06

2K 265 45
                                    

Ketika Khun Aguero Agnis membuka matanya lagi...itu adalah langit-langit kamar asramanya.

"Baam..." Gumamnya serak, Khun merasa kepalanya berat dan nafasnya sesak. Namun pikirannya hanya tertuju pada sosok bermata madu dan tidak dapat memproses hal lain.

"Tn.Baam sudah tidak berada disini, kau sudah tidak sadarkan diri untuk dua hari sekarang." Lero ro berjalan mendekat dengan suara muram.

"Baam...? Bagaimana dia?" Reguler tidak peduli pada keadaannya, dia hanya butuh mendengar keadaan Baam. Tapi Lero ro tidak berniat menjawab, atau setidaknya pria itu terlihat ragu untuk memberi tahunya.

Khun mengerang ketika serpihan ingatan menyerbu kepalanya, gambaran wajah Baam, area Shinshu, gembung dan banteng semua di rangkai menjadi satu dan Khun menyadari dirinya ngeri dan khawatir. dia ingat Baam terselip di mulut mahluk itu, di bawa ke dasar dan dia dengan putus asa melepas penggangan pijakan, keluar dari gelembung. konsentrasi Shinshu terlalu besar untuk dia tanggung dan kemudian gelap.

"Apa? Apa yang terjadi? Bagaimana?" Khun mengambil posisi duduk dengan tergesa-gesa, seluruh tubuhnya menjerit kesakitan seakan dia baru saja ditimpa oleh beton, tapi dia tidak mempedulikannya.

"Kamu baru saja jatuh ke danau Shinshu berkepadatan tinggi, banyak bergerak hanya memperburuk keadaan." Lero ro mengingatkan, pria bersurai kuning pucat itu memberitahunya dengan nada prihatin. Tapi Khun tidak dapat peduli tentang kecemasan Ranker, Baam ada dimanapun dan kemungkinan besar butuh bantuannya, Bocah itu tidak akan bisa bertahan seorang diri.

"Berita baiknya kalian semua lulus naik ke lantai berikutnya... kamu mungkin tidak ingin mendengar ini, kami sudah mengirim tim pencari. tapi Baam ke-25 tidak dapat ditemukan dimanapun."

"...." Khun tidak menjawab apapun, tidak bahagia juga tidak menangis. Tubuhnya diam seperti di bekukan waktu, mulutnya terbuka seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak ada suara apapun yang keluar. Khun ingin menyangkal, ingin menjelaskan pada Lero ro tentang apapun, bahwa Baam kuat dan dia tidak mungkin mati begitu saja. Tapi pikiran pesimis di sudut kepalanya berteriak bahwa itu adalah banteng Rankerpun berlari karna keganasannya, bagaimana temannya dapat bertahan?.

Dadanya berdenyut, dia merasa kebas dan dingin, kemudian berubah menjadi sakit, lalu kosong. Dia gagal, Khun Aguero Agnis gagal. Bukan hanya dia kehilangan Maria, sekarang dia kehilangan cahaya barunya.

Reguler tidak mengatakan apapun, dia dengan tenang kembali berbaring, memiringkan tubuhnya dan berpaling dari Lero ro, menarik selimut tinggi-tinggi hingga menutupi kepalanya. Dia butuh waktu untuk menerima kenyataan, terlepas seberapa pahit yang harus dia telan.

"Keluarlah ketika kau sudah merasa lebih baik, teman-temanmu sedang menunggu." Lero ro dapat melihat sinyal meninggalkan dari reaksi si biru, tau jika dia sedang ingin sendiri dan tidak dapat di ganggu. Jadi tanpa berkata apapun sang administrator ujian keluar dari ruangan tanpa membuat suara.

Khun meringkuk pada dirinya sendiri ketika dia mendapat privasi, merasa matanya panas dan kabur, dadanya berdetak dan berdenyut, tapi tidak membuatnya menjadi lebih baik. Dia sesak, sedih, kehilangan tapi menolak menerima kenyataan. Dia tidak akan menangis, dia tidak pernah menangis.

"Tidur Aguero... Ini hanya mimpi, kita akan bangun dan dia akan ada disana lagi." Khun mengulangnya seolah kata itu adalah apapun yang dapat membuatnya merasa lebih baik, Namun semakin di ulangi semakin menyakitkan. Dia sudah berjanji membawa Baam mencapai puncak menara, dia merancang strategi yang akan memudahkan Tim memenangkan ujian, dia sudah dapat membayangkan hari-hari saat mereka bersama. Tapi tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa Baam akan mati seperti ini.

Dia gagal untuk kedua kalinya, dia tidak bisa mempertahankan orang-orang penting disekitarnya. Bagaimana dia bisa begitu tidak berguna.

"Baam..." Pada akhirnya Khun masih tertidur Dengan air mata di sudut matanya.

[BL] Improvement [BaamxKhun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang