5. Pulang Bareng

588 103 134
                                    

---

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-
-
-

Vote sebelum membaca, ya :)

“NAZWAN!!!” Nashwa mendesis kesal setelah Nazwan meninggalkannya di ambang pintu kelasnya.

Nashwa melangkah masuk ke dalam kelasnya dengan perasaan aneh yang ia alami hari ini. Entah ini adalah perasaan senangnya karena bisa tertawa kembali dengan seorang pria atau rasa senangnya karena Nazwan ada untuk melindunginya dari fobia yang ia alami.

Lengkungan bibir Nashwa dan pipinya yang terlihat memerah membuat Fani penasaran dengan apa yang terjadi terhadap Nashwa. Fani yang awalnya cuek dengan kedatangan Nashwa, ia langsung menghampirinya setelah melihat bibir Nashwa yang melengkung sempurna.

“Nas, lo kenapa?” tanya Fani seraya menebak pikiran Nashwa lewat sorot matanya.

“Gue? Gue baik-baik aja,” jawab Nashwa tanpa memudarkan senyumannya.

“Bohong! Ini pasti ada kaitannya dengan Nazwan, 'kan?”

“Ngg—”

“Gak usah bohong! Mata lo gak bisa bohong, walaupun mulut lo berkata lain,” ujar Fani memotong perkataan Nashwa.

“Dia ngajak gue pulang bareng … gue harus bagaimana?” tanya Nashwa berharap Fani memberinya solusi terbaik.

“Ikuti saja alur mainnya Nazwan, gue yakin lo gak akan nyesal,” saran Fani.

Nashwa terdiam tak menjawab. Berpikir sejenak tentang perkataan yang diucapkan Fani barusan. Mungkin, tidak ada ruginya bergaul dengan Nazwan sang ketua OSIS di sekolah ini karena Nazwan bukan tergolong laki-laki yang salah pergaulan.

Sejak dekat dengan Nazwan beberapa hari terakhir, Nashwa seolah merasa terlindungi saat Nazwan berada di sampingnya, apalagi saat hujan datang disertai gemuruh petir yang menggelegar di telinga Nashwa. Nashwa harap, Nazwan akan selalu berada di sampingnya untuk membantunya menghilangkan fobia ini. Namun, Nashwa sadar bahwa dirinya dan Nazwan hanya teman biasa.

Pulang sekolah, Nashwa mendapatkan tugas piket kelas, ia membersihkan kelasnya bersama dengan Fani. Kota Bogor yang baru saja hujan deras membuat kelas Nashwa sangat kotor dengan telapak kaki penghuni kelas itu. Karena, setiap hujan mereka tidak pernah memakai sepatu atau alas kaki lain, hanya orang-orang tertentu saja yang memakai sepatu.

“Nas, ada yang nunggu lo,” teriak Fani saat Nashwa sedang berfokus mengepel lantai kelas itu.

“Siapa sih? Ah! Udah tahu ini telapak kaki manusia susah banget hilangnya kayak masa lalu,” desis Nashwa yang masih berkutat dengan kain pel di tangannya.

Your prince datang gak mau lo sambut?” Mendengar perkataan Fani, sontak Nashwa menoleh ke arah Fani yang berada di ambang pintu.

Tidak terlihat ada seseorang yang sedang menunggu ketika di tempat Nashwa berada saat ini. Namun, saat Nashwa melangkah ke arah luar, betapa terkejutnya ia ketika melihat keberadaan Nazwan yang Fani sebut prince itu.

Astrafobia [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now