Enam Belas

25.2K 3K 121
                                    

"Masalah datang silih berganti. Dan aku selalu menganggap bahwa itu pelajaran paling penting di dunia."

-Kekasih halal-

💠💠💠

Athaya pusing sendiri melihat Alan jalan ke sana ke sini karena urusan OSIS-nya. Pikirannya melayang, apa Alan tidak lelah terus berjalan seperti itu? Apa kakinya tidak sakit?

Bawa map, kamera, amplop dan segala macam tetek bengek persiapan acara minggu depan. Padahal ini udah hari sabtu, tapi mereka masih aja sibuk. Entah apa aja yang di urus, tapi yang pasti selalu aja ada hal yang belum di selesaikan.

Oh, iya, gara-gara kegiatan ini juga, Athaya dan Alan selalu batal ke toko buku. Alan yang merasa tak enak selalu minta maaf pada Athaya, dan Athaya yang memahami kondisi ini hanya bisa mengangguk pasrah. Impiannya bersama novel-novel tercinta harus ia tahan.

"Athaya," panggil Rendi.

Athaya memandang Rendi yang sudah mengambil posisi duduk di sebelahnya. Athaya yang takut akan gosip, langsung berpindah ke kursi lainnya. Menyebabkan ada jarak diantara dirinya dan Rendi.

"Maaf, ya, Ren. Takutnya nanti ada gosip, terus nanti buat Alan gak fokus sama tugasnya. Kamu tau sendirikan, kalau Alan sedikit tidak menyukaimu," kata Athaya.

Rendi mengangguk dan mengulas sebuah senyuman. "Aku ngerti, kok. Santai aja." Rendi memerhatikan sekitarnya. "Ngapain di sini?" tanya Rendi.

"Aku nunggu Alan. Mau ke kantin bareng," jawab Athaya.

"Tapi Alan dari tadi sibuk terus, mau sampai kapan kamu nunggu? Ini udah hari sabtu dan senin kita berangkat, hari ini dan besok, tugas mereka pasti akan lebih banyak. Kamu pasti bakal nunggu lama," tanya Rendi.

"Gak pa-pa. Aku akan tunggu sampai Alan ke sini, jemput aku."

Rendi menghela napas pelan. "Ya udah, aku duluan, ya,"

Athaya mengangguk dan menunjukkan seulas senyum. "Iya."

Setelah kepergian Rendi, Athaya memainkan kakinya dan menatap ke depan. Berharap semoga Alan cepat datang menjemputnya dan mereka pergi ke kantin. Sebab, dirinya sudah mulai lapar.

"Athaya, ngapain?" tanya Hani.

"Nunggu Alan, Han."

Hani mengangguk dan tersenyum tipis. Kemudian pergi meninggalkan Athaya di depan kelasnya. Walau Athaya tidak ingin berpikiran buruk, tetapi entah kenapa, saat Hani menghampirinya tadi, perasaannya jadi tidak enak.

Athaya berdiri dan pergi ke kantin dengan sedikit berlari. Ia ingin memastikan, apa ekspresi yang Hani sampaikan tadi benar atau tidak.

"Alan! Makan baksonya. Mau sampai kapan lo diem?"

Pertanyaan Viona membuat langkah Athaya seketika terhenti. Jantung Athaya berdetak yak karuan, ia berusaha tenang, tetapi pemandangan dari pintu kantin tempatnya berpijak sangatlah menyakitkan.

Di sana, di salah satu meja kantin, Alan sedang duduk bersama anggota OSIS lainnya. Juga tambahan seorang wanita yang sama sekali Athaya benci. Dia Viona.

Air mata Athaya perlahan jatuh. Jadi, penungguannya di depan kelas tadi sia-sia? Alan sudah makan di sini, dia sudah duduk dengan nyaman. Walau wajahnya datar, tapi Athaya yakin, kalau Alan sedang menikmati waktu dengan teman OSIS-nya.

"Jahat!" gumam Athaya.

Karena tidak tahan, Athaya membalikkan tubuhnya dengan cepat. Sampai menubruk salah satu siswa yang tengah membawa semangkuk bakso. Naasnya, mangkuk kaca itu jatuh dan menyebabkan keheningan di kantin.

Kekasih Halal [END] [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang