipatan tangan terjulur asal, meraba raba mencari tisu yang seingatnya terletak ditengah meja.

Bukannya mendapatkan tisu, tangan Hyungwon justru menjatuhkan salah satu botol saus. Terpaksa si pemilik kepala mendongak, dan ah— ini pertama kali dalam hidupnya, Hyungwon benci melihat botol saus berlabel extra pedas. Serta merta ia melempar botol berbahan kaca tersebut ke sembarang arah. Membiarkan kemasannya pecah, dan secara otomatis isinya tercecer dilantai.

Wonho sangat menyukai makanan pedas, ia bahkan tidak berselera jika makanan beratnya tidak terasa pedas. Jadi Hyungwon sudah pasti menyiapkan saus pedas di atas meja makan, menyediakan khusus untuk ditambahkan ke makanan sang kekasih. Bahkan mereka membelinya berdua saat itu, bersamaan dengan jadwal belanja bulanan Hyungwon.

Wonho dan Hyungwon sebenarnya tidak punya terlalu banyak kecocokan. Bisa dikatakan keduanya hampir bertolak belakang dalam segala hal. Misalnya seperti Wonho yang tidak menyukai kuning telur, dan Hyungwon sendiri tidak suka putih telur.

Bukan hanya itu. Ibarat Wonho dan makanan pedas adalah sahabat dekat, maka Hyungwon dan makan pedas adalah musuh yang harus dihindari.

Tiap kali tidak sengaja makan makanan pedas mata Hyungwon selalu berkaca kaca dengan sendirinya, kemudian warna merah menyusul melingkupi seluruh wajah hingga telinga.

Beruntung keduanya sama sama penggemar makanan manis, seperti waffle, pancake dan segala macam kue kue yang biasa terpajang di etalase toko roti.

Namun dari perbedaan tersebut mereka dapat saling melengkapi satu sama lain. Seperti Hyungwon tak akan sempurna tanpa Wonho, dan Wonho tak sempurna tanpa Hyungwon.

Lantasapa jadinya jika keduanya harus berpisah setelah saling terbiasa melengkapi satu sama lain sejak tiga tahun terakhir?

Tentu saja—

Hampa.

TBC

maafin aku guise :(

Gradiola | MONSTA X hyungwonhoHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin