20

691 73 121
                                    

"Eonnie bogosipeoyo ... hiks jebal!"

Gadis yang dipanggil eonnie itu masih membeku di tempatnya. Netranya masih melotot, pikirannya buyar. Masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Sampai akhirnya ia sadar saat air mata Eunha jatuh di bahunya yang semakin lama menjadi hangat dan lembab.

"Eun ... ha? Se ... sejak kapan kau di sini?" tanya gadis itu sembari melepas pelukan Eunha.

Eunha menunduk, masih menangis sesenggukan. Sementara menunggu adiknya bicara, Eunsu sadar kini mereka jadi pusat perhatian, bahkan beberapa orang memberikan mereka tatapan tajam karena menghalangi jalan. Karena itu di bawanya Eunha ke sisi pantai yang lain dan duduk di salah satu bangku di sana.

"Ya Eunha-ya berhentilah menangis. Hidungmu mulai memerah ...." Eunsu mengambil tisu dalam tasnya dan mengusap pelan pipi basah adiknya itu.

"Huk uh eo ... eonnie aku sangat merindukanmu ... sa ... sangat! Setelah bekerja, aku terus mencarimu di setiap sudut Gochang dan Seoul. Tapi kau menghilang tanpa jejak! hiks kau ... hiks tak tahu betapa tersiksanya aku saat itu kan! Dasar jahat! Meninggalkanku sendirian! Huwaaa HUWAAA!!"

Ctak

Secepat kilat, jari lentik Eunsu terayun bebas ke dahi sang adik. "Jangan teriak, bodoh! Lihat orang-orang menatap kita!"

Eunha yang dijitak hanya melongo dengan tangan yang refleks menutupi dahinya.

"... Hiks."

"Huwaaa ... hu ... HUAAANGG! DASAR WANITA KEJAM!"

Eunsu tersenyum pedih. Sejujurnya ia juga sangat merindukan adiknya.

"Aish ... kau tak berubah sama sekali~ Cha Eunha pabo-ya."

***





"ah eonnie, aku sudah tak tahan lagi! Dimana toiletnya?!"

"Oh? Ahahahhah itu di sana, lurus saja di dekat dapur, pergilah cepat sebelum mengompol~"

Eunha buru-buru ke toilet. Sejujurnya sejak menemukan eonnienya itu, ia sangat shock hingga hampir saja mengompol saat itu juga. Syukurnya ia bisa menahannya, kalau tidak, suasana dramatis tadi mungkin saja akan terganti dengan suasana memalukan.

"Huah ... akhirnya ...."

Selesai dengan panggilan alamnya, ia bercermin sebentar, merapikan anak rambutnya yang kusut juga merapikan pakaiannya yang mulai tak karuan.

Saat asik merapikan diri, tak sengaja ia mendapati sebuah kardus. Aneh memang, untuk apa kardus yang jika terkena air ini akan rusak ditaruh di bawah wastafel? Padahal di ruang tengah tidak begitu sempit untuk menaruh barang-barang seperti ini.

Jika ia pikir lagi, eonnienya itu memang orang yang sembarangan untuk hal seperti ini, yah itu jadi hal wajar untuk Eunha yang mengenal betul tabiat sang kakak.

Tanpa permisi, ia mulai membuka selotip penutup kardus itu, ingin melihat barang yang ada di dalamnya.

"Baju? Oh~ ini terlihat baru dan mahal! wah dasar~ kenapa menaruh barang bagus seperti ini di tempat tak pantas? Harusnya ini di museumkan~."

Kembali ia bangkit dan bercermin, lalu menyampirkan baju itu ke depan tubuh mungilnya, hendak mengetahui apa baju itu muat untuknya atau tidak. "Dasar sembarangan ... jika tak mau memakainya dia bisa memberikannya padaku kan? Hem~"

Di rasa pas jika tubuhnya di balut baju mahal itu, ia pun berniat memintanya pada Eunsu, kakaknya.

"Eonnie~ kenapa kau menaruh baju ini di kamar mandi? Bukan baju kotor kan? Boleh tidak kalau ini untuk--" Tanpa aba-aba Eunsu langsung merampas baju itu dengan ekspresi takut sekaligus cemas. Bersamaan dengan itu, mendadak wajahnya pucat pasi serta tubuhnya mulai bergemetar ketakutan.

Ghost7Where stories live. Discover now