Sepuluh

30.3K 3.4K 106
                                    

"Memancing seorang lelaki agar bisa menyatakan perasaannya sangat sederhana. Gak perlu sampai mutar otak."

-Kekasih Halal-

💠💠💠

"Kamu beneran bisa naik mobil?" tanya Athaya dengan kaki dihentakkan. Ia tidak percaya bahwa Alan sudah sangat mahir naik mobil.

Alan menggaruk kepalanya walau tidak gatal. "Kan kamu juga sudah pernah duduk di sebelahku, Athaya," jawab Alan.

"Tapi kan waktu itu keadaannya genting, dan aku juga gak begitu sadar! Kalau nanti kita kenapa-napa gimana?" tanya Athaya saat mengingat kecelakaan orang tuanya.

Alan mendekat dan memeluk Athaya. Sangat erat. Bahkan Athaya bisa menghirup aroma tubuh Alan yang bercampur dengan parfum dan keringat.

"Tubuh kamu bau," celetuk Athaya.

"Biar kamu pingsan. Kan gak sadar," balad Alan dengan wajah datar.

"Ih, seriusan, Alan!" sentak Athaya.

"Dengar, aku sudah memiliki SIM dan KTP. Aku juga sudah diakui oleh Abi kalau aku memang sudah bisa mengendarai mobil. Apa yang kamu takutkan?" tanya Alan sambil melepas pelukannya.

"Kalau kita kayak Ayah sama Bunda?" tanya Athaya dengan suara kecil.

"Itu semua sudah takdir Allah, Athaya."

Athaya menghela napas panjang. Mencoba untuk mengumpulkan keberaniannya dan duduk di kursi sebelah Alan. Begitu pun dengan Alan, ia ikut masuk dan duduk di kursi pengemudi.

"Alan, pelan-pelan aja, ya," pinta Athaya. Tangannya gemetar dan memeluk lengan Alan kuat.

Alan mengangguk. Ia mulai melajukan mobilnya. Sampai setengah perjalanan, Athaya mulai memeluk lengan Alan.

"Kenapa?" tanya Alan. Terpaksa, Alan harus menyetir dengan tangan satu.

"Pelan-pelan," pinta Athaya.

"Ini sudah pelan," gumam Alan. Matanya melirik ke arah tubuh Athaya yang mulai bergetar hebat.

"Kalau nanti kita kecelakaan gimana? Kalau mobilnya sampai ringsek kayak punya Ayah gimana? Aku takut," racau Athaya.

Alan menepikan mobilnya. Setelah mematikan mesin mobil, Alan memegang dagu Athaya dan menaikkan wajah gadis itu agar bertatapan dengannya.

"Kita akan baik-baik aja, insyaallah."

Athaya hanya diam dengan air mata yang mulai bercucuran. Dalam hati, Alan memaki Sandi yang bisa-bisanya mengirim foto pada ke grup mobil ringsek karena kecelakaan. Walau Sandi tidak tau itu mobil orang tua Athaya dan itu murni bukan kesalahan Sandi, tetapi tetap saja, Alan masih ingin memaki cowok itu.

"Kemari, mendekat padaku."

Alan mempersempit jarak di antara mereka, memeluk Athaya dengan erat. Tidak perduli dengan bau tubuhnya yang akan mengganggu pernapasan Athaya. Toh, Athaya juga gak akan marah.

"Jangan pikirkan apa pun," ujar Alan sambil menepuk punggung Athaya dengan pelan.

Athaya mengangguk patuh. Sampai akhirnya, Alan mendengar napas teratur yang Athaya keluarkan. Alan melihat wajah damai Athaya yang tertidur, mengatur posisi Athaya dan kembali melanjutkan perjalanan mereka.

Kekasih Halal [END] [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang