Tujuh

29.1K 3.6K 86
                                    

"Yang satu sangat perasa, yang satu lagi sangat tidak perasa. Menurutmu, mana yang kalah? Mana yang berubah?"

-Kekasih Halal-

💠💠💠

"Athaya Zhalisa Maharani. Kenapa pagi ini kamu telat?" tanya Bu Dara. Guru bk mereka yang sudah disini sejak beberapa tahun yang lalu.

Athaya menghela napas pelan. Ia sudah menebak bahwa dirinya akan telat. Apalagi Alan meninggalkannya pagi ini.

"Saya habis nolongin ibu-ibu hamil yang lagi bawa galon air, Bu."

Bu Dara menjewer telinga Athaya. "Alasan macam apa itu, Athaya?" tanya Bu Dara.

Athaya memekik kesakitan. "Aduh-duh! Bu, sakit! Emang bener, kok, Bu. Tadi ada ibu-ibu hamil, dia bawa galon air, kan saya kasian, Bu."

Bu Dara melepaskan jewerannya. "Saya turut berduka cita atas kepergian orang tua kamu," ujar Bu Dara.

Athaya mengangguk. "Terima kasih, Bu."

"Tapi kamu tetap dihukum!" sentak Bu Dara.

Athaya memandang wajah Bu Dara dengan seksama. "Bu, apa kalau Ibu melihat yang saya lihat tadi, lantas Ibu tidak melakukan apa yang saya lakukan? Kan Ibu lebih paham daripada saya, masa Ibu gak pengertian, Bu," keluh Athaya.

Semua siswa yang berdiri di sebelahnya karena alasan yang sama hanya melongo. Tidak menyangka Athaya masih akan membela dirinya. Apalagi membawa-bawa ibu hamil.

"Athaya, terlambat tetaplah terlambat. Tidak perduli apa yang sudah kamu lalukan sebelum datang ke sekolah, peraturan tetaplah peraturan. Kamu lari keliling lapangan tiga kali putaran."

Athaya langsung menghela napas pasrah. "Bu Dara aja yang perempuan gak peka, apalagi Alan yang laki-laki," gerutu Athaya pelan.

Kakinya melangkah ke arah lapangan basket. Lapangan yang paling ia benci karena keluasannya yang luar biasa. Jika ia berlari di sana tiga kali putaran dan dalam perut yang sama sekali belum terisi sejak pagi, bisa ia pastikan. Nyawanya akan keluar sementara dari tubuhnya dalam beberapa jam.

"Hih!" kesalnya.

"Apa yang kamu lakukan?"

Athaya langsung menolehkan kepalanya. "Berdiri, Pak."

"Saya tau kamu berdiri, yang saya maksud kamu ada perlu apa di sini?" ulang Pak Pandu.

"Saya telat, Pak Pandu. Jadi saya disuruh lari keliling lapangan tiga putaran," jawab Athaya.

"Athaya, ganti baju!" teriak Hani dari bangku penonton.

"Aku masih di hukum," balas Athaya.

"Kamu akan lari, mana bisa kalau pakai rok panjang seperti itu," protes Pak Pandu sambil menunjuk rok Athaya.

Athaya mengangguk paham. Kemudian ia berlari ke ruang ganti. "Hani, Pak Pandu ngapain di sana? Guru kita kan Pak Handoko, bukan Pak Pandu," tanya Athaya saat Hani menyusulnya.

"Lo lupa? Jadwal pelajaran penjas kita kan sama kayak kelas IPA 2."

Athaya yang melangkahkan kakinya keluar langsung berhenti sebentar. "IPA 2?" ulangnya.

Hani mengangguk dan menarik tangan Athaya. "Iya, emang kenapa, sih? Lagian hukuman lo itu masih banyak. Sana lari, nanti makin dimarahi Pak Handoko, loh!"

Athaya menepuk dahinya saat kelasnya dan IPA 2 sudah berbaris di lapangan. Ia benar-benar lupa, bahwa hari ini, kelas mereka mendapat lapangan yang sama.

Kekasih Halal [END] [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang