Menghentikan Picolo

9.4K 1.6K 69
                                    

"Senja kenapa sih jadi pendiam gitu?" Wendy memiringkan kepalanya untuk melihat wajah Senja yang menunduk.

Siang ini mereka belajar di perpustakaan lagi untuk mempersiapkan seleksi terakhir olimpiade. Biasanya Senja selalu semangat tentang olimpiade tapi kali ini dia lebih banyak diam dan murung.

"Jundan, kamu apakan Senja?" tanya Wendy galak.

Jundan yang sedari tadi sibuk mengerjakan soal Matematika menghentikan pekerjaannya sejenak. Cewek berwajah Barbie itu masih menatapnya galak.

"Nggak gue apa-apain kok!" sahut Jundan.

Ingin sekali rasanya Wendy mencak-mencak pada Jundan karena memergokinya kencan di bioskop kemarin. Tapi Elfrey melarang Wendy mengatakan apapun. Wendy melirik Senja cemas, pasti ada sesuatu yang ia sembunyikan.

"Lo sakit?" Alf tiba-tiba menempelkan telapak tangannya di dahi Senja.

"Gue nggak apa-apa kok!" Senja tersentak, ia gelagapan dan buru-buru menepis tangan Alfarez. "Gu-gue haus, mau beli minum bentar. Ada yang mau nitip?"

"Gue ikut." Alf menggeser kursinya dan ikut beranjak.

Senja berjalan sedikit terburu-buru, membuat dahi Alf mengernyit heran. Apa cewek itu emang sebegitu hausnya atau dia menghindari berjalan bareng dengan Alf? Sesampainya di kantin. Seperti biasa, Alf mengambil sekotak susu dengan yakin lalu membayarnya. Dia menoleh dan melihat Senja masih bingung menentukan pilihannya.

"Lo mau beli apa?" tanya Alf yang melihat Senja hanya berdiri mematung di depan kulkas minuman.

"Gue gak jadi beli." Senja menutup kulkas itu kembali dan berjalan menjauhi kantin. Alf memandangnya dengan heran.

Sebenarnya Senja tidak benar-benar ingin ke kantin, dia lagi berhemat. Senja hanya ingin keluar dari suasana awkward tadi. Tapi Alf malah mengikutinya, jadi dia tidak punya pilihan selain ke kantin.

"Ini―" Seseorang menempelkan minuman dingin di pipinya.

Senja berjenggit, ia menoleh dengan cepat lalu terdiam beberapa detik melihat Alf yang tersenyum dan menempelkan sekotak susu ke pipinya. Senyuman Alfarez rasanya beda sekali, apa memang benar Alf memiliki perasaan terhadapnya? Tapi kok dia bisa sesantai itu sih. Senja aja selalu gugup kalau di dekat Jundan.

Senja mengambil susu rasa stroberi itu. "Buat gue?" tanya Senja tak yakin.

"Lo pikir gue beliin siapa lagi?"

"Thanks, Alf." Senja bingung harus berkata apa lagi.

Kalau saja dia tidak mendengar obrolan Ruby dan Alf, mungkin dia tidak perlu sekaku ini pada Alf. Pertemanan terasa berbeda jika salah satunya menyimpan cinta. Senja memang tidak terlalu peka masalah perasaan, ternyata Alf benar-benar memperhatikannya. Entah sejak kapan dia sendiri tidak sadar.

"Kak Alfarez!!!"

Alfarez dan Senja menoleh bersamaan. Tiga orang siswi kelas sepuluh tampak berlari tergopoh-gopoh ke arah mereka. Dua orang siswi membawa blocknotes, Senja langsung tahu siapa mereka.

"Kak Alfarez boleh kami wawancara sebentar? Oh ya. perkenalkan kami dari tim buletin sekolah. Kebetulan nama Kakak saat ini sedang melambung, kami hendak meliput berita tentang Kakak yang berhasil meraih peringkat di seleksi olimpiade. From Zero to Hero!!!" ujar cewek berambut kucir kuda penuh semangat.

Alf mendadak cengo menghadapi suasana ini. "Sori, gue sibuk. Cari yang lain aja ya buat diwawancara!" jawab Alf.

Cewek itu nampak kecewa. "Yaah, lima menit aja kak, ya ya ya."

"Iya kak, kami bisa dipecat atasan kalau gagal mewawancarai kakak!" sahut cewek yang lain.

"Kalian kan nggak sedang kerja di perusahaan atau apa woyy... ini cuma buletin sekolah," kesal Alf.

High School and Rebellion [Misteri Gedung Olahraga]Where stories live. Discover now