Sembilan Belas

25.5K 3K 72
                                    

Selamat bermalam minggu!
Happy reading, sayang!

💠💠💠

"Kalian bisa gunakan seluruh cara padaku, tetapi maaf, usaha kalian tidak akan lagi berguna. Sebab, janjiku pada Athaya lebih kuat daripada cara licik kalian."

-Kekasih Halal-

💠💠💠

Tau bahwa hubungan Athaya dan Alan sudah membaik, Hani berdecih pelan dan melipat tangannya di depan dada.

"Gue mau Athaya putus dari Alan!" gumamnya dengan tangan terkepal kuat.

Viona yang berada di sebelahnya langsung memukul pundak Hani dengan lembut. "Ada gue, kan? Gue bakal bantu lo buat dapetin Alan. Walaupun di sini gue yang kelihatannya suka sama cowok itu, tapi yang sebenarnya gak begitu. Gue mau bantu lo. Karena sebenarnya, gue juga gak suka sama Athaya. Keberadaannya harus dihapuskan, kalau enggak, otak polosnya itu bisa membuat semua orang sakit kepala."

"Suatu saat, kalau lo butuh bantuan, bilang gue. Tentunya, kalau misi kali ini sukses." Hani melihat-lihat kuku jarinya yang setiap hari ia pedi-medi. "Kayaknya, bentar lagi ada tontonan menarik," ujarnya sambil menatap Namira yang sedang memarahi beberapa teman sekelasnya.

"Besok, gue akan usaha untuk deketin Alan lagi. Dan ambil kesempatan untuk menahan Athaya, agar tidak mendekati Alan."

***

"Alan, kenapa bisa ada orang sejahat itu di sekolah kita?" tanya Athaya sambil duduk di sebelah Alan.

Setelah kejadian itu, para guru kembali ke kamar dan membebaskan para muridnya sampai jam sepuluh nanti.

"Sifat iri hati bisa menyesatkan setiap orang."

"Iri?"

"Yang kita lihat, Gina menyukai Kafka, tapi Kafka sukanya sama Namira. Apalagi mereka sudah menikah, wajar jika Kafka tidak melirik perempuan lain. Dan Gina gak terima, jadi dia melakukan sesuatu dibimbing oleh rasa iri hatinya."

Athaya memandang wajah Alan dengan seksama. Ada rasa nyaman saat mendengar suara suaminya itu.

"Kalau ada yang jahat sama aku, gimana?" tanya Athaya. Tanpa sadar telunjuk tangannya sudah berada tepat di depan dadanya sendiri.

Alan melirik wajah lugu Athaya dan berujar pelan, "Aku akan memberikan mereka pelajaran, yang tidak bisa mereka lupakan."

"Contohnya?"

"Menatap tajam ke arah mereka dan mengatakan bahwa mereka menyebalkan."

"Gitu aja?"

"Rahasia sayang."

Wajah Athaya memerah malu. "Jangan suka panggil itu, ini lagi gak di rumah, malu!" gerutunya.

"Kenapa? Mereka bisa melakukan itu dengan pasangannya jika ingin. Aku tidak akan melarang."

"Gak gitu konsepnya, Alan!"

"Hm."

Alan diam dan melipat tangannya di depan dada. Kepalanya ia sandarkan di bahu Athaya, seperti biasa, matanya juga ia tutup. Tidak perduli dengan pandangan teman-temannya.

Kekasih Halal [END] [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang