Lima

34.1K 3.6K 61
                                    

"Perkataan di bibir dan di hati itu sering sekali bertentangan, apalagi jika itu berkaitan dengan perasaan."

-Kekasih Halal-

💠💠💠

Alan menginjakkan kakinya di taman samping rumah Athaya. Setelah itu, ia memilih untuk duduk di salah satu ayunan kesukaannya dulu. Saat ia sering bermain dengan Athaya.

"Waktu itu, katanya gak suka Athaya, kok sekarang berubah pikiran?"

Alan menolehkan kepalanya saat suara Lathifa muncul dari arah samping kanannya. "Abi sudah memberikan banyak ceramah untuk Alan."

Lathifa menahan senyumnya dan duduk di ayunan sebelah Alan. "Yakin karena ceramah Abi, bukan karena obrolan kamu dengan Athaya? Umi sama Abi gak sengaja dengar, loh."

Alan menghela napas pelan. "Karena itu juga," jawabnya.

"Alan, walau kamu diam dan tidak cerita apa pun tentang perasaanmu pada Umi, tapi Umi tau. Itulah sebabnya Abi dan Umi setuju kamu menikah dengan Athaya. Menjadi imam untuknya. Menemani hidupnya," kata Lathifa.

Alan memandang wajah Lathifa yang sedang tersenyum manis. "Sebab Alan setuju untuk menikahi Athaya, karena Alan tidak ingin melihatnya menangis lagi. Alan paling tidak suka melihat perempuan menangis."

"Perasaan Alan sesak setiap kali melihat perempuan menangis. Terutama Umi dan dia."

"Dia siapa?" tanya Lathifa sambil menaikkan satu alisnya. Menggoda Alan adalah kesukaannya.

"Athaya," jawab Alan dengan suara yang sangat pelan.

"Kamu itu sama kayak Abimu, kelihatannya dingin, perkataan gak jelas, tapi kalian sangat penyayang. Umi dari awal sudah tau bahwa kamu tidak akan menolak Athaya, mau tau sebabnya?"

Alan mengangguk.

"Sebab, perasaan kamu ke Athaya tidak bisa kamu sembunyikan pada Umi atau Abi. Setangguh apa pun kamu membangun benteng itu, tetap saja jika itu berhubungan dengan Athaya, kamu akan meruntuhkannya sendiri.

"Alan, Umi sama Abi itu dulu juga seperti kamu. Ngakunya tidak ada perasaan spesial, tapi setiap tingkah yang tunjukkan, bermakna lain. Bagian mana yang bisa disembunyikan? Kita tidak bisa seperti Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah. Yang mampu menyembunyikan cintanya dalam diam sampai setan pun tidak mengetahui itu."

Alan mengangguk. Tentu saja ia tau, hal seperti itu, sudah lama ia baca dari buku-buku yang Arsyad belikan sewaktu kecil. Hanya saja, ia masih ingin memastikan lebih jelas, apakah perasaan yang ia rasakan saat ini, benar-benar cinta atau hanya perasaan sementara karena sejak dulu selalu bersama dengan gadis itu.

"Yaudah, yuk masuk dulu. Tadi Umi dapat kabar, kalau Kak Adiba mau datang ke sini, kita harus sambut mereka. Kamu suruh Athaya siap-siap, ya," pinta Lathifa.

Alan lagi-lagi hanya menganggukkan kepalanya. Entahlah, sepertinya sifat dingin Arsyad telah menurun padanya sampai mendarah daging. Bahkan lebih parah daripada Arsyad.

Alan berdiri dan berjalan memasuki rumah Athaya. Langkahnya sedikit lebar karena mendapati Arsyad yang duduk sambil fokus ke layar laptop. Namun, Alan tau, dibalik itu semua, Arsyad sudah menyimpan beberapa sindirian yang siap dilemparkan padanya.

Tidak ingin menjadi bahan ledekan, Alan semakin mempercepat langkahnya dan masuk ke dalam kamar Athaya. Kemudian, matanya menggeledah seisi kamar dan menemukan Athaya yang sedang berdiri di balkon kamarnya.

Kekasih Halal [END] [Segera Terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora