[13] Nightmare

61 17 7
                                    

"Dia milikku! Seberapa lama kau lebih dulu mengenalnya dia tetap miliku, aku tidak akan rela jika miliku terbagi. Sekeras apapun kamu merebutnya dariku, aku tidak akan pernah melepasnya!"

Seorang gadis yang lebih muda 1 tahun darinya itu mengadah tertahan saat wanita didepannya itu menjambak rambutnya dengan keras.

sret—

"AKKKHHH"

Darah segar mengalir di pipi mulusnya.

Nafas Jena tercekat, ia segera bangun tergesa meraba ponsel dan mengeceknya.

"Jam 1 pagi." cicit Jena.

Nafasnya naik turun, tangannya mulai gemetar saat mengingat rentetan mimpi aneh yang memenuhi pikirannya akhir-akhir ini.

Jena menyibak selimutnya lalu berjalan menuju pintu kamar berniat mengambil air minum.

drttt~

Langkahnya terhenti lalu kembali mengambil benda pipih yang tersimpan di nakas nya, menelisik layar dan terpampanglah nama Renjun dalam genggamannya.

"H-halo?"

"Jena? Kok belum tidur? Aku ganggu ya?"

"Engga, ini aku kebangun. Tumben telfon jam segini ada apa?"

"Aku gak bisa tidur habis ngerjain tugas. Iseng aja nelfon kamu eh ternyata diangkat."

"Ah gitu ya.."

Keduanya terdiam, Jena yang tadinya berniat mengambil minum malah terduduk dengan pandangan yang kosong.

Tanpa bertanya, Renjun sudah tau jawabannya tapi ia ingin memastikannya, "Mimpi buruk lagi?"

Enggan menjawab, Jena menggigit bibir bawahnya menahan rasa takut bersamaan dengan air mata yang terjatuh membasahi pipinya, "Iya."

"Ayo tidur lagi, aku gak mau kamu sakit gara-gara begadang."

Tidak ada jawaban, kini suara yang Renjun dengar malah tangisan Jena yang semakin menjadi tapi tetap tidak terlalu terdengar keras.

"Aku nyanyiin lagu ya?"

Hening, tetap tidak ada jawaban.

"Renjun?"

"Ya?"

"Jangan pergi."

"Aku gak akan pergi, aku tau kamu sedang melalui masa-masa sulit. Tapi simpan kekhawatiran mu terhadap ku. Percayalah, aku baik-baik saja sayang."

"T-tapi Ren-"

"Sst..sudah sekarang kamu kembali tidur, jangan memikirkan hal yang membuatmu merasa tertekan. Aku bakal nungguin kamu sampe kamu bener-bener tidur."

"Terima kasih, aku sayang kamu."

"Aku juga sayang."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Gone | Huang RenjunWhere stories live. Discover now