Chapter 12

1K 98 11
                                    

Yaya membulatkan matanya kaget. Setahu Yaya, Fang tidak pernah bertengkar dengan BoBoiBoy sampai penuh lebam.

"Sudah mendengar kabar bahwa sekolah kita kalah pada pertandingan nasional itu?"

Yaya mengangguk pelan. Tentu ia mengetahui berita yang tidak mengenakkan itu.

"Itu semua salahku," ucap Fang sambil tersenyum getir.

Yaya mengerutkan keningnya.

"Salahmu?"

Fang menekuk kedua kakinya, lalu memeluknya. Ia menenggelamkan kepalanya di antara lutut dan dadanya.

"Aku yang menyebabkan kekacauan itu, Yaya. Hari itu, pagi itu, pelatih sepak bola sekolah kita menelepon ke rumah. Aku mengangkat teleponnya. Pelatih menyuruhku untuk memberitahu BoBoiBoy bahwa jadwal pertandingannya dimajukan. Tapi aku tidak memberitahu hal itu kepada BoBoiBoy."

Fang semakin mengeratkan pelukan kedua kakinya.

"Sepertinya BoBoiBoy tetap pergi ke stadion. Ketika ia pulang ke rumah, ia langsung memukulku. Setelah itu kami bertengkar hebat."

Yaya mengangguk kepalanya pelan. Ia mulai mengerti masalah Fang.

"Dia bilang bahwa aku telah menghancurkan mimpinya. Gara-gara aku, BoBoiBoy kehilangan pangkatnya sebagai kapten dan tim sekolah kita kalah."

"Fang, kau harus tahu, tim sekolah kita kalah bukan karena kau," sanggah Yaya.

Fang melepaskan pelukannya dan kepalanya menengok ke arah Yaya.

"Aku tahu kau ingin menghiburku, heh," cibir Fang sambil menegakkan tubuhnya.

"Justru tidak sama sekali." Yaya mencibir balik.

"Aku memang kakak yang payah," ucap Fang pelan.

"Dengar ya. Aku akui bahwa kau salah karena tidak memberitahu BoBoiBoy. Tapi sekolah kita kalah itu sama sekali bukan kesalahanmu."

Fang menatap Yaya dengan pandangan oh-begitu-kah.

"Sekolah kita kalah karena penyebab kesalahannya ada pada orang-orang di tim itu, Fang. Memangnya kau tim? Bukan, 'kan? Jadi berhentilah menyalahkan dirimu," jelas Yaya.

"Tapi, BoBoiBoy-"

"BoBoiBoy pasti berpikir bahwa karena ia tidak datang, timnya menjadi kalah. Lalu ia menyalahkanmu, 'kan? Kesalahan bahwa mereka kalah itu seharusnya menjadi koreksi antara si pelatih dan para murid yang bermain di sana. Padahal kalau BoBoiBoy bermain, belum tentu juga kan sekolah kita menang?"

"Kau benar, Yaya!" ucap Fang seraya berbinar.

"Sudah saatnya kita menjadi kakak yang tegas bagi adik, Fang." Yaya menepuk pundak Fang.

"Iya, yah. Kalau BoBoiBoy bermain, belum tentu sekolah kita kalah. Akh, anak itu mudah sekali melayangkan tangan. Kenapa ia tidak berpikir dua kali sih?" gerutu Fang.

"Karena ia masih di bawah emosi, Fang. Cobalah bicara baik-baik dengannya lalu minta maaf. BoBoiBoy seharusnya tidak marah kepadamu," jelas Yaya.

"Oke, Yaya. Terima kasih atas saranmu. Aku senang sekali."

"Sama-sama."

Senyum terukir di wajah Fang. Hatinya juga merasa lega. Berterima kasihlah kepada Yaya yang bersedia mendengarkan keluh kesahnya dan memberi saran.

222

"BoBoiBoy, apa yang kau lakukan di sini?"

Ochobot baru saja mengambil beberapa baju dari jemuran. Robot kuning itu melihat BoBoiBoy yang tengah memutar kenop pintu.

Do I Remember You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang