A Quiet Place

9.4K 1.7K 110
                                    

Bel istirahat sudah berdentang lima menit yang lalu. Namun seorang gadis masih duduk dan menunggu semua anak di kelasnya keluar untuk istirahat. Setelah semua anak keluar, ia segera menggeser kursinya dan melangkah pelan menuju belakang kelas tempat loker-loker mereka. Tangannya menggenggam selembar amplop berwarna biru.

Ia berdiri cukup lama di depan sebuah loker bergembok cokelat bertuliskan nama seseorang yang sudah lama ia kagumi. Ia memandang amplop biru itu dengan hampa. "Kalau elo nggak ngebales surat gue kali ini, mungkin ini akan jadi surat gue yang terakhir buat elo," gumam Senja pada dirinya sendiri.

"Kenapa harus jadi surat yang terakhir? Padahal puisi-puisi lo udah berhasil menyentuh hati gue," sahut sebuah suara di belakangnya.

Senja segera menoleh, Jundan sudah berdiri bersedekap di belakangnya. "Daniel..."

Jundan mendekati Senja namun di saat yang bersamaan dia melihat Ozora dan Ellie yang lewat di depan kelasnya. Kedua gadis itu melirik seolah sedang mengintai apa yang dia lakukan.

"Tapi tetap saja sampai kapanpun gue nggak akan pernah bisa membalas perasaan elo," lanjut Jundan lagi. "Jadi sebaiknya lo nyerah aja." Jundan mundur selangkah untuk menjauhi Senja.

Hati Senja mencelos mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Jundan."Emangnya suka sama seseorang itu salah ya?" tanya Senja dengan nada suara bergetar.

Jundan menghela napas panjang. "Lo masih nggak ngerti juga ya? Gue...."

"Kalau gitu gue minta maaf udah suka sama elo. Maaf karena gue pernah suka sama elo untuk waktu yang lama." Senja memutus perkataan Jundan sebelum cowok itu merampungkan kalimatnya, ia berlari meninggalkan Jundan tanpa sepatah kata, air matanya sudah tak terbendung lagi, ia tidak ingin Jundan melihatnya menangis.

Brukkk!!!

"Yaelahh, Gue nyari elo dari tadi, kebetulan banget nggak sih langsung ketemu, jangan-jangan kita jodoh lagi," gurau Alfarez. "Ayo ikut gue, gue mau cerita sesuatu penting!"

Sepertinya Senja harus menunda acara nangisnya dulu. "Ada apa?" tanya Senja pada Alfarez dengan suara serak.

"Eh elo kenapa? Kok mata lo merah gitu?" Alf memiringkan kepalanya.

"Nggak, nggak apa-apa kok!" jawab Senja gugup.

"Yaudah, yuk cepetan dikit jalannya, keburu bel masuk. Gue punya info penting nih."

Sesampainya di kantin, Alfarez dengan penuh semangat langsung menceritakan semua informasi yang ia dapat dari Jundan semalam serta ide yang sudah disusunnya. Elfrey, Ruby, dan Senja yang mendengar cerita itu tercengang tak percaya.

Mereka berempat duduk melingkari meja di kantin. Sementara Wendy belum sempat bergabung karena harus piket jaga UKS, dan Jundan beralasan dipanggil ke kantor guru.

"Serius itu gedung yang pernah digunakan untuk bunuh diri?" tanya Ruby masih tak percaya.

Alf mengangguk. "Banyak kejadian janggal dan gangguan di tempat itu, makannya tempat itu dikosongkan dan olahraga kita cuma senam di aula."

"Pantas saja dari awal kita masuk Heksagon sampai sekarang pembangunannya nggak pernah selesai, ternyata banyak gangguan," sambung Elfrey.

"Yang masih jadi pertanyaan, kalau Mbak Lastri meninggal di tempat itu kenapa dia berkeliaran di sekolah dan bukannya stay di gedung itu saja?" tanya Ruby.

"Stay-stay lu pikir homestay apa! Lagipula bukankah Mbak Lastri meninggalnya di kolam renang? Ini mana yang bener sih?" Elfrey sedikit kesal karena semakin banyak info yang mereka dapat, rasanya jadi makin simpang siur nggak jelas.

High School and Rebellion [Misteri Gedung Olahraga]Where stories live. Discover now