46 - Kucing

375 82 16
                                    

46 - Kucing

*****

Hotas menghela nafas. Menelan saliva pun begitu berat dilakukan, sengaja ia tak menggerakkan tangannya ini.

Sebuah borgol yang bersambung disepanjang rantai membuat kedua tangannya tertarik ke atas. Dan dua kaki berselimut borgol serupa membuat tubuh bertelanjang dadanya tertempel kuat pada dinding.

Mungin tenggorokannya tak sanggup menelan air, walau begitu kehausan dan rasa lapar mendominasi perut.

TRANG

Tanpa sengaja kakinya bergeser, menciptakan bunyi nyaring di sepinya penjara. Membuat jantungnya sedikit berdegup akan suara yang besar.

Kepalanya tertoleh. Pada lubang kotak persegi yang sengaja dibuat, seolah tak akan membiarkan mereka kabur. Terdapat besi yang bertumpuk terpaku di sana.

Ayahnya bilang ini hukuman, tapi Ayahnya tak bilang untuk apa ia dihukum walau sudah tau jelas ia memahami bahwa keterlepasan Vante menjadi satu-satunya alasan dirinya terikat dalam penjara yang pengap ini.

Walau berada dalam hukuman yang sama, ia tak pernah bersyukur jika Erqin juga berada bersamanya. Di sini, di dekat kakinya.

Pemuda itu terduduk lemas, dengan kaki yang dipasung. Tak lantas membuat Hotas melirik pada sebelah telinga Erqin yang dipotong paksa.

Bahkan darah segar pemuda perak itu masih mengalir. Erqin dengan nafas parau bergumam-gumam, membuat relung hatinya sendiri merasa lejar.

Pikiran yang terus berputar akan kekejian yang menusuk-nusuk fisiknya hingga berkeleceran darah.

Membuatnya serta merta ingin merenggut apapun yang menghancurkan dalam pembalasan kemudian.

"Hei."

Sebuah panggilan yang Erqin jelas tau siapa itu, membuatnya susah payah untuk mendongak, dengan netra yang melirik sang empu pemanggil.

Hotas yang tepat berada di atasnya, memanggilnya dengan suara yang lemah. Begitu meyakinkan bahwa pemuda itu sangat kehausan sekarang, ataukah bisa dikatakan ia terlalu malu untuk mengungkapkannya.

Membuat Erqin ingin tertawa sejadi-jadinya jika mereka dalam keadaan yang lebih baik.

Dengan begitu pun Erqin tetap membuka matanya lebar, walau begitu berat baginya untuk fokus pada wajah Gregor.

Irisnya mengantuk, matanya penat dengan kantong mata yang lebar. Erqin sedikit terkekeh menyadari selama entah sudah berapa hari penuh ia bahkan tidur dalam paksaan tanpa rasa kantuk.

Tidak. Erqin justru semakin mengantuk, namun rasa sakit yang ia rasakan disekujur tubuhnya membuatnya tak pernah tidur lelap.

Sedangkan Hotas sedikit tersentak, tawa Erqin benar-benar tak enak dipandang. Kalau saja mereka dalam posisi normal, mungkin ia akan mengejek pemuda itu hingga Erqin yang merajuk atau mengajaknya duel.

Walau begitu, Hotas tak ingin memperdalam harapan suram pada hatinya.

"Gregor ..." Hotas menjeda kalimatnya, sedikit menelan salivanya yang begitu sulit, dan setelah menetralkan nafas pelitnya, ia kembali mengeluarkan suara.

"... sedang makan apa ya?"

Walau pemikiran kalut yang penuh kekesalan mendominasi namun akhir-akhir ini juga ia sering memikirkan banyak hal yang menyenangkan.

Seperti membangun rumah, memasak ikan meskipun bukan dia yang memakannya. Mencuci pakaian di lautan yang luas, berburu untuk kebutuhan, atau sekedar latihan sehari-hari.

Half Of The Brother (Golagen Kingdom) ENDWhere stories live. Discover now