Epilog

312 65 12
                                    

°|•°'Jimin pov

Bandara Incheon. Di sinilah aku berada sekarang ini, jika kalian berpikir bahwa aku yang akan pergi kalian salah.

Salah satu teman baikku, bisa disebut sahabatku juga, Min Jiah. Dia akan pergi meninggalkanku dan meninggalkan tanah kelahirannya sendiri.

Seminggu sebelum kelulusan ia meminta untuk bertemu denganku.

Bisa dilihat raut wajah sedih dan takut yang aku dapati disaat bertatapan denganya saat itu.

Di sana ia mengungkakpan semuanya, semua yang ia pendam selama ini. Gadis itu ternyata mencintaiku.

Awalnya aku cukup terkejut, tentu saja aku terkejut. Aku tidak menyangka bahwa ternyata Jiah juga akan menyimpan perasaan sukanya terhadapku.

Bahkan aku masih bisa mengingat dengan jelas suara lirih yang terucap dari belah bibirnya di saat ia mengatakan 'aku mencintaimu Park Jimin'.

Tapi aku juga tak kalah terkejut di saat gadis itu berkata bahwa ia tidak mengharapkan balasan cintanya dariku.

Bahkan ia sangat mendukung hubungan diantaraku dengan Sinha. Jiah sangat tahu bagaimana aku begitu mencintai sahabat kecilku itu.

Tapi aku juga tahu diri dan tidak munafik bahwa aku juga sempat menyimpan rasa suka terhadapnya.

Akupun mencoba jujur akan perasaanku ini. Dan ya, gadis itu sangat terkejut dengan pernyataanku saat itu.

Tapi aku juga tidak bisa bohong bahwa perasaan cintaku sudah terikat cukup kuat terhadap Sinha. Aku sudah menetapkan perasaanku kepadanya, dan aku tak bisa berpaling lagi.

Aku sangat beruntung memiliki teman sebaik Jiah, dia sangat perhatian dan begitu mengerti akan perasaanku ini.

Gadis itu bahkan setia mendukung diriku selalu untuk bisa memperjuangkan cintaku.

Padahal saat itu sudah jelas bahwa dirinya tengah menyimpan harapannya terhadapku.

Dan saat ini kami harus berpisah, Jiah akan menetap di London bersama dengan keluarganya.

Gadis itu diberi kepercayaan untuk memimpin perusahaan milik keluarganya yang berkembang pesat di negri orang.

Tapi aku juga tau bahwa keputusannya untuk pergi yang terkesan begitu mudah ini tidaklah tanpa alasan.

Aku sangat tau, gadis ini tengah mencoba untuk melupakanku. Dengan cara pergi sejauh mungkin dari kehidupanku.

"Jimin-ahh.. Pesawatku akan lepas landas 20 menit lagi, aku harus segera bergegas saat ini juga. " Ucapan Jiah berhasil membuyarkan lamunanku.

Akupun menoleh kearahnya yang sudah berdiri dari posisi duduknya.

Jangan lupakan koper dan tas besar yang ia bawa, dan itu baru setengah dari barang yang ia miliki.

"Ahh begitu ya... Jiah kau yakin akan pergi? " Tanyaku sembari menggaruk tengkuk dengan canggung sedangkan gadis itu kini tengah memutar bola matanya malas.

Ya jika diingat ingat itu sudah menjadi pertanyaan ke sebelas kalinya yang terucap dari bilah bibirku. Wajar saja jika ia menunjukan respon yang seperti itu.

"Ck, tidak adakah pertayaan lain yang bisa kau tanyakan? Atau ucapan perpisahan begitu, sebelum aku pergi. " Jawabnya sembari mendengus kesal.

"Hhe mian... " Balasku terkekeh menatap bodoh kearahnya.

Tanpa pikir panjang akupun membawa tubuhnya kedalam dekapanku.

Memeluknya erat penuh kehangatan. Ya, ini adalah salam perpisahan yang aku lakukan.

End of Story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang