[15] Promise

78 16 9
                                    

"Katakan, apa yang kamu pikirkan hingga lupa makan seperti ini?"

Jena tetap pada posisinya, manik yang tadinya memandang wadah bekas makannya itu kini bergetar saat pertanyaan dari Renjun menginterupsi dirinya. Perlahan tapi pasti pipi putih itu sudah basah oleh air matanya sendiri.

"Aku tidak tau harus berkata apa, aku pun tidak tau apa yang aku pikirkan akhir-akhir ini. Tapi semua ini mengacu padamu Renjun. Dan aku juga yang akhirnya harus memendam rasa takut sendirian."

Bahu Jena bergetar hebat, Renjun jelas sangat terkejut melihat keadaan Jena.

Baru kali ini ia melihat Jena menangis pilu ditambah keadaan badannya yang melemah, dengan cepat direngkuhnya erat tubuh mungil Jena saat itu juga.

"Mimpiku aneh, tapi saat aku mencoba mengingatnya kembali entah mengapa dadaku terasa sesak. Aku tak kuasa menjelaskannya."

"Jena, mimpi itu hanyalah bunga tidur. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan aku tetap Renjun yang kamu kenal, aku tetap berada disisi mu yang siap menjagamu setiap saat. Jika kamu lelah aku siap menjadi tempat penampungan segala keluh kesahmu semampu ku pasti aku bantu. Sejauh manapun kamu melangkah sendirian aku adalah tempat mu pulang."

Tangis Jena semakin memecah setelah Renjun berkata seperti itu ada rasa lega di benaknya.

Surai hitam Jena terelus sayang oleh tangan Renjun, seolah Jena adalah seorang anak kecil yang menangis karena ditinggal Ibu nya. "Udah ya jangan nangis terus nanti idungnya mampet."

Renjun mengusap pipi Jena, "Mau pergi ke sungai Han?"

"Ayo."

Hendak beranjak dari tempat menuju kamarnya untuk mengambil hoodie tapi langkah Jena justru harus terhenti saat Renjun menahannya.

"Pakai hoodie yang tebel ya aku takut kamu sakit."

Jena mengangguk gemas, "Baik pangeran."

Semburat cahaya oranye dan ungu indah menghiasi langit, taburan percik cahaya menyorot memantulkan sinarnya pada air begitu memanjakan mata bagi siapapun yang melihatnya.

"Renjun! Truth or dare?"

"Truth."

"Apa impian kamu yang belum tercapai dalam hubungan kita selama ini?"

"Menikahi mu."

Gelak tawa Renjun menguar saat ia menjawab pertanyaan yang Jena lontarkan untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelak tawa Renjun menguar saat ia menjawab pertanyaan yang Jena lontarkan untuknya.

Detik berikutnya Jena menenggelamkan mukanya tepat didepan dada Renjun yang terbungkus dengan hoodie brown miliknya.

Tapi bukankah itu hal bagus jika Renjun akan memberinya kepastian akan hubungannya? Jena harap itu akan menjadi kenyataan suatu saat nanti.

"Renjun ih gaulnya sama Jaemin terus jadi gini!"

"Aku serius."

"How cute! Hatiku serasa mau loncat Renjun.. aku malu."

"Giliran kamu joget joget depan aku aja gak malu masa aku yang mau ngiket kamu jadi istri aku harus malu? Aduh gemes banget pacar siapa ini." ucap Renjun lalu merengkuh kembali Jena, gemas.

Bibirnya mengulum senyum seraya mengeratkan pelukan pada lelaki bermarga Huang itu,

"Aku pegang janjimu Renjun."

Berharap semesta mempersatukan mereka dan mengucap janji suci didepan orang-orang yang mereka harapkan kehadirannya.

Berharap semesta mempersatukan mereka dan mengucap janji suci didepan orang-orang yang mereka harapkan kehadirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gone | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang