fiveteen

1.6K 239 48
                                    

Sindu belum berangkat ke Semarang. Karena tiba-tiba ia ingin bertemu ibu kandungnya, Vina. Sayangnya wanita itu sedang tidak di rumah. Katanya si Nyonya besar sedang pergi dengan Tuan. Entah kemana.

Sindu menunggu di kamarnya. Itupun tak bertahan lama. Hanya lima menit saja. Bukannya tidak betah, tapi suasana kamarnya berpotensi membuatnya overthinking. Daripada memikirkan hal yang tidak-tidak Sindu memilih meninggalkan kamar.

Sindu sempat keluar masuk halaman belakang-ruang tengah-halaman depan-lalu memilih gazebo belakang sebagai tempat perhentian.

*ddrrrtttrddrrrttt*

Ponselnya bergetar. Nama Pak Remon muncul di layar. Tak hanya nama itu Sindu juga menemukan puluhan pesan dari Wisnu-patner kerja- dan Tara- si karyawan terpercaya.

Pasti mereka mengkhawatirkan keadaan pria itu. Pasalnya setengah sembilan tadi seharusnya Sindu sudah bertatap muka dengan Tara di Bandara.

"Selamat malam, Pak Remon." Sindu menyapa.

"Selamat malam, Mas Sindu," jawab pria di sebrang sana.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Tidak ada. Ini saya dimintai tolong sama Mas Wisnu dan Mas Tara," ucapnya. "Mas Sindu lagi mana kalau boleh tahu?" sambung Remon bertanya.

Sepertinya Sindu benar-benar membuat mereka khawatir.

"Saya masih di Jakarta, Pak. Tadi ketinggalan pesawat," dusta Sindu di akhir kalimat. Ia tidak ketinggalan pesawat melainkan sengaja tidak berangkat.

"Besok saya ambil jadwal penerbangan paling awal. Tapi kalau nggak keburu juga, tidak apa-apa ya kalau pertemuan kita sedikit terlambat?" tambah Sindu sungkan sendiri.

Beberapa waktu lalu Sindu-Wisnu mendapat pesan berisikan tawaran kerja sama. Tanpa pikir panjang mereka mengiyakan tawaran pria berdarah Jawa-Eropa itu.

Pak Remon mengundang keduanya untuk berembuk bagaimana enaknya. Tempat dan tanggal pertemuan sudah ditentukan. Pria itu memilih ketemuan di Jogja daripada Jakarta. Wisnu mah enak tinggal beberapa jam berkendara. Sementara Sindu? Ia harus terbang untuk bisa sampai di sana.

"Santai saja, Mas. Saya masih di Jogja hingga satu minggu ke depan," kata Pak Remon.

Sindu bernapas lega. "Siap. Terimakasih, Pak."

Setelah mengucap kalimat itu dan kalimat perpisahan Pak Remon memilih mengakhiri sambungan telefon. Lantas tak membuat Sindu meninggalkan aplikasi berwarna hijau itu. Sebelum menutup aplikasi ia lebih dulu membalas pesan dua temannya. Supaya mereka berhenti mengkhawirkannya.

Sindu berhasil mengirimkan balasan. Wisnu-Tara sempat merespon. Bahkan mereka berniat menelfon untuk sekadar memastikan Sindu beneran baik-baik saja.

"Ndu," panggilan itu membuyarkan semuanya.

Sindu menoleh. Itu dia wanita yang sedari tadi dinantikan kehadirannya.

Vina mendekat. Sindu beranjak. Begitu jarak menipis Sindu langsung memeluk tubuh Mami. Vina yang mengetahui ada yang tidak beres dengan putranya memilih tak bersuara selama beberapa saat. Ia membiarkan Sindu melampiaskan apa yang sedang dirasanya dalam pelukannya.

Bertaut Where stories live. Discover now