17

932 82 109
                                    

"Jadi ... kita tak menginap di Gwacheon?"

RM melirik Eunha di sampingnya yang bertanya namun dengan pandangan yang tertuju pada pemandangan di luar.

"Menurutku tak perlu. Gwacheon dan Seoul itu tak jauh beda," jawabnya lalu lanjut membaca novel science fiction yang sejak tadi bertengger di tangannya.

"Ah tapi aku ingin bertemu ibuku!" protes Jin tiba-tiba.

"Bukankah ibumu sedang di luar negeri, Hyung?"

Itu Jimin yang sejak tadi sibuk bermain game di ponselnya bersama V.

Jin mendengus. "Kau gila? Saat seperti ini pasti eommaku pulang kemari. Mana mungkin dia meninggalkanku sendiri dalam kondisi seperti itu."

Alis V terangkat sebelah. Tak terima dengan pernyataan Jin. "Meninggalkanmu sendiri? Bukankah kita ada bertujuh di sana?"

Jin menatapnya datar. Lalu tangannya melesat dan mendarat di kepala V yang kini meringis dan mengadu pada RM.

"Geunde ... walaupun ibumu pulang, beliau harusnya bukan di Gwacheon kan? Tapi Seoul." J-Hope ikut bicara. Jin pun manggut-manggut membenarkan ucapannya.

Mereka kembali diam. Tak biasanya tapi kini mereka benar-benar diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri.

Eunha melirik mereka, sadar kalau suasananya jadi sedikit canggung. Ia menghela pelan, setiap bicara hal yang menyangkut keluarga mereka selalu seperti ini. Diam dan suasana menjadi canggung. Selalu seperti itu.

Tak mau ambil pusing, ia mengalihkan pandangannya, melongok ke belakang untuk bicara pada Jin. "Kalau begitu kita akan singgah di Seoul dulu untuk melihat keluarga kalian?"

Jin lantas menoleh dengan mata berbinar. "Kau tak keberatan?"

Eunha terkekeh geli. "Keberatan apanya?Santai saja. Tak masalah," balasnya dengan senyum hangat.

***






"A-abeoji?!" RM menutup mulutnya dengan telapak tangan, mencoba menahan tangis sebab tak kuasa melihat ayahnya yang menunduk menahan kantuk di samping kasurnya.

Jungkook memeluk kedua orang tuanya dari belakang sambil terisak. "Eomma! Appa! Hiks Appa ...."

"Appa bogosipeo!" seru V yang juga memeluk ayahnya dari belakang. Ia terkekeh senang tapi juga terisak setelahnya.

"Aku merindukanmu bodoh ... Jimin Bangunlah, akan sampai kapan kau tidur enak-enakan disini? Hah?! Hiks Park Jimin! Bangunlah ... ugh hiks ...." Begitulah gumaman adik Jimin terus-menerus sejak tadi, dengan tangisan yang tertahan menjadi isakan.

Netra Jimin terasa panas. Perlahan buliran air jatuh dari pelupuk matanya. Ia mengusap matanya kasar lalu sepersekon detik setelahnya tangannya melesat ke kepala sang adik.

"Dasar bocah ini! Sudah kubilang panggil aku Hyung!" ucapnya lalu terkekeh geli melihat tampang cengo adiknya yang kebingungan karena merasa kepalanya dipukul tapi tak melihat siapapun di dekatnya. Lalu tangannya mulai mengusap surai pendek sang adik dan memeluknya dari belakang.

"Noona ... eomma ... huk!" Namja itu mengigit bibir bawahnya, matanya sudah memerah dan suatu cairan mulai mengalir dari sana. "M-miga mianhae... Hhh hiks mianhae." Yah kalian bisa menebak itu siapa. Jung Hoseok (ಥ⌣ಥ).

"...." Suga menatap sendu ayah dan ibunya yang tidur di sisi kiri kasurnya. Tersenyum miris melihat raganya yang lemah, dadanya pun mulai sesak dan diam-diam namja itu menangis tanpa suara.

Ghost7Where stories live. Discover now