Chapter 14

1K 100 10
                                    

Fang mengernyitkan dahinya. Matanya sedikit melirik ke arah dr. Tadashi.

"Kejadian ... lima ... tahun ... lalu?"

Fang menebak bahwa sesuatu cerita tentang lima tahun lalu itu adalah cerita yang buruk. Terlihat dari ekspresi dr. Tadashi yang begitu sedih.

"Aku mempunyai seorang adik laki-laki, Fang," ucap dr. Tadashi lalu menselonjorkan kedua kakinya.

Fang langsung antusias mendengar perkataan dr. Tadashi. Ia memasang pendengarannya baik-baik.

"Kau mempunyai adik, Dok?"

"Ya, namanya Hiro Hamada(15)."

"Wow, pasti kalian mirip. Kalian mempunyai marga," celetuk Fang.

Dokter Tadashi sedikit senyum mendengar pendapat Fang.

"Tapi sifat kami tidak mirip, Fang. Dia itu sedikit berandal. Dia sangat suka bertaruh menggunakan robot buatannya. Sampai ia pernah ketahuan polisi karena pernah berjudi di gang yang berisi kumpulan preman kaya."

Fang merubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan dr. Tadashi. Ia ingin mendengar cerita menarik dr. Tadashi secara saksama.

"Anak itu memang menyebalkan. Suatu hari aku membawanya ke universitas tempat aku kuliah. Aku kuliah di Institut Teknologi San Fansokyo, jurusan robotik, Fang. Setelah dinasehati oleh salah satu profesorku, Hiro akhirnya bertekad ingin membuat robot yang lebih bermanfaat daripada sekedar digunakan untuk berjudi."

Dokter Tadashi sedikit mengulas senyum, mengingat ekspresi bodoh adiknya pada waktu itu.

"Selama beberapa bulan, Hiro membuat suatu penemuan hebat dengan robotnya. Aku turut senang dan mendukung Hiro. Hiro menunjukkan penemuan itu kepada profesorku. Profesorku terkesan dan Hiro lulus masuk ke universitas tempatku. Setiap hari aku dan teman-temanku senang menyambut Hiro di kelas."

Fang sedikit tersenyum mendengar kalimat terakhir dr. Tadashi. Mengingatkannya kepada BoBoiBoy yang satu sekolah dengannya, tapi tidak satu kelas.

Dokter Tadashi menurunkan garis bibirnya. Napas berat ia keluarkan. Bersiap-siap untuk mengatakan bagian terburuknya.

"Suatu hari, aku menemukan Hiro tergeletak tak sadarkan diri di ruang kerjaku. Aku buru-buru menghampirinya. Hiro dengan cepat sadar dan ia mengatakan dengan cepat bahwa ia baik-baik saja. Tapi jawabannya tidak memuaskanku. Aku selalu khawatir dengannya."

"Hiro sakit?" tanya Fang.

"Saat itu aku mengira bahwa Hiro mengalami capek biasa. Tapi aku dan teman-temanku menemukan kejanggalan pada Hiro. Ia selalu menanyakan tanggal berapa sekarang, nama jalan, dan nama para profesor. Klimaksnya ketika ia selalu salah memanggil namaku dan nama teman-temanku. Aku benar-benar curiga. Sampai suatu saat aku dan bibiku memaksa Hiro untuk memeriksanya di rumah sakit."

Fang sedikit terkejut mendengar ciri-ciri kejanggalan pada adik dr. Tadashi.

'Apa jangan-jangan Hiro mengalami ...' Fang berbicara sendiri dalam batinnya.

"Hari itu adalah hari yang paling kubenci, Fang. Hiro didiagnosa menderita alzheimer. Bibiku menangis sejadi-jadinya sambil memeluk Hiro. Hiro berkata kepadaku bahwa sebenarnya ia sudah menduga terkena alzheimer. Ia diam-diam searching gejala-gejala yang ia alami di dunia internet."

Dokter Tadashi mengusap wajahnya dengan kedua tangannya secara kasar.

Fang masih diam mendengarkan cerita dr. Tadashi. Ia terlalu syok mengetahui dr. Tadashi mengalami hal yang sama dengannya.

"Setiap hari alzheimer pada diri Hiro semakin parah. Tapi itu tidak membuat semangat Hiro turun. Hiro memintaku untuk memperlakukannya seperti orang sehat, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tapi kau tahulah perasaanku sebagai kakak, Fang."

Do I Remember You?Where stories live. Discover now