Dua Puluh Satu

24.6K 3K 126
                                    

Aciee!!
Yang kangen siapa? Coba komen!!
.
.
Btw udah baca ekstra part dua dari WCI belum?
Kalau udah, apa kabar yang aku sampaikan di sana?
Coba komen!
.
.
Btw, part yang ini udah panjang, loh!
Pasti rasa rindunya udah terbayar!
.
.
Happy reading!

💠💠💠

"Laki-laki itu, pasti punya nafsu yang terkadang melampaui batasannya sendiri."

-Kekasih Halal-

💠💠💠

Alan menatap datar pada Viona yang sejak tadi mendekatinya. Setiap ada celah, setiap ada kesempatan, gadis itu pasti akan menempel pada Alan layaknya permen karet.

Alan tetap diam, karena ia menghargai keputusan Athaya. Yaitu, mengabaikan gadis ini. Namun, tetap saja Alan merasa risih dan kesal. Rasanya ia ingin mengusir Viona dengan suaranya.

"Alan, lo mau bumbunya pedes atau manis?" tanya Viona untuk yang kesekian kalinya.

"No, aku ke Athaya dulu."

Berperilaku seperti tadi, Alan berdiri dan pergi meninggalkan Viona. Bahkan, sebelum Noah membalas ucapannya.

"Alan!" panggil Viona.

Alan mendengus kesal. Dengan gerakan cepat, ia sudah duduk di samping Athaya. Membuat aktivitas gadis itu langsung terhenti seketika.

Tanpa Alan duga, Athaya justru mengusirnya. "Jangan di sini, nanti mata kamu pedes!"

"Gak mau, aku maunya di sini. Kalau di sana, aku digangguin terus."

Athaya terdiam di tempatnya. Selain karena perkataan Alan yang terlalu jujur, pandangan para guru yang memperhatikan mereka juga menjadi alasan ia diam.

Mereka memang sudah mendapat ijin untuk berpacaran di sekolah, padahal sudah menikah. Itu pun karena nilai mereka semakin meningkat. Terutama dirinya yang selalu diajari Alan setiap malam.

Namun, tetap saja pandangan guru-guru itu terasa menyebalkan. Seolah mengawasi mereka. Padahal hanya seperti ini.

"Nanti kalau pedes gimana?" tanya Athaya saat jari telunjuk Alan sudah menusuk-nusuk lengannya.

"Nangis."

"Kamu mau nangis di depan temen-temen?"

"Kalau pedes."

"Alan, yang bener jawabnya. Jangan singkat-singkat!"

Alan menutup telinganya saat dimarahi Athaya. Kebiasannya sejak kecil. Jika Athaya marah-marah, ia akan menutup telinga dan memandang wajah Athaya. Karena keimutan Athaya akan bertambah saat itu juga.

Dan Alan suka itu.

"Kalau pedes, gak pa-pa nangis di depan mereka. Yang penting dekat sama kamu, bukan mereka."

Athaya melanjutkan ulekannya. Kebetulan ia mendapatkan tugas itu, karena keberhasilannya memasak nasi goreng siang tadi. Sehingga Noah, Wildan, Yuda, dan Gilang langsung mempromosikan dirinya di hadapan para anggota OSIS. Dan hal itu disetujui Alan tanpa bertanya pada anggota lain.

"Aku mau level pedesnya sedang aja. Gak pedes gak manis. Bisa?" tanya Alan.

Perkataan Alan membuat Athaya mengingat satu hal. Yaitu, Alan sama seperti Arsyad, tidak menyukai makanan pedas. Sejak kecil, Alan selalu menolak jika makanan yang diberikan padanya berlevel pedas.

Kekasih Halal [END] [Segera Terbit]Where stories live. Discover now