Berkemas

13 0 0
                                    



Tiada hentinya diriku mengejar hati, sampai-sampai ku menyikapi duniaku sendiri dengan antipati.

Dalam hangatnya petang, aku berfilsafat, mencoba memikirkan semuanya secara radik, sampai pada hal-hal yang partikular. Aku sedikit menemukan titik temu, walau belum aku yakini sepenuh hati.

Hai cantik, makin hari hidupmu makin maju, sementara hari-hariku kian halu. Kau sudah pergi jauh ke depan, akupun berkemas mencoba pergi, pergi berbalik arah.

Aku tak lagi memikirkan sepucuk surat yang kurangkai dengan kata-kata senandika, kukira surat itu sudah lusung tak berguna, Kau abaikan atau bahkan kau buang. Aku tak lagi memikirkan jutaan langkahku yang mengarah pada dirimu, mungkin semua sudah tersapu oleh debu, dan terhapus oleh rintik hujan.

Aku berbalik, entahlah mungkin aku tak akan mampu, namun kucoba saja. Kita bisa saja kelak bertemu dari jalan yang lain. Mungkin jalan di depanku buntu, aku butuh menapaki jalan sebelah.

Semua sudah kukemas; kenangan, bayangan, angan-agan, dan rasa cinta yang sama sekali tak pernah berselang. Lelah hati ini meyakinkanmu. Lelah kuberjalan diantara kerumunan orang yang sama-sama sedang mengejarmu. Hatiku sesak, kubutuh udara dan ruang, aku tak ingin gugur sebagaimana orang-orang itu mati gila karena gagal mengejarmu.

Aku sudah di sudut jalan. Aku menunggu Bus yang melintas dan akan membawaku ke jalan lain. Hari itu kau tak hadir di sisi Terminal, padahal lama sekali ku menanti. Aku membuka pintu Bus sembari membuka hatiku pada kesempatan lain, pada beberapa hati yang dahulu mencoba hadir.

Namun nyatanya, rumit menerimanya. Aku gagal berjalan ke arah lain.....

Tanpa sepengetahnmu, langkahku kembali mengarah padamu. Takkan pernah berhenti sampai kelak Bumi membelah dirinya hingga memisahkan kita pada retakan kehancuran semesta.

Seterusnya seperti itu, sampai waktu terhenti....

Sesak (senandika cinta).Onde histórias criam vida. Descubra agora