24 - Perbedaan Damai
*****
Satu satunya hal yang akan dilakukan Ken pagi ini ialah menemui Raja.
Ia sadar, bahwa waktu akan terus berputar bahkan ketika dia sedang bernafas. Namun pikirannya terus berharap yang terbaik agar semuanya menjadi baik.
Sungguh lucu, keinginan yang naif. Tapi Ia tau, keinginannya hanya akan menimbulkan mala petaka walau kebahagian diakhirnya.
Tapi, siapa yang mengharapkan kebahagiaan setelah petaka. Mungkin orang akan menerimanya, namun jika mala petaka itu adalah kematian dari orang yang disayangi. Apakah kebahagiaan akan timbul diakhirnya?
Dengan gegabah, Ia melangkah cepat setelah mengantar kedua anak pangeran untuk kerumah masing masing dan membiarkan Vante beristirahat dikamarnya.
Walau masih sempat terjadi pertengkaran kecil diantara tiga cucu Raja itu, namun Ken berhasil membujuk mereka seperti anak kecil yang menunggu Ayahnya bekerja dengan iming iming akan dibelikan mainan sepulangnya.
Pria itu berjalan tegap menyusuri koridor istana menuju ruang singgasana Raja untuk menemui sang Pemimpin Negara Kerajaan.
Sedang disudut pandang Raja itu, sedang duduk dikursi kebanggaannya dengan menangkir segelas teh ditangan kirinya, menyeruput kecil dan menghela lembut.
Ia menoleh dikala mendapati seorang yang Ia tunjuk sebagai penasihat kerajaan berjalan mendekat.
Keheningan muncul, tak satupun dari keduanya berucap kata disaat salah satu dari keduanya menunggu untuk diperdengarkan.
"Bicaralah" Tutur Golian yang telah menarik kepalanya menghadap jendela besar diseberang kirinya.
Ken menarik nafas kuat, yang lalu bersujud dihadapan Golian memohon untuk dimaafkan atas apa yang akan Ia ucapkan.
"Bicaralah" Titah Golian lagi telah menubrukan fokusnya pada intensitas Ken dibawahnya.
"Saya ingin mengajukan pembatalan penyerangan"
Penuturan yang telah didengar Golian untuk kedua kalinya dari mulut Ken, sontak membuatnya menaikkan alis. Memandang biasa tanpa gurat serius.
"Lagi? Permintaanmu sudah kutolak"Ken meneguk salivanya berat, keringat mengucur. Hatinya takut dan ragu menahan keluh namun dia tidak bisa untuk berdiam diri saja.
"Tolong dengarkan saya"
Raja terkekeh, Ia lalu kembali menyeruput teh herbalnya seakan menyuruh Ken untuk bersuara tanpa menghiraukan apa yang dilakukannya.
Sedang pria dibawahnya berkali kali melafaskan doa didalam hati, berharap kematian tidak menghampirinya hari ini itupun baru teringat ketika pandangannya tanpa sengaja bertemu dengan sebilah Pedang tak bercorak namun memiliki ketajaman melebihi air.
"Tentang anak Acacio. Mereka sudah bertemu"
Kepala Ken terdongak, berucap lirih "Gregor. Kau yang memberi anak itu sebuah nama. Dia hidup dengan sangat sehat. Dia cucumu"
Golian terdiam, ia bernafas teratur dengan pandangan datar seolah tak mendengar apapun. Pria bangsawan itu menaikkan cangkirnya, menyeruput dengan nikmat untuk beberapa saat dan meletakkan cangkir teh bercorak diatas meja.
Tak lama kemudian, Raja itu beranjak dari singgasanannya. Berjalan tegap dan keluar dari ruangan yang menjadi saksi bisu perpecahan belasan tahun lalu.
Langkah tegasnya mengintrupsi semua pasang mata mulai mengikuti, para pengawal dan pelayan berbondong bondong berturutan berjalan dibelakang sang Raja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Half Of The Brother (Golagen Kingdom) END
Fiksi Penggemar{Buku kedua publish} (Beberapa chapter dalam proses perevisian) Aksi tiba tiba Vante yang selalu bisa menyelundup keluar istana mempertemukannya dengan remaja seumuran bernama Gregor. Hanya saja, Gregor tak paham dan Vante tidak tau bahwa pertemua...