Nasi Goreng 《 myg 》

376 39 0
                                    

Min Yoongi namanya.

Aku tahu nama itu tidak lama setelah orientasi mahasiswa dilaksanakan.

Tepat musim panas mencapai puncaknya di hari sabtu yang lumayan menyebalkan.

Tapi setelah tahu nama akrabnya, aku masih tetap tidak paham. Kupikir hanya aku yang salah dengar ketika salah satu temannya menyahutnya dari jauh.

"Kak Suga!"

Begitu temannya tergopoh berlarian menyusul laki-laki yang saat itu tengah mengantri untuk mendapatkan sepiring nasi goreng tepat di depanku.

Tapi tidak loh.

Benar.

Namanya Suga.

Ku akui bukan sekali dua kali aku memperhatikannya.

Tapi entah mengapa, sejak hari itu presensinya semakin mudah berada dalam jangkauanku.

Bagi aku yang memilih jurusan musik karena pilihan terakhir, melihat Min Yoongi adalah suatu keharusan yang tidak patut disia-siakan.

Pandangan halus yang selalu sendu mengikuti alun piano itu mampu memberikan mantra khusus tak kasat mata yang menyejukkan hati. t

Tangannya selalu mahir mengolah senar.

Dan jangan lupakan gesekannya di atas violin yang sudah terkenal seantero universitas.

Aku pernah mengajaknya bicara, sekali.

Hanya basa basi meminjam bolpen.

Tapi aku tidak bisa tidur semalaman.

Padahal dia tidak mengucap apapun, hanya pandangan lurus ke arah bolpen yang ia sodorkan padaku.

Saat itu, atau sebelum-sebelumnya, aku mungkin hanya menganggap Min Yoongi adalah orang yang aku kagumi. Sebagai orang yang lebih tau musik, yang paham dan terlihat sangat mencintai musik sampai ke sejarah bagaimana musik berkembang dalam peradaban manusia

Aku yang tidak tahu menahu soal tangga nadapun, selalu melihatnya sebagai orang yang tidak rugi untuk diapresiasi setiap saat.

Bahkan kalau boleh, aku bisa memujinya setiap hari.

Tampilannya cukup sangar untuk seukuran orang pendiam sepertinya.

Tidak banyak teman.

Namun juga tidak sendirian.

Min Yoongi adalah Min Yoongi.

Tidak ada deskripsi istimewa untuk menyebut namanya.

Tapi disetiap waktu, kehormatan selalu seakan-akan mengikutinya.

Setelah basa basi meminjam bolpen, aku jadi kebiasaan melontarkan ucapan basa basi hanya untuk bisa bicara dengannya.

Ucapan selama pagi tidak pernah absen dari pagiku untuknya setiap kali ada kesempatan.

Kami berada di kelas yang sama di hari senin.

"Selamat pagi," aku berbisik mencondongkan tubuhku yang berada disamping kanannya.

Dia memandangku bingung dan berakhir hanya mengangguk.

Dan terus seperti itu.

Kadang ia menyahut dengan sedikit senyuman.

Kadang tidak menoleh.

Kadang menatapku lama.

Bahkan sekali aku pernah menemukan pandang yang seakan-akan ia ingin memukulku.

Kemudian beralih dengan earphone yang ia pasang dengan apik menyumpal pendengarannya.

Apapun responnya.

Pasti akan berefek sama untukku, tiba-tiba hari seninku terlihat menyenangkan.

Kata orang, untuk menarik perhatian bisa dilakukan dengan memancing topik obrolan akan hal yang disukai si lawan bicara.

Hari itu, sehari sebelum ujian akhir semester berlangsung, aku bertekad ingin mengajaknya bicara lebih dari sapaan basa basi.

Semalaman, aku menyiapkan berbagai topik yang mungkin bisa jadi bahasan untuk bicara dengannya.

Cukup panggil namanya dan ajak bicara.

Tekadku bulat.

"Min Yoongi?"

Panggilku saat itu.

Lantang dan cukup tegas.

Tak lama, ia menoleh dengan ekspresi bertanya.

Tapi mungkin saking tidak pahamnya aku pada saat itu tentang musik, aku lupa dengan apa yang aku pelajari semalam.

Do re mi fa sol la si do.

Hanya itu yang kuingat.

Tambah dengan pandangannya yang cukup mengintimidasi dari balik mata kucingnya itu.

Sekonyong-konyongnya aku malah bertanya...

"Min Yoongi? Kamu suka makan kadal?"

Dan sejak saat itu, di semester berikutnya.

Kami belum pernaj bertemu lagi.


Done for part 1.

Kang Seulgi's FanfictionWhere stories live. Discover now