Fate or Destiny

11.6K 1.9K 168
                                    

Tok! Tok! Tok!

Pintu UKS itu diketuk lagi.

"Selamat siang, apa ada orang di dalam? Halo, Dokter Mila?" suara Bu Ziya terdengar dari pintu.

Wendy berlari ke arah pintu dengan tergesa. "Selamat siang Bu Ziya, Pak Vico." Wendy tersenyum ramah.

"Kamu yang jaga UKS?" tanya Piccolo.

Wendy mengangguk. "Iya Pak."

"Sendirian?" tanya Vico lagi.

"Bertiga kok, Pak. Sama Arina dan Hasan, tapi mereka lagi keluar sebentar."

"Apa ada yang bolos lagi di UKS?" tanya Bu Ziya sambil menyiapkan catatan kedisiplinan.

"Nggak ada, Bu." Wendy menggeleng cepat, suaranya berusaha senormal mungkin.

Sementara itu Piccolo dan Bu Ziya masuk memeriksa setiap sudut UKS untuk lebih afdhol. Mereka menemukan Elfrey yang sedang berbaring di salah satu ranjang UKS.

"Loh, Elfrey! Kamu Elfrey dari kelas sebelas CI A-1 kan?" Bu Ziya tampak kaget, tidak biasanya melihat seorang Elfrey berada di UKS karena seorang Elfrey harusnya berada di perpustakaan.

Bu Ziya dan Picolo mendekati Elfrey. Wendy mengikutinya di belakang dengan cemas. Semoga saja sandiwara mereka nggak ketahuan.

"Kamu sakit apa?" tanya Bu Ziya.

Elfrey berusaha terlihat selemah mungkin. "Gak apa-apa kok, Bu. Cuma pusing dan agak meriang."

"Sudah minum obat?" tanya Piccolo.

Elfrey menunjukkan bungkus obat di atas nakas. Piccolo melihat air di dalam gelas yang tinggal separo, ia lalu memeriksa obat itu dan mengangguk.

"Istirahat yang cukup!" pesan Piccolo.

Elfrey mengangguk. "Makasih, Pak."

"Apa perlu Ibu telfon Mama kamu biar dijemput pulang?" Bu Ziya menawarkan.

"Ti―tidak perlu, Bu." Elfrey buru-buru menggeleng.

"Jangan khawatir, Bu Ziya. Wendy Agatha ada di sini dan siap menjaga Elfrey 24 jam." Wendy tersenyum meyakinkan.

"Ya sudah. Kami kembali dulu. Wendy, kalau ada yang bolos di UKS lagi segera laporkan ke saya atau Pak Vico." Bu Ziya berpesan sebelum meninggalkan UKS.

"Siap, Ma'am!"

Wendy dan Elfrey mendesah lega saat melihat sosok Bu Ziya dan Pak Vico yang menjauh pergi.

Fyuhhh...

"Emang siapa yang pernah ketahuan bolos di UKS?" tanya Elfrey penasaran.

Wendy memberesi gelas di atas nakas dan membuang bungkus obat ke tempat sampah. "Banyak."

"Dan elo suka bantuin mereka bohong? selidik Elfrey."

"Nggak juga, baru dua orang yang Wendy bantuin," jujur cewek itu.

Elfrey turun dari atas ranjang dan duduk di sofa. "Oh ya? Siapa aja?"

Wendy tersenyum penuh arti. Mata bulatnya menatap Elfrey berbinar-binar. Belum pernah seorang Elfrey sekepo ini padanya. Apa mungkin usahanya selama ini perlahan sudah membuat salju di hati Elfrey mencair?

"Elfrey penasaran yaa?" Wendy balik bertanya.

Elfrey memalingkan wajahnya, kehilangan minat untuk bertanya. Tapi Wendy masih meneruskan ocehannya.

"Elfrey pasti tahu orangnya kok. Dia kan kagebunshinnya Elfrey," ujar Wendy.

"Alfarez?"

Wendy mengangguk singkat. Ia lalu berjalan kembali ke ranjang untuk merapikan selimut yang tadi digunakan Elfrey. "Waktu Wendy nolongin Alf bolos di UKS kemarin hampir aja ketahuan. Waktu itu Alf lupa enggak minum air putih, gelasnya masih penuh, trus Piccolo nanya―kamu nelen obat nggak pake air? Gituu.... Makanya Wendy tadi nyuruh Elfrey buat minum airnya."

High School and Rebellion [Misteri Gedung Olahraga]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang