[11] Weekend

117 27 41
                                    

"Renjun, sepedahan yuk?"

"Cuaca nya mendung."

"Cuma mendung sedikit ini." Jena menghela nafas, "Lagian mendung juga belum tentu hujan." lanjut Jena.

"Wow~ kayanya aku pernah denger."

Saling berpandangan, akhirnya Renjun dan Jena tertawa sampai terpingkal-pingkal. "HAHAHA."

Tangan Renjun terulur memainkan rambut Jena. Sesekali dirapihkannya anak rambut Jena yang berantakan,"Btw, Jeno mau lanjut kuliah dimana?"

"Belom tau, kayanya sama deh. Yang jelas aku yang ngikut kak Jeno. Kenapa?"

"Ah, gak papa."

Seharian ini Jena menghabiskan hari liburnya bersama Renjun. Ia pikir tidak ada salahnya juga, toh di rumahnya pun tidak ada siapa-siapa.

Bunda sedang mengantar Jeno membeli gitar ke toko alat musik, karena Jeno ini anaknya teliti dan Bunda nya lah yang paham persis seperti apa keinginan Jeno.

Berbeda dengan Jena. Jika Jeno sekedar meminta pendapat ia akan mengangguk-ngangguk saja. Padahal sebelumnya Jeno menawarkan barang ataupun hal yang berbeda, itu sebabnya Jeno tidak mau membawa Jena.

"Belakangan ini aku sering bermimpi buruk."celetuk Jena.

Posisi yang tadinya berbaring kini Renjun terduduk di pinggir Jena, "Kenapa?"

"Random, yang paling menakutkan kamu tuh beli jam tangan."

Alis Renjun mengerut, "Hubungannya?"

"Gak ada sih, gak tau kenapa abis itu aku gelagapan dan bangun nyari kak Jeno. Tapi kak Jeno malah gak ada dikamarnya. Aku nangis di pojok kamar akhirnya kak Jeno dateng dengan muka khawatirnya."

Melihat penjelasan dari kekasihnya ini Renjun langsung memeluk Jena erat.

"Aku gak akan ninggalin kamu."

Perasaan khawatir Jena entah kenapa muncul tiba-tiba.

"Kedengarannya ini agak aneh sih tapi—"  Jena menautkan tangannya,

"Renjun, ayo kita nikah!"

Renjun terkejut, "Kamu ini bicara apa?!"

"Aku serius, aku gak mau kamu dideketin terus-terusan sama cewe lain apalagi kalo kamu eskul musik. Pada ganjen tuh cewe-cewe pengen nampol mereka aja rasanya."

Ekspresi wajah Renjun hanya tertawa lebar sesekali mencubit pipi Jena setiap ia berbicara.

"Jadi kamu cemburu?" goda Renjun.

"Iya, makanya udah lulus aku pengen kita nikah hehe."

"Mulutmu itu ya! Nikah itu gak main-main. Aku belom punya kerjaan, belom punya penghasilan. Lagipula siapa yang tau kalo misalnya aku ini bukan jodoh kamu?"

"Kita berdo'a aja sama-sama semoga kita beneran jodoh hehe."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gone | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang