8. Bergelud

14 2 0
                                    

"Apaan sih?" Aku menarik kasar tanganku dari genggamannya.

Aneh banget. Kenapa dia narik tanganku sembarangan, sih? Nggak tau apa kalau rasanya sakit?

"Ma-maaf." Bulan menundukkan kepalanya.

Aku lebih memilih pergi daripada ngomong sama Bulan. Bikin naik darah terus.

Saat mulai berjalan menjauh, aku merasakan tatapan yang tidak enak. Otomatis aku menoleh ke belakang. Ternyata benar, Bulan menatapku sendu. Aku sangat risih dia bersikap seperti itu.

"Nggak pulang?" tanyaku dengan nada sedikit tinggi.

Wajah Bulan terlihat ceria kembali. Ia berlari ke arahku.

"Pulang bareng?" tanyanya sembari menoleh. Senyumannya mengembang.

"Pulang sendirilah!" jawab ku dongkol. Jadi nyesel, 'kan aku gara-gara tanya gaje!

Aku dan Bulan sudah berada di depan gerbang sekolah. Anak ini harusnya sebelum mencapai gerbang sekolah bisa belok ke kiri menuju parkiran. Lah, malah ngekor persis anak bebek.

"Kamu hati-hati, ya," ujarnya tanpa menghilangkan senyuman yang bikin muak itu. Hih, pingin aku getok pakai palunya Thor!

Aku menatap datar dan bergumam malas sebagai respon. 

"Pulangnya jangan larut-larut."

"Apaan sih, aku cuma pulang naik ojek onlen! Cerewet banget jadi cowok!"

"Ooohh, aku kira calon pacar beneran."

"Cerewet!"

***

Aku membongkar lemari di dapur, mencari snack yang kubeli hari Sabtu kemarin lusa, tapi nggak ada apapun. Habis tak tersisa. Aku mengerang kesal. Pasti si Zakky ini nyolong sembarangan.

Kakiku langsung melangkah menuju kamar Zakky yang terletak di sebelah kamarku. Suaranya mengumpat terdengar jelas dari depan pintu, aku langsung mendobrak pintu dengan keras.

"KENAPA JAJANKU DIHABISIN SENDIRI?"

"Apaan sih? Tinggal beli lagi aja."

"KALO TINGGAL BELI NGAPAIN AMBIL PUNYA ORANG!"

"Bawel banget sih, Mbak! Aku lagi maen nih! Ntar ajalah kalo mau adu bacot!"

Adek bangsat. Ngeselin aseli. Kalau sekali dua kali ambil jajanku mah nggak masalah. Lah, tapi ini terus-menerus! Setiap aku beli jajan, pasti abis! Padahal aku masih makan sedikit, atau bahkan belum aku makan sama sekali!

Dengan mengentakkan kedua kaki di lantai keramik, aku menuruni tangga dan keluar rumah. Menuju supermarket untuk membeli snack. Kupastikan untuk menyembunyikan jajananku di kamar kali ini.

Setelah memastikan motor sudah dipanaskan, aku segera berangkat dengan kecepatan sedang. Hei, sekesal apapun aku tak boleh mengebut. Kalau kecelakaan 'kan nggak lucu.

"Selamat datang!"

Sapaan tersebut terdengar setelah aku membuka pintu supermarket. Memang suasana di supermarket paling menenangkan saat malam hari. Ya karena tidak seramai di siang hari. Kalau hari Sabtu kemarin masih belum ramai karena aku datangnya pagi, masih ingat?

Aku segera berjalan menuju rak-rak berisi jajanan favorit. Mengambil beberapa, lalu berjalan menuju lemari kaca untuk mengambil minuman dingin. Selepas itu, aku berjalan menuju kasir dengan santai.

"Motornya udah nggak mogok, 'kan?"

Aku mendongak. Oh iya, mas-mas kasir yang waktu itu menolongku berada di shift malam. Kalau hari libur dia lebih memilih shift pagi. BTW, aku tahu dari obrolan saat mas-mas kasir mengantarku pulang waktu itu.

A Little Bit About YouWhere stories live. Discover now