Bab 5

522 106 30
                                    

*Alloh Maha mengabulkan doa, jadi berdoalah dengan sungguh-sungguh. Penuh keyakinan bahwa doa itu akan dikabulkan. Jangan berdoa dengan tergesa-gesa, karena Alloh akan mengabulkan doa disaat yang tepat, tidak harus cepat*

Di salah satu ruangan sebuah rumah sakit yang cukup besar, seorang dokter sedang duduk termenung sambil mengamati kunci kecil yang tadi ditemukannya. Raganya berada diruangan itu, tapi pikirannya mengembara jauh entah kemana.

"sudah tidak ada pasien, dok. Saya tinggal pulang duluan, ya." seorang suster berbicara dari ambang pintu kepada dokter yang sedang tidak fokus pada dunia nyata itu.

Dokter tersebut hanya mengangguk tanpa melihat suster asistennya. Suster itu lantas pergi begitu saja, mengabaikan dokternya yang sedang entah memikirkan apa.

Sejenak dokter itu tersadar dari lamunannya. Melihat jam di pergelangan tangan, kemudian mengemasi semua peralatannya. Dia melepas jas putih kebanggaannya, kemudian mengambil tas dan berjalan keluar ruangan. Kunci kecil yang Ia temukan masih dibawanya.

Dengan langkah perlahan dokter tersebut menyusuri koridor rumah sakit. Saat melewati pusat informasi yang terletak di loby, dokter tersebut berhenti.

"Selamat sore, dr, Rendra. Sudah mau pulang?" sapa seorang yang bertugas di pusat informasi dengan ramah.

"iya, Pak. Eh, Pak tadi ada yang nyari barang hilang nggak?"tanya Rendra tanpa basa-basi.

"Tidak, dok. Memangnya siapa yang hilang dok?" petugas di pusat informasi rumah sakit tempat Rendra bekerja ini sepertinya merangkap pelawak juga.

"Bukan siapa, Pak. Tapi apa yang hilang gitu." Rendra meralat perkataan petugas bagian informasi. Petugas itu malah hanya terkekeh.

"Tadi saya menemukan barang yang sepertinya jatuh dari seorang pengunjung. Pas saya kejar orangnya ilang." Rendra menjelaskan.

"Oh, gitu. Tapi dari tadi nggak ada yang nanyain barang hilang, dok."

"Ya sudah. Makasih, ya, Pak."

Rendra berjalan pergi meningalkan lobi rumah sakit, saatnya pulang dan mengistirahatkan diri dari bau alkohol dan obat khas rumah sakit.

Sementara itu, di suatu tempat seorang wanita sedang kebingungan mencari kunci yang sangat penting. Sejak siang sampai menjelang sore, Ia mencari dan mengingat-ingat letak kunci kecil tapi teramat penting itu. Dari tas, saku, meja, sampai tempat istirahat yang ada di lantai dua ruko yang Ia tempati sudah ditelusuri tapi keberadaan kunci itu belum diketemukan.

Pasrah karena lelah dan sudah tidak ada ide lagi dimana harus mencari, akhirnya wanita itu meminta bantuan kakaknya untuk mengantar kunci cadangan yang Ia simpan dirumah.

"Koq bisa ilang, sih, Dek? Itu barang penting lho. Untung saja masih ada cadangannya. Kalau nggak, gimana coba? Mau dibobol nih, laci kasir?" omel seorang wanita bergamis hitam dengan jilbab grey kepada seorang gadis yang sedang frustasi karena kunci laci kasirnya hilang.

Mereka berdua sedang berada di sebuah toko buah yang tidak terlalu besar, beberapa jenis buah terpajang rapi diatas rak. Ada dua buah lemari pendingin yang berdiri berjejer menempel disalah satu sisi dinding toko tersebut. Juga sebuah meja kasir yang agak panjang, di belakangnya ada berbagai jenis dan ukuran keranjang buah untuk membuat parsel.

"Ya, maaf, Mbak. Namanya juga lupa. Lupa itu nggak ingat, nggak ingat itu lupa." Jawab gadis yang mengenakan pakaian casual, celana warna army dengan kaos lengan pendek warna lemon. Rambut panjangnya dikucir ala ekor kuda. Wajahnya kusut karena mencari benda kecil sepele bagi orang lain, tapi sangat berharga untuknya itu.

***

Seperti biasa, setiap pagi Tantri mengisi suasana rumahnya, dengan teriakan untuk membangunkan seorang dokter ganteng tapi malas bangun pagi. Seperti biasa pula, setelah sinar matahari menerobos masuk melalui jendela yang tirainya sudah dibuka oleh Tantri, dokter itu baru mau membuka matanya.

Menggenggam CintamuWhere stories live. Discover now