24

196 79 24
                                    

°|•°'Sinha pov


Sepulang dari berbelanja kebutuhan bulanan, aku langsung pergi ke rumah sahabatku Jimin.

Menumpahkan semua keluh kesahku kepadanya. Aku menceritakan semua yang aku dengar dari Leina.

Menangis dipelukan sahabatku untuk kesekian kalinya. Hingga air mataku rasanya sudah habis dan mengering.

"Jimin-nie.. Hikss.. "

"Sudahlah Sinha, berhentilah menangis! Kita cari jalan keluarnya nanti.. " Pintanya yang aku beri dengan anggukan singkat.

"Minnie.. Aku lelah ingin tidur. " Ucapku dengan manja sembari mendongak menatap wajah sahabatku sedari kecil.

"Baiklah, kau bisa gunakan ranjangku. Aku akan tunggu di bawah kau pasti butuh waktu untuk sendiri. "

Sebelum beranjak keluar dari kamar, aku terlebih dahulu menahan lengan Jimin.

Menggeleng lemah sembari mempoutkan bibirku kebawah.

"Jangan pergi! Temanni aku tidur disini.. "

"Aishh.. Sebenarnya apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau tiba tiba manja seperti ini huhh?!

Ya sudah, kalau begitu aku akan menemanimu. " Akupun tersenyum sendu menatap sahabatku yang merenggut lucu.

Perlahan aku berbaring di ranjang milik Jimin yang di dominasi oleh warna aquamarine.

Memposisikan tubuhku menghadap kearahnya yang sudah ikut berbaring di sebelahku. Lelaki itu menarik selimut tebal miliknya sebatas dada.

Mengusap lembut wajahku yang membuat mataku perlahan terpejam.

Dapat aku rasakan tangan mungilnya yang memeluk pinggangku erat dan tak lama akupun mulai masuk kealam mimpiku.

Mencoba untuk mengistirahatkan fisik dan pikiranku sejenak.

°|•°'Jimin pov

Aku terbangun dari tidurku yang terasa panjang, melirik sekilas kearah jam dinding yang saat ini menunjukan pukul 19.25 malam.

Kepalaku terasa berat dan juga pusing, mungkin efek karena terlalu lama tidur.

Kulihat sisi kanan rangjang milikku, ternyata ia masih tertidur dengan lelap.

Ya, mungkin Sinha memang sangat lelah karena terlalu banyak menangis.

Tanpa ingin membangunkannya aku pun melangkahkan kakiku perlahan turun dari atas ranjang.

Berniat untuk membasuh muka dan mungkin makan malam sejenak, karena jujur perutku terus berbunyi sedari tadi.

Sejak siang tadi Sinha datang kepadaku sembari menangis, aku memang belum menelan sedikitpun makan siangku.

Bisa kalian bayangkan aku sudah menahan lapar sekitar enam jam lamanya. Wahh, lama lama bisa kurus juga pipi cubby ku ini.

"Jimin oppa!.. " Panggil Yoona adik perempuanku satu satunya.

Ia menatapku dengan wajah penuh tanya dan mata bulat hazel miliknya.

Membuatku seketika terkejut di saat baru saja membuka kenop pintu kamarku.

"Aishh, anak ini.. Kau sudah membuatku terkejut tau! " Ucapku dengan kesal sembari perlahan menutup pintu kamarku kembali, tanpa ingin membuat suara sedikitpun.

End of Story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang