Melaju meski terlanjur.

23 1 0
                                    

Kurajut cinta dan kutancapkan dalam hati bak tertancapnya sebuah panji, hanya untukmu yang nyatanya tak pernah melemparkan janji.

Aku menyakiti diriku sendiri, membayar cinta dengan sepeser waktu bahagiaku yang berharga, walau akhirnya rasaku tak kunjung dihargai.

Kita ini sebenarnya apa? Sekumpulan organisme di atas bumi yang terus bergerak kesana dan kemari tanpa rasa peduli? Atau sekumpulam pemain sulap yang selalu mahir membohongi orang lain dan diri sendiri?.

Kita sama-sama mengirimkan doa kepada kuasa Tuhan yang sama. Aku menulis namamu, namun Tuhan menghapusnya atas permintaanmu sendiri. Akhirnya aku memilih untuk menggantungkan doa-doa itu diatas langit agar Tuhan tak lagi membuka isinya. Namun engkau meminta Tuhanku untuk menggunting tali penggantung doaku, hingga semua untaian kata itu terjatuh keatas lautan, lalu tenggelam ditelan ombak.

Kamu bukan orang jahat, hanya orang yang sedang berusaha menghindar dari buasnya cinta dan egoismeku. Bukankah demikian? Engkaupun menggeleng, dan Tuhan pun mengangguk. Mau sampai kapan kamu membohongi dirimu sendiri...

Aku masih menunggumu di pelipir rasaku. Kapan sekiranya dirimu ingin bertamu?.

Mungkin, aku telat mencintaimu. Namun pada hakikatnya, aku telah mencintaimu. Orang lain menggenggammu dengan identitas, dan aku mendekapmu dengan totalitas. Aku kelak akan mati, namun cintaku masih hidup dan akan senantiasa tergores diatas kertas ini.

Semoga kelak Tuhan mengizinkanmu untuk menyentuhnya, dan membacanya.

Kau adalah rahasia yang terus kukejar dengan sia-sia. Aku belum lelah, kopiku baru kuseduh. Tabir akan tersingkap, kelak kau dan aku akan sama-sama tahu tentang esensi rangkaian kata cinta ini. Untuk sekarang, biarkan matamu tertutup, dan biarkan wajahmu berpaling. Tak lama lagi laju kehidupan akan berbalik haluan.

Sesak (senandika cinta).Where stories live. Discover now