16. [Pantai]

848 148 128
                                    

"Eh, tadi lo pada tau nggak? Gue barusan ketemu sama anak baru yang kita ceritain waktu itu," ucap Cloudy heboh.

"Serius lo? Dia masuk kelas mana?" tanya Vero.

"Dia kayanya satu kelas sama kak Justin deh. Soalnya gue lihat dia ke perpustakaan bareng gerombolan XI IPA 1," ucap Cloudy tersenyum. Bukan tersenyum karena menceritakan hal yang dia lihat tadi, melainkan dia tersenyum karena membayangkan si wajah anak baru tersebut.

"Kenapa lo senyum-senyum?" tanya Oliv penasaran.

"Hm.. nggak papa kok, tadi ada Manurios lewat di otak gue."

"Ngaco lo," sarkas Vero.

Vero menyipitkan matanya ke arah lapangan, disana terlihat Agatha yang berjalan menuju ke arah mereka. Ia bingung harus bereaksi seperti apa nanti, jika harus berhadapan dengan mantan sahabatnya itu.

"Eh, Agatha mau lewat sini. Gimana dong?" tanya Vero panik. Sebenarnya Vero tidaklah takut jika harus berhadapan dengan Agatha, tapi yang membuatnya bingung, ia tidak tahu harus bersikap seperti apa terhadap Agatha.

Jika ia marah, itu sama saja berlebihan. Ia terlalu menganggap bahwa Agatha pengkhianat disini, padahal kenyataan tidaklah seperti itu. Vero tahu, sikapnya saat ini sangatlah berlebihan. Tidak seharusnya Vero cemburu pada Agatha, hanya karena Gavin dan Agatha tidak masuk bersamaan. Itu adalah hal yang kekanak-kanakan. Terlebih, Vero belum memiliki status apapun dengan Gavin.

"Eh, eh ada orang pengkhianat. Hati-hati Cloudy bisa-bisa gebetan lo di ambil sama dia, jangan sampe ya anak baru itu di deketin sama nih orang," ucap Oliv menyindir. Agatha pun yang lewat di hadapan mereka hanya menatap mereka datar, tidak peduli apa yang barusan di ucapkan oleh Oliv, mantan sahabatnya itu.

"Benar banget tuh, Dy. Intinya lo harus hati-hati aja, cepet-cepet deketin dah tuh cowok anak baru. Takutnya ya, lo jadi korban dia lagi, yang diam-diam suka sama cowok sahabatnya." sambung Vero menyindir.

"Apa pantas Ver, orang kayak dia disebut sahabat?" tanya Oliv memutarkan bola matanya malas.

"Ups, maksud gue mantan sahabat."

Vero dan Oliv tertawa puas, rasanya sangat senang sekali jika harus membalas perbuatan Agatha. Sedangkan Cloudy, cewek itu diam saja mendengarkan sindiran-sindiran pedas yang di lontarkan Oliv dan Vero kepada Agatha.

Agatha melipat kedua tangannya di depan dada, rasanya seperti membuang waktu harus mendengarkan ucapan-ucapan yang di lontarkan kepadanya.

Agatha menunjukkan smirk kecilnya, "Udah selesai ngomongnya?"

Mereka bertiga mengerinyit heran, dan saling pandang memandang, seolah-olah itu isyarat pertanyaan yang terlintas di otak mereka masing-masing.

"Belum, masih banyak yang harus di omongin. Terutama tentang kebusukan lo!" ucap Oliv, menunjuk wajah Agatha.

"Kebusukan gue? Harusnya lo ngaca Liv, apa yang terjadi waktu kita masih SMP dulu."

Oliv menatap Agatha tidak suka, "Nggak usah bawa-bawa hal yang dulu," ucap Oliv membisik tepat di telinga Agatha.

"Kenapa? Lo takut?" tanya Agatha menyudutkan.

"Lo diem deh, ayoklah kita pergi dari sini. Males gue liat orang yang bisanya menyudutkan orang hanya karena masa lalu," ucap Oliv tak santai, lalu pergi bersama kedua sahabatnya dan meninggalkan Agatha sendiri.

Sepeninggal mereka, Agatha tersenyum tipis, "Sorry Liv, gue nggak bermaksud buat bongkar rahasia lo. Tapi, gue nggak mau lo sama yang lain terus-terusan nyalahin gue. Sekarang, gue harus kuat buat hadepin siapa pun itu orangnya, termasuk kalian."

XELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang