13. [Anak Baru]

1K 207 113
                                    

Setelah kejadian tragis itu, kini mayat gadis itu ditemukan warga dengan berbau sangat menyengat. Kondisi mayatnya pun sangat parah dari kejadian-kejadian sebelumnya.

Mulai dari wajahnya yang dipenuhi kemerahan serta diselingi beberapa ulat, kulitnya yang terlihat dagingnya mulai membusuk, hingga bagian perutnya yang sudah terkoyak melihatkan beberapa organ-organ tubuh disana.

Yaps, psikopat itu masih menjalankan aksinya setelah menyiram gadis itu dengan air keras. Dengan pisau handalnya, hatinya sangat tega mengoyak-ngoyak perut gadis itu, sehingga mengeluarkan banyak darah.

Tapi asal kalian tahu, psikopat itu jenius! Jejaknya tidak pernah terlihat oleh polisi, semua korban ia tinggalkan dengan jejak yang sangat bersih. Sama sekali tidak menyisakan sidik jarinya sedikit pun.

Warga mulai mual dengan bau busuk itu, mereka tidak berani menyentuhnya sama sekali. Kondisi mayat itu sangat-sangat parah dari yang mereka bayangkan. Beberapa warga mulai menelpon polisi dan ambulance, untuk memastikan mayat itu supaya cepat-cepat diotopsi dan dibersihkan seluruhnya.

Sore itu, Agatha melewati kerumunan orang banyak. Ia penasaran entah apa orang-orang berkerumun serta memegang hidung mereka, dan banyak yang terlihat dari mereka dengan raut wajah yang heboh.

"Pak, berhenti disini aja ya." pinta Agatha pada supir taxi online tersebut, setelah benar-benar berhenti, Agatha mengeluarkan beberapa lembar uang serta membayarnya. "Ini Pak uangnya, terima kasih." ucap Agatha, setelah itu ia turun dari taxi tersebut, dan berlari kecil untuk menghampiri kerumunan itu.

"Permisi Bu, ini ada apa ya rame-rame?" tanya Agatha, pada wanita paruh baya, salah satu yang berada di kerumunan tersebut.

"Itu di rumah kosong ada mayat, kayanya dia dibunuhnya kejam banget, sampe-sampe di kulitnya banyak uletnya." Jawab Ibu paruh baya itu dengan heboh.

Agatha bergidik ngeri, "Kejadiannya kapan Bu?" tanya Agatha.

"Belum tahu, De. Tapi tadi sekitar 1 jam yang lalu ada orang yang nemuin mayat, karena katanya pas lewat rumah kosong ini baunya menyengat, ternyata ada mayat perempuan."

Agatha hanya mengangguk, "Oh gitu ya Bu, polisi sama mobil ambulance udah di telepon belum Bu?" tanya Agatha lagi dan lagi.

"Udah, mungkin lagi menuju lokasi."

"Baik Bu, terima kasih atas informasinya."

"Iya, sama-sama."

Setelah menanyakan informasi tersebut, Agatha mengeluarkan masker dari tasnya. Lalu ia memakai masker tersebut.

Setelah selesai memakai masker, Agatha sebisa mungkin menyiapkan mental untuk masuk ke dalam sana, tentunya sebelum mobil polisi datang.

Ia memasuki kerumunan tersebut, sebenarnya perutnya sangat sakit seperti ditusuk jarum. Tapi ia harus bisa memastikan apakah psikopat itu yang membunuh korban tersebut? Jika memang iya, pastilah akan ada clue yang ditinggalkan oleh orang itu.

Agatha sudah sampai di kerumunan paling depan, kini ia harus melangkah sedikit lagi untuk menuju pintu tersebut. Jantungnya mulai berdegup tak karuan, napasnya pun mulai memburu. Ia terlalu takut dengan gambaran mayat yang di bicarakan oleh Ibu paruh baya tadi.

Perlahan kakinya melangkah ragu, keringat mulai bertetesan dari dahinya. Degup jantungnya semakin cepat, bau busuk mulai memasuki indera penciumannya. Padahal ia sudah memakai masker, tapi berbau busuk itu mampu menembus masker yang dipakai olehnya.

"De.. mau ngapain kesana?" teriak seorang bapak-bapak disana.

Agatha sempat berpikir, ia harus menggunakan alasan yang logis kali ini. "Hm.. itu Pak.. saya mau mastiin aja, takutnya mayat itu, salah satu teman saya yang hilang beberapa hari ini." ucap Agatha terbata-bata, ia sangat berharap mereka percaya akan alasan itu.

XELLADonde viven las historias. Descúbrelo ahora