Part 9

26 3 0
                                    

"Jangan terlalu banyak tertawa, nantinya kamu akan menangis"
***

Airin terdiam. Ia semakin kesal dengan sosok Angga. Berani-beraninya dia mengatakan bahwa Airin takut. Padahalkan Airin hanya terkejut saat setan itu muncul tanpa aba-aba.

Syifa bingung dengan gelagat Airin yang seperti ingin menelan orang hidup-hidup. "Lo kenapa rin?"

"Eh itu tu, tadi kan setannya muncul gabilang-bilang.. ya gue reflek meluk lengan orang disamping gue" jelas Airin pada Syifa

"Udah minta maaf belum lo? Siapa tau kan itu laki orang yang lo peluk" tanya Syifa sambil terkekeh

"Bukan Syif, dia Kak Angga" cicit Airin

"WHAT??" Teriak Syifa

Airin menutup mulut sahabatnya itu, "Gausah teriak Syifaa, ini tu bukan hutan"

"Sepertinya Mbak kasir itu ada benarnya" tebak Syifa

Airin menaikkan alisnya "Apaan sih?"

"Ya kalian itu jodoh, tadi berantem berdua, terus barusan pegang-pegangan" jelas Syifa pada Airin

"Itu kebetulan Syifaa" ucap Airin dengan malas

"Kata Mama ya rin, semua yang terjadi itu ga ada yang kebetulan. Semua itu takdir yang udah diatur" tutur Syifa dengan gaya Syifa Teguhnya.

"Sok bijak lo" kesal Airin

"Daritadi kusut amat muka lo, yoklah gue traktir" ajak Syifa

"Gitu kek daritadi, ayo!" Ucap Airin

"Eh itu kayaknya ada photo box deh rin, foto yuk" ajak Syifa yang langsung menarik tangan Airin

Mereka pun berfoto-foto, setelah itu langsung menuju restoran yang ada didalam mall ini.

Mereka pun berfoto-foto, setelah itu langsung menuju restoran yang ada didalam mall ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selesai makan, mereka berkeliling mall

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selesai makan, mereka berkeliling mall. Airin sangat senang malam ini. Ia bisa tertawa lepas, setidaknya ia bisa menghilangkan bebannya sejenak. Tapi ia lupa satu hal, ada yang bilang jika kita banyak tertawa maka tangisan menunggu kita.

Jam sudah menunjukkan pukul 21.30, mereka pun langsung pulang.

🌚🌚🌚
Karena jalanan yang macet, Airin sampai di rumah pukul 23.00. Mobil Syifa sudah meninggalkan kediaman Rajendra. Airin pun memberanikan diri untuk membuka pintu dan berjalan mengendap-ngendap menuju kamarnya.

"Kamu buta atau tuli?" Tanya Dimas-Papa Airin yang tiba-tiba muncul dari arah dapur

Airin terdiam, ia ingin menjawab tapi bibirnya terasa kaku. Papanya pasti marah karena dia pulang lewat dari jam yang sudah ditentukan Papanya itu.

"Jadi kamu bisu juga?" Ucap Papanya lagi

"Tadi macet Pa, padahal aku udah pulang dari jam setengah 10" ucap Airin yang memang berkata jujur

"Asik kelayapan kemana kamu?" Tanya Papa lagi

"Airin ke mall Pa" tutur Airin

"Ngapain aja kamu di mall sampai jam segini? Habisin duit?" Tanya Papanya dengan menaikkan nada bicara

"Airin cuma nonton terus makan dan langsung pulang" jawab Airin

"Yakin kamu ke mall atau ternyata kamu jual diri? Kenapa ga sekalian aja pulangnya subuh biar dapat gaji lebih" hina Papa

Airin tidak menyangka Papanya akan berkata seperti itu. Padahal Airin sudah jujur mengatakan bahwa ia terjebak macet. Ini Jakarta, macet merupakan hal yang lumrah, tapi kenapa Papa tega mengatakan hal itu.

"Aku beneran dari mall Pa, aku ga mungkin ngelakuin hal sehina itu. Cukup Pa.. cukup Papa caci maki, jangan hina aku kaya gini " ucap Airin sambil terisak

"Ya logika aja, mungkin karena Papa dan Mama nggak kasih lagi uang buat kamu ya bisa aja kan kamu jadi jalang di luar sana" tutur Papa Airin

"Aku ngga nyangka Papa punya pikirin sepicik dan sekotor itu" ucap Airin sendu

"AIRIN!! jaga sikap kamu"

Plakk

Tamparan itu mendarat mulus di wajah Airin. Pipinya memerah, air mata pun mengalir membasahi pipi Airin.

"Satu hal lagi sebagai hukuman buat kamu, mulai besok semua kerjaannya Bi Surti kamu yang kerjakan"

Papa Airin langsung melangkahkan kakinya menuju kamar setelah melakukan aksinya itu.

Tersisa Airin yang masih menangis di ruang tamu. Rasanya ditampar oleh orang yang kita sayang itu seperti dilempar ribuan pisau mengenai hati. Rasanya sakit sekali. Airin hanya bisa menjatuhkan air mata.

Jam sudah menunjukkan pukul 23.30, Airin pun beranjak menuju ke kamarnya dengan air mata yang masih mengalir. Ia membuka pintu kamarnya dan merebahkan tubuhnya ke kasur. Malam ini merupakan malam yang menyenangkan sekaligus menyedihkan bagi Airin.

***
To be continue💛
Vote and komen please💛

RANK AND LOVEWhere stories live. Discover now