19. MURAHAN!

273 46 82
                                    

Jangan lupa vote^^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jangan lupa vote^^

-
-
-

"Urasan OSIS bersama Rena. Lo harus paham posisi gue sebagai ketua OSIS di sini! Dan lo harus paham semua orang punya hati!" bentak Nazwan.

Degg.

Hati Nashwa seketika retak karena bentakan Nazwan. Sungguh, Nashwa tidak menyangka bahwa Nazwan akan barsikap seperti ini kepadanya. Sejak dekat dengan Nazwan, entah mengapa bagi Nashwa sangat kehilangan sosok Nazwan yang sekarang. Dirinya berubah begitu cepat, sampai berani membentak Nashwa.

Nashwa melanjutkan langkahnya setelah menatap kepergian Nazwan dari hadapannya. Nashwa tidak tahu harus pulang dengan siapa hari ini. Siapa orang baik yang akan peduli dengan Nashwa? Tidak ada.

Tatapan Nashwa tak lepas dari arah ruang OSIS yang sedang memperlihatkan kebahagiaan para pengurus OSIS. Melihat Nazwan tertawa tetapi bukan dengan Nashwa, tentu saja membuat dirinya sakit. Padahal, baru beberapa hari lalu Nashwa berada di posisi Rena yang sedang bercanda tawa dengan Nazwan.

"Apa mungkin, lo akan selamanya berubah dengan gue, Wan?" gumam Nashwa.

Dengan terpaksa Nashwa memesan ojek online walau hatinya sangat takut jika hujan turun saat di perjalanan. Siapa yang bisa menenangkan Nashwa? Tidak mungkin kalau Nashwa memeluk pengemudi ojek online itu ketika ia ketakutan, bukan?

"Bang, jalannya yang cepat ya! Takut keburu hujan," ujar Nashwa saat ia memakai helm ojek itu.

"Memang kenapa neng kalau hujan?"

"Saya fobia petir, Bang."

"Si neng fobia petir, tapi tinggal di Bogor daerah hujan dengan petir yang cukup kencang, gimana sih," ujarnya.

"Kan nggak tahu kalau bakal fobia sama petir. Udah Bang, jalan cepat ya!" suruh Nashwa.

Untung saja, siang ini Nashwa sudah sampai di rumahnya sebelum hujan turun. Nashwa bergegas menuju kamarnya dan mengunci pintu kamarnya agar tidak ada yang mengganggunya sekaligus agar suara petir itu bisa terdengar samar oleh Nashwa.

"Nazwan ...." Seketika nama itu keluar dari mulut Nashwa tanpa ia sadari. Mungkin, Nashwa merindukan sosok Nazwan yang selalu menemaninya lebih dari sekadar sahabat.

Dalam relung hati Nashwa sangat ingin mengatakan perasaannya yang sebenarnya. Namun, Nashwa sadar bahwa dirinya hanya sekadar sahabat bagi Nazwan. Tetapi apakah tidak ada perasaan lebih dari Nazwan untuk Nashwa setelah beberapa minggu mereka sering bersama?

Hubungan yang belum jelas disertai perasaan aneh yang terus bertanya mengapa ia berubah membuat Nashwa gelisah dengan semua ini. Hubungan yang sekadar sahabat dengan perasaan yang ingin lebih dari sekadar sahabat, apakah di antara keduanya ada cinta? Entahlah, mereka hanya mengikuti takdir Tuhan.

Astrafobia [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now