Kata-kata.

11 0 0
                                    

Tak ada lagi kata-kata, yang ada hanyalah omong kosong tak beritme. Terlontar dari kedua bibirku dan tak mampu menembus hatimu.

Tak ada lagi kata-kata, yang ada hanyalah ungkapan manis yang kau tolak pahit-pahit. Aku ingin sejenak mengunci mulutku untuk beberapa dekade, agar tak ada lagi kepahitan yang kuterima darimu.

Tak ada lagi kata-kata, yang ada hanyalah kesunyian yang nemenami bungkamku sepanjang hari. Kamu tertawa bersama orang lain, seakan dirimu menertawakanku dengan cara yang lembut.

Aku mengejarmu dengan ribuan kata, yang tak pernah kamu gubris barang sepatah kata. Kalimatku berubah menjadi abu, terhembus angin dan nemempel di diding kaca kamarmu. Kau tak peduli, asyik dengan duniamu, seolah menganggapku ikut menjadi debu yang terhembus itu.

Kau tak membuka sepintas peluang bagiku untuk ada disetiap katamu. Kau tak menganggap semua kataku terlontarkan untuk mengubah duniamu, dan merajut bersama dunia kita. Kau tetap tak peduli, berpaling dengan lugunya.

Ku tak peduli, katamu. Aku belum lelah, kataku. Kita terus berputar dalam lingkarang yang tak pasti ini. Kata-kata kita kian membeku lalu mendingin seperti antartika, mencair perlahan dan tak pernah utuh kembali.

Butuh berapa kata lagi untuk mengungkapkan rasaku? Ungkapanmu tak pernah senada, kau anggap rasaku bernoda, kau anggap egoku adalah nahkoda. Sementara dirimu berlalu tak berjejak, menamparku dengan ribuan sajak, meninggalkanku seolah bijak.

Duhai cantik, masih tak tersadarkankah dirimu?

Sesak (senandika cinta).Where stories live. Discover now