MSE - CHAPTER 18

15.6K 878 20
                                    

SELAMAT MEMBACA❤️

***

Elsa sudah berada di depan kelasnya bersama Erga, keadaan masih terlihat canggung, mereka berdua masih belum terlalu banyak berbicara setelah Erga lebih memilih untuk merengkuh Elsa yang tengah terisak pukul dua pagi, gadis itu semakin bersalah saat Erga mendekapnya erat dan mengusap punggungnya dengan sayang.

"Apa aku gak pernah cukup bagi kamu? Kamu gak perlu memaksa kakakmu pulang kalau dia gak mau. Kamu hanya perlu menangis dan datang sama aku, Elsa. Aku ... akan terus ada di samping kamu."

Elsa masih mengingat dengan jelas saat merasakan dekapan Erga mengerat seakan-akan tidak ingin kehilangannya. Harusnya Elsa tersadar lebih dulu, ada seseorang yang berada di sampingnya, lalu kenapa ia malah membutuhkan yang lain? Dan membuat ego Erga sedikit terluka, ia juga merasa pasti Erga merasa tak dihargai olehnya, dan Elsa menyesali hal itu.

Erga dan Thomas adalah dua orang yang berbeda, mau bagaimana pun juga Erga hanya kekasihnya, tidak seharusnya Elsa membagi kesedihan keluarganya pada Erga, tetapi, Erga tetaplah Erga .. Apapun masalah Elsa, itu akan menjadi masalahnya juga.

Elsa sudah memberikan hidupnya pada Erga bukan? Jadi, Elsa hanya perlu berkeluh kesah pada Erga, tidak pada yang lain terutama Thomas.

"Elsa..." Elsa mengerjapkan matanya saat Erga mengusap bahunya lembut, ia tersadar dari lamunannya.

"Maaf," ucap Elsa menyesal. Erga tersenyum menenangkan lalu memeluk gadisnya, tidak peduli dengan orang sekitar yang memperhatikan keduanya dengan pandangan ingin tahu.

"Kamu tau 'kan, kalau kamu sedih kamu harus datang ke mana? Jangan lagi berharap pada sesuatu yang tidak pasti, itu cuma akan bikin kamu terluka," kata Erga sambil menyimpan dagunya di puncak kepala Elsa.

"Lalu bagaimana kalau kamu yang bikin aku sedih, Ga? Aku harus pergi ke mana?" Sekelebat pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul di pikiran Elsa.

"Dua tahun terakhir ini cukup bagi kamu untuk menyadari kalau aku selalu ada buat kamu, jangan pernah meminta orang lain menggantikan posisi aku. Kamu tau 'kan, aku siap kapan aja memiliki kamu secara resmi kalau kamu terus-terusan nangis minta orangtua kamu tetap tinggal?" Elsa mendongak menatap Erga dengan pandangan kesal.

"Aku serius, Elsa," ucap Erga dengan sungguh-sungguh, ia masih tidak terima dengan perlakuan Robert semalam pada gadisnya, memikirkannya saja sudah membuat rahangnya mengeras, Erga ingin sekali meninju wajah seorang Robert McKenzie.

"Masih sakit?" Erga memegang sudut bibir Elsa yang terluka setelah melepaskan pelukannya. Elsa menggeleng pelan.

Erga menangkup pipi Elsa kemudian mencium sudut bibir Elsa tepat di lukanya dengan singkat, Elsa terpaku dan mengerjapkan matanya tak percaya.

"Belajar yang bener. Bilang sama aku kalo cowok bule sialan itu gangguin kamu," ujar Erga tiba-tiba saat melihat Dave baru saja datang dan masuk melewati kedua sejoli itu dengan tatapan datarnya. Tidak mempedulikan sindiran Erga.

Setelah Erga berlalu, Elsa masuk ke dalam kelas dan duduk di bangkunya yang sudah terisi Dave di sampingnya.

"Pagi-pagi udah kusut aja mukanya." Elsa yang baru saja duduk di kursinya hanya melirik sekilas pada Dave, ia malas meladeni lelaki annoying itu.

"Tapi, lo tetep keliatan cantik kok," ucapnya setengah berbisik tepat di samping telinga Elsa.

Elsa tak mempedulikannya, ia melirik ke arah laci mejanya, keningnya berkerut saat ada sesuatu yang terasa ia sentuh.

My Sweet Erga ✔️Where stories live. Discover now