Chapter 19

1K 89 15
                                    

Mobil Tiga Rob menuju lahan kosong dekat Pabrik Cokelat terbesar di Pulau Rintis. Lima mobil polisi ikut berhenti begitu suara gesekan antara tanah dengan ban mobil Tiga Rob terdengar.

Sirine polisi tidak ada henti-hentinya berbunyi nyaring. Sekumpulan polisi keluar seraya mengarahkan senjata ke arah mobil perampok yang masih tertutup rapat itu. Jeon Jungkook, ketua polisi yang masih muda itu, naik ke atas atap mobil dengan toa di tangannya.

"Keluar dan menyerahlah kalian! Kalian sudah kami kepung! Tidak ada jalan keluar sekarang!" teriak Jungkook dengan lantang.

Robert, salah satu dari tiga rob yang bertubuh jangkung, keluar dari mobil dengan mengangkat kedua tangannya. Salah satu tangannya memegang pistol. Ia tersenyum miring.

"Bos, rupanya kita tertangkap~" ucap Robert dengan nada remeh.

BoBoiBoy, Fang, Yaya, Ying, dan Gopal tiba di tempat. Tentunya dengan posisi bersiap siaga.

"Dey! Kembalikan peralatan olahraga sekolah kami!" teriak Gopal.

"Oh, tenang saja. Barang-barang kalian aman. Hehehehe," ucap Robert.

Roberto, salah satu dari Tiga Rob yang bertubuh pendek serta bos mereka, keluar dari pintu mobil.

"Hoi, apa yang kau nak, hah?!" tanya BoBoiBoy dengan sedikit emosi.

Roberto tertawa licik.

"Tentu sajalah kalian semua mengerti apa yang kita mau. Kita ini mau kaya dan hidup bebas!" ucap Roberto.

"Heleh, ada-ada saja kau ni!" celetuk Ying.

"Ada-ada saja kau bilang?" Lalu Roberto mendengkus kasar.

"Rob, Robert, keluarkan dia!"

Robert mengangguk lalu membuka pintu mobil. Tangannya menarik sesuatu. Seseorang keluar dari mobil secara paksa.

"Sebut lagi kalau kami hanya mengada-ada!" teriak Robert lantang.

Semua orang yang menyaksikan seseorang itu hanya menarik napas.

"Coach Namjoon?!" teriakan kaget milik BoBoiBoy dan Gopal paling keras di antara semua orang yang berteriak.

Coach Namjoon berlutut di tanah secara paksa oleh Rob, salah seorang Tiga Rob yang bertubuh gemuk. Coach Namjoon merintih kesakitan.

Wajar Coach Namjoon merintih kesakitan. Mungkin seluruh tubuh yang ditutupi celana panjang dan kaos berkerah itu mengalami memar parah. Wajahnya saja sudah memar. Salah satu matanya tertutup, dikelilingi memar ungu. Darah segar masih menghiasi sudut bibir pria berkebangsaan Korea itu.

"Namjoonie?" gumam Jungkook kebingungan.

"BOBOIBOY HALILINTAR!"

BoBoiBoy dengan cepat bertransformasi menjadi Halilintar. Ia mengacungkan pedang halilintar yang sangat berbahaya itu kepada Tiga Rob.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN KEPADA COACH  NAMJOON? LEPASKAN DIA!" teriak BoBoiBoy Halilintar emosi.

"Dia menganggu operasi kami. Jadi, kami hajar dia," jawab Rob dengan entengnya.

Coach Namjoon melihat BoBoiBoy seraya meringis.

"Halo, BoBoiBoy," sapa Coach Namjoon dengan senyum, lalu seketika terganti dengan rintihan.

Air muka emosi BoBoiBoy Halilintar sedikit sedih melihat pelatihnya.

"Kau ternyata sudah keluar dari rumah sakit, yaa? Maaf Coach belum sempat menjengukmu," sesal Coach Namjoon.

Do I Remember You?Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ