35

422 86 10
                                    

35 - Kemah

*****

Goldi diam membatu, ia melihat setumpuk manusia bercengkrama satu sama lain. Dapat disadari seperempat dari orang orang itu dari desanya.

Entah kenapa Goldi ingin menyembunyikan diri, dibalik tiang batu besar yang dijadikan panggung bicara pengumuman. Pemuda itu menyembulkan sedikit wajahnya melihat para air muka rakyat asing itu.

Pakaian mereka berbagai macam, dan tak kala ia melihat sinar terang dibaju orang itu disitulah Goldi terjengkit tak percaya.

Itu emas. Batinnya heboh. Tangannya menutup mulut.

"Wah apa yang dilakukan mereka dengan makanan, kenapa emas sekecil itu digantung dibaju" Gumamnya bingung pada diri sendiri.

"Kenapa?"

Goldi terjengkit kala suara lain menerpa rungu kirinya lekas saja ia menoleh mendapati saudara laknatnya yang sedang ikut bersembunyi. "Aish kau ini. Hus pergi sana"

Lagi, Saliac tampak bingung. Matanya menangkap aura aneh dan warna yang menyeruak bagai asap keluar dari tubuh Goldi.

"Kau habis main pasir ya? Debunya masih banyak"

Bersamaan pula Goldi menapuk kuat kepala saudaranya itu, bermodal tangan kosong ia berhasil membuat Saliac terpukul mundur.

"Ngajak bertengkar bukan begitu caranya. Dasar gila" Balas Saliac ingin menerjang Goldi. Sayang, aksinya digagalkan percuma saat pria yang menemukan mereka dihutan datang menghampiri.

"Bisakah kalian berdua ikut denganku, tamuku ingin melihat wajah anak anak manisku" Ucap Pria itu lembut mengulurkan tangannya minta digandeng. Sedangkan Goldi menuruti , ia menarik tangan Ayahnya erat dan berjalan bersama, berbeda dengan Saliac yang bersungut sungut, tak terima dibilang manis karena dia tampan.

"Kenapa adikmu?" Tanya Pria itu.

Goldi menggeleng kecil sebagai jawaban atas pertanyaan, bahunya terangkat seraya berucap.

"Entah. Sedang tidak waras saja. Ayah jangan khawatir"

Tak ada yang bisa dilakukan Pria itu selain menapuk kecil belakang kepala Goldi. "Jahilnya anak Ayah" Ucapnya gemas.

Berjalan didepan Goldi itu dapat memberikan pengaruh positif untuk Saliac. Orang orang akan memandangnya terlebih dahulu, memuji ketampanannya dan lalu melihat Goldi.

Memang benar, dibanding Goldi. Saliac mengakui wajahnya tak begitu modis, ia tidak memiliki otot kuat alami.

Kulitnya lebih pucat dengan warna mata kelabu yang tak berminat. Surainya pun menampilkan warna serupa. Apa lagi saat dia berjalan, akan meninggalkan helaian perak jatuh ketanah entah itu apa.

Kadang Ibunya berceloteh panjang sekali, memarahinya karena harus menyapu helaian perak setiap Saliac melompat lompat.

Dan akhir akhir ini ia merasakan bahwa penglihatannya mulai aneh, saat Ayahnya marah karena dia mencuri cemilan Goldi. Dari tubuh Ayah akan muncul asap berwarna merah, lalu menghilang seketika saat dirinya meminta maaf.

Tapi dari sekian banyak warna yang tertampil dari tubuh orang orang desa, hanya Goldi yang muncul dengan warna emas.

Emas itu indah, menurut hasil menguping dari kumpulan orang tua yang duduk berlesehan habis bekerja di kebun.

Half Of The Brother (Golagen Kingdom) ENDWhere stories live. Discover now