three

1.8K 307 82
                                    

"Waktunya makan malam." wanita berambut cokelat itu muncul di hadapan dua laki-laki beda usia. Walaupun beda usia keduanya sama-sama memfokuskan maniknya ke satu tujuan. Yaitu: layar datar televisi.

"Mika, Sindu, ayo makan dulu." lagi, wanita yang dipanggil Bunda oleh anak-anaknya ini bersuara.

"Kalau layarnya tiba-tiba mati jangan salahin—"

"Lima menit, Bunda!" potong Mika cepat.

Donita—nama wanita berkuncir kuda itu— menggeleng. Baginya kalau sudah tiba waktunya makan ya detik itu juga harus makan.

"Bunda hitung sampai tiga," ucap Donita bersiap menghitung mundur.

Kalau sudah begini Mika dan Sindu tak bisa berkutik lagi. Pernah waktu itu keduanya mengabaikan peringatan Donita. Mereka pikir si wanita hanya gertak sambal saja, tapi tebak kenyataanya? Kenyataanya adalah Donita benar-benar menjadikan gertakannya nyata.

Sindu-Mika tidak mau mengulang kesalahan sama. Begitu Donita menghitung mundur saat itu juga Sindu mengambil langkah pertama.

"Wait. Masih di save," ucap Sindu memberitahu.

Donita menyaksikan kebenarannya. Hanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk permainan Sindu-Mika tersimpan. Ketika memastikan sudah aman Donita langsung mengajak dua laki-laki itu ke ruang makan. Mika memilih jalan duluan. Ia membiarkan Bunda dan Ayah penggantinya berduaan.

"Sera udah pulang, Ndu?" tanya Donita di tengah perjalanan menuju ruang makan.

Sindu mengerdikan bahu. "Enggak tahu," jawabya singkat.

Donita berhenti melangkah. "Kamu Ayahnya lho—"

"Sera lagi nggak mau aku ganggu," sahut Sindu cepat. "Sera bilang aku nggak boleh ngechat selagi dia jalan sama Brie," lanjutnya menjelaskan.

"Kamu turutin dia?"

Sindu mengangguk mantap sementara Donita menggeleng.

"Ndu, kamu tahu kan kalau kalimat yang dilontarkan wanita bisa jadi memiliki arti kebalikannya?" tanya Donita.

Sindu mengerdikan bahu. Donita memutar kedua bola matanya.

"Sekarang kamu chat Sera. Tanyain dimana keberadaanya dan jangan berani ke ruang makan sebelum kamu dapat jawaban," ucap Donita mengakhiri obrolan.

Wanita itu membiarkan Sindu melakukan perintahnya. Donita pergi ke dapur lebih dulu sementara si pria membuka ponselnya. Belum sempat ia mengirim pesan pada si putri, Sindu sudah mendapat beberapa pesan dari Mami.

Mami Vina: bagaimana bisa kamu lebih memilih menghabiskan waktu dengan wanita itu dan anak-anaknya daripada menghabiskan waktu dengan kami—keluarga kamu.

Mami Vina: jangan bahas tentang kami. pikirkan putrimu.

Mami Vina: mami tunggu di rumah.

Pesan itu dikirim satu jam yang lalu.

Tamatlah riwayatnya!

...

Sindu dalam masalah. Ia benar-benar terlambat. Bukan lima menit, tapi dua jam setengah! Sungguh keterlambatan yang tidak tanggung-tanggung, bukan?

Sebenarnya tadi Sindu mau langsung pulang setelah membaca pesan Mami. Sayangnya ia tertahan Mili. Gadis itu meminta Sindu menemani makan malam. Sindu sudah menolaknya. Namun, semua usahanya berakhir sia-sia karena tangisan Mili.

Anak kedua Donita meminta Sindu tetap tinggal. Tidak untuk menginap seperti weekend sebelumnya melainkan hanya menemaninya makan malam. Sindu yang tak bisa melihat wanita menangis pun luluh.

Bertaut Where stories live. Discover now