Life is Come and Gone, Sera

1.6K 233 4
                                    

"Ayah udah pulang?" tanya Sera bertepatan dengan kakinya menapak lantai keramik ruang makan.

Sera pulang lima belas menit lalu. Hari ini ia dan Sadam benar-benar puas menghabiskan waktu berduaan. Mereka berkeliling mall, membuat video QnA, main timezone, oleh-olehnya Sera mendapat boneka berukuran sedang. Ia senang. Kebersamaanya dengan Sadam membawa kebahagiaan yang belum pernah dirasakan.

"Belum, Non," jawab Bu Minah.

Sera melirik jam dilayar ponselnya. Waktu menunjukan pukul delapan malam.

"Belum pulang sama sekali atau udah pulang tapi balik lagi?"

Terkadang Sera menjadi seorang gadis kritis. Hal itu jarang sekali terjadi karena Sera lebih suka memendam segala sesuatunya sendirian daripada diungkapkan.

"Sama sekali belum pulang, Non," jawab Bu Minah "Memangnya Non Sera nggak dikabarin sama Mas?" sambungnya berjalan menuju arah Sera.

Wanita seumuran Vina ini membawa satu mangkuk sayur untuk ditaruhnya di atas meja. Sera memperhatikan langkah Bu Minah diam-diam.

"Enggak," jawabnya beralih menatap layar ponsel.

Sera ingin membuktikan ucapannya. Siapa tahu ia salah. Bukannya apa-apa, tapi sejak terakhir berkirim pesan dengan Sindu, Sera langsung mematikan koneksi internet. Gadis itu tak mau merusak kebersamaannya dengan Sadam.

Sera membuka kolom obrolan dengan Sindu. Ia mengecek kapan terakhir kali ayahnya online.

Enam jam lalu.

"Ayah sibuk banget kayaknya. Dia off dari enam jam lalu," ucap Sera mematikan layar ponsel.

"Bisa jadi." Mbak Popon ikut bersuara.

"Sekarang Sera makan dulu ya," lanjutnya membalikan piring majikan kecil yang dianggapnya sebagai adik sendiri.

"Tunggu Ayah pulang deh, Mbak."

Mbak Popon menggeleng. Tangannya menyendok nasi untuk ditaruhnya di piring Sera.

"Nggak ada yang tahu Mas Sindu pulang jam berapa. Iya kalau pulangnya bentar lagi? Kalau pulangnya larut malam?" kata Mbak Popon menatap Sera. "Yang ada malah Sera nggak jadi makan," tambahnya ada benarnya.

"Tapi, Mbak—"

Mbak Popon menggeleng. "Makan, anak cantik. Mbak udah ambilin nasinya juga," potongnya cepat.

Sera tidak bisa membantah.

"Yaudah kalau gitu Mbak sama Ibu temenin aku makan!"

Sempat terjadi adu pandang antara Bu Minah dan Mbak Popon. Tak sekali dua kali anak majikannya mengajak mereka makan bersama. Hal itu membuat keduanya sungkan. Di pikiran Bu Minah dan Mbak Popon tak seharusnya majikan makan bersama dengan para asisten. Padahal mah semua manusia posisinya sama di mata Sang Pencipta.

"Ayo, Bu, Mbak." Sera beranjak untuk mendudukan Bu Minah dan Mbak Popon.

"I—iya," jawab Mbak Popon menuruti ajakan majikannya.

Sera tersenyum melihat sepasang anak-ibu itu mau menemaninya makan.

"Kalian tunggu di sini bentaran. Sera mau ke depan dulu panggil Bapak," pamitnya bergegas pergi.

Bertaut जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें