1.🐈

8.6K 942 108
                                    

"Prof.Jackson? Anda belum pulang?"

"Oh, Kris .. belum, saya lagi nunggu mereka bangun."

Pak Jackson kembali menatap empat brankar di ruangannya itu. Menunggu hasil eksperimennya itu 'terbangun'. Omong-omong sudah sejak kemarin dia sering berada di ruangan itu untuk menanti empat eksperimennya benar-benar bangun dari tidur panjangnya.

Kris menggulung jas dokternya seraya berjalan menghampiri, ikut melihat satu persatu manusia yang beberapa bulan lalu ditemukan Jackson kemudian akhirnya 'dirubah' menjadi sedikit lebih berbeda, lebih istimewa. Well, Kris sebenarnya ikut andil dalam eksperimen ini, dia yang merawat mereka sejak keluar dari tabung satu bulan lalu.

"Anda bisa pulang Prof.Jackson, biar saya yang mengawasi mereka," ujar Kris.

"Ah, engga, ini harusnya bentar lagi mereka bangun. Namjoon juga bilang gitu tadi sore."

Kris mengangguk saja, lalu berjalan kearah salah satu brankar. "Saya paling suka yang ini," gumamnya sambil tersenyum melihat salah satu pemuda manis yang terbaring dengan banyak benda-benda penunjang hidup yang menempel di badannya.

"Oh, itu Hoseok, kamu bisa ambil dia nanti kalau udah sadar, lagipula saya gak mungkin rawat mereka semua sendiri."

.
.
.
.

Besoknya laboratorium milik Jackson gempar, karena empat makhluk hasil eksperimennya sudah sadar semuanya. Mereka terpaksa dibawa ke ruangan yang terpisah agar tidak terjadi keributan, kemudian diperiksa satu persatu untuk memastikan tidak ada yang salah.

Semuanya sehat dan dalam kondisi yang baik, mereka seperti bayi yang baru saja lahir-- yeah, kenyataannya memang begitu sih. Jackson selaku ilmuan yang memiliki peran penting dalam kelahiran mereka tentu saja yang paling antusias. Bersama putra sulungnya, Namjoon, mereka mendatangi setiap ruangan yang berjejer untuk melihat kondisi bayi-bayi kucing itu.

Jackson dan Namjoon memasuki ruangan pertama terlebih dahulu, akan tetapi mereka tidak melihat bayi kucing mereka di brankar. "Lho, di mana Seokjin?"

"Baby? Kamu di mana?" Namjoon menatap sekeliling, sementara ayahnya berjalan masuk dan melihat ke arah kolong brankar.

"Astaga, Seokjin kok tidur di situ?" pekiknya kaget.

Seokjin yang awalnya tidur jadi terbangun karena terkejut, kedua telinga kucingnya sampai berdiri tegak. Namjoon berjalan mendekat, berjongkok di sisi brankar dan melihat ke kolong.

Ternyata benar, kucing bernama Seokjin di sana, meringkuk lucu dengan kedua telinga yang tegak berdiri. Pose waspada yang membuat perut Namjoon terasa keram. "Hei? Ayo keluar, jangan di situ, dingin," bujuk Namjoon sambil meraih lengan Seokjin agar keluar dari sana.

Untungnya Seokjin nurut, manusia setengah kucing itu keluar dari kolong brankar dan menatap Namjoon dengan pandangan penasaran. Kedua matanya sampai membulat besar. Lucu banget, Namjoon sampe gak sadar senyum lebar di depan Seokjin.

"Seokjin tidurnya di ranjang aja, ya? Kalau di bawah kan dingin, nanti masuk angin. Sini, bisa naik ranjangnya gk? Eh, susah ya, yaudah dibantuin."

Badan Seokjin digendong, lalu diletakkan super hati-hati di brankar.

Jackson yang dari tadi melihat interaksi mereka hanya mendengus kecil, "Dia penasaran banget kayaknya, ngeliatinnya sampe gitu."

Namjoon ketawa canggung, agak salah tingkah karena serius-- Seokjin terus melihatnya dengan raut penasarannya. "Yah, yang ini aku ambil deh, hehe."

"Ya udah, rawat yang bener. Ayah, mau lihat bayi yang lain dulu. Kamu mau di sini aja?"

"Iya, ini Seokjin kayaknya gak mau aku tinggal."

The MeowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang