06. Accepted

13.7K 1.7K 546
                                    

_________

Wonhee akhirnya sampai di rumah dengan perasaan hampa. Hampir seperti orang yang terkena stigma membuka pintu restoran dengan tatapan kosong. Sampai sekarang ia tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan Taehyung pasal—jadi pacarnya itu.

Perempuan Jeon itu terus mengeluarkan spekulasinya mengenai apa rugi dan untungnya punya kekasih seperti Taehyung. Kalau jadi kekasih laki-laki itu untungnya; Wonhee tidak susah minta makan, Taehyung mapan. Karena menurutnya berpacaran tanpa modal itu menyusahkan. Ia juga butuh hidup yang layak, kan. Meski ia tidak segila itu dengan yang namanya laki-laki kaya.

Wonhee selalu ingat ucapan ibunya kalau sedang membahas tentang pernikahan, 'Carilah laki-laki yang bisa memberikanmu kebutuhan lahir batin, kita tidak tahu ke depannya akan seperti apa. Intinya jangan melihat dari tampang saja. Lihat ketebalan dompetnya juga dan tanggung jawab yang dia berikan padamu.'

Sesat sekali memang ibunya. Tapi ada benarnya juga, lagipula Wonhee juga agak boros kalau urusan untuk menghabiskan isi tabungan. Dan yang kedua alias kerugian menjadi pacarnya adalah; Taehyung tampan dan punya penggemar.

Memang laki-laki itu tidak terlalu diekspos di media, tapi tak sedikit juga Wonhee melihat segelintir orang yang mengidolakan Taehyung—bahkan sampai ibu-ibu sekalipun. Masalah yang ia takuti saat ini adalah berurusan dengan orang lain. Wonhee tidak mau ia ditanya-tanya mengenai hubungannya dengan Taehyung—kalau misalnya nanti jadi berpacaran.

Dengan langkah pelan, perempuan tinggi itu melewati meja kasir restoran dengan mimik muka tidak bisa dijelaskan. Baru berapa langkah, Wonhee mendengar ibunya memanggil.

"Kau ke mana saja? Itu Hala menunggu dari tadi."

Menoleh ke arah belakang, Wonhee melihat ada temannya yang tengah duduk sendirian di meja pelanggan. Wonhee menarik napas dalam, sudah mengerti dan tahu maksud dari kedatangan Hala ini.

Pasti Hala merasa bingung mengenai perlakuannya tempo hari yang menyuruh perempuan itu untuk menjauhinya. Saat itu Wonhee berpikiran terlalu panik dan takut hingga spontan mengatakan itu pada Hala.

"Wonhee ..." Hala bergumam ketika melihat Wonhee mendekat dan duduk di depannya. Dulu Hala tidak pernah semenegangkan ketika berbicara dengan Wonhee, pasti banyak omong. Tapi mungkin situasinya sedang berbeda dengan dulu.

"Aku datang ke sini untuk minta maaf tentang kejadian waktu aku meninggalkanmu. Aku salah, maaf."

Kalau dipikir-pikir Hala ini memang ada salahnya sedikit waktu itu. Dia lupa waktu hingga meninggalkan Wonhee bersama kakaknya yang meliar saat malam itu. Wonhee melihat ada gurat penyesalan di wajah Hala saat ini.

Wonhee tahu, Hala tidak sejahat itu untuk membiarkan Wonhee dilecehkan oleh saudara laki-lakinya. Hala memang sedikit nekat bertindak dan juga keras kepala, tapi ia tidak sampai menyakiti apalagi sampai membiarkan Wonhee dilecehkan.

Kalau saja Hala saat itu datang lebih awal, mungkin saat ini Wonhee masih perawan dan tersegel rapat-rapat. Tapi yang namanya sudah terjadi mau bagaimana lagi? Wonhee juga tak sepenuhnya menyalahkan satu pihak di sini. Intinya kejadian kemarin itu semuanya bersalah.

"Iya, aku paham. Tidak usah dibahas lagi, sudah lewat." Benar, sih sudah lewat. Hanya saja masih membekas rasanya-rasa Taehyung.

Hala menyampirkan rambutnya ke belakang telinga, merasa sedikit gugup berkata, "Dan lagi satu, aku juga ingin minta maaf atas perlakuan kakakku yang sedikit lancang padamu ... jika ada."

Menelaah maksudnya selama beberapa detik, Wonhee langsung melotot mendengarnya. Apa itu artinya Hala tahu perbuataan bejat kakaknya? Sial, Wonhee malu sekali.

AcmeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang