CHAPTER IV

58.8K 10.1K 192
                                    

'Buk

Aku tersenyum puas menatap empat keranjang buah yang ku gerek dengan susah payah menggunakan gerobak kayu berharga mahal hasil jualanku kemarin. Rupanya mengerek gerobak dari hutan sampai kemari cukup melelahkan juga ya untuk tubuh anak kecil sepertiku.

Aku bersandar sejenak pada gerobakku, tanganku kugunakan untuk menyeka peluh keringat yang mengalir deras dari pelipis kepalaku. "Aku bekerja sangat keras dengan tubuh anak kecil seperti ini, kuharap aku dapat segera tumbuh dewasa," gumamku sebelum akhirnya kembali bangkit berdiri dan mulai kembali berjualan di pagi hari yang indah ini.

"Silahkan apelnya! Lima buah apel seharga satu keping logam dan dapatkan gratis satu buah apel!"

Harga yang sama dengan yang kemarin, dan banyak pula pembeli yang datang berbondong-bondong untuk memborong apel lebih banyak lagi, hingga akhirnya empat keranjang apel milikku ini pun ludes habis tak bersisa hanya dalam setengah hari.

"Hei anak kecil, kau sudah mengacaukan rejeki orang lain. Kau telah mencuri pembeliku dan membuat mereka berbondong-bondong mendatangi tempat jualanmu," ucap seorang pria dewasa yang tiba-tiba menendang gerobak jualanku.

Aku mengernyit heran saat melihat tingkah laku tak sopannya itu. "Lalu urusannya dengan gerobakku apa hingga tuan menendangnya, bukankah masalah ingin membeli di mana adalah urusan pembeli, kenapa tuan malah ikut campur kedalamnya."

"Kau lihat daganganku sepi selama dua hari ini gara-gara kau!"

Aku mendengus pelan. "Itu artinya tuan kalah dalam bersaing harga denganku sehingga akhirnya daganganmu tak laku, tuan tak boleh menindas anak kecil hanya karena masalah sepele yang tak tuan pahami dengan benar seperti ini," sahutku kesal.

Pria itu bukannya mundur ia malah tampak semakin marah. Sebenarnya disini yang salah dan kalah adalah dia tapi kenapa aku yang terkena imbasnya sih. "Aku tak mau tahu, kau harus pergi sekarang juga dari tempat ini atau aku hancurkan gerobak dan keranjangmu ini sekarang juga!"

Demi apa usia orang ini berapa hah, masa orang dewasa seperti dia malah mengancam anak kecil yang bahkan berpuluh tahun lebih muda dari usianya. Ah, abaikan saja sopan santun untuk orang seperti ini. "Kau kira aku akan mendengar ucapanmu, kau hancurkan ya aku tinggal beli baru," sahutku.

"Kau berani melawan ya!"

Pria itu mengangkat kakinya, tapi aku terkejut saat arah tendangannya itu bukan kearah gerobakku melainkan tepat kearah diriku, aku secara spontan langsung memejamkan kedua mataku erat-erat. Tanganku ku silangkan di depan kepala untuk melindungi bagian kepalaku sendiri agar tidak tertendang.

Hah, jika aku tokoh utama webtoon atau novel pasti sang pemeran utama pria sudah hadir untuk membelaku. Tapi sayang aku hanya pemeran yang bahkan tak diketahui hidup atau tidaknya, karena itulah saat ini tubuh mungilku bisa sampai di tendang begitu saja oleh pria jahat.

Kehidupan kedua ini ternyata tega sekali kepadaku ya.

=====

"Ouch!" Aku meringis kesakitan saat mencoba untuk membersihkan luka di kaki dan tanganku. Untunglah aku memiliki cukup uang untuk makan dan membeli beberapa obat luka sehingga aku dapat membersihkan lukaku sendiri.

Saat ini diriku sedang bersandar di bawah pohon raksasa di tengah hutan belantara. Aku tak memiliki tempat tinggal, dan selama dua hari ini aku selalu tidur di bawah pohon raksasa ini sambil menunggu Fajar menyingsing.

Manik gelapku melirik kearah sekantung logam yang mungkin masih cukup untuk membeli makan dan obat-obatan selama sehari, aku juga tak merasa bisa memanjat pohon untuk memetik apel dengan kondisi tubuh yang seperti ini, karena itu mungkin malam ini aku akan beristirahat dulu di bandingkan bekerja.

"Hei!"

Apa barusan ada yang sedang memanggilku? Di tengah hutan seperti ini? Belum lagi malam hari! Aku segera menutup wajahku dengan kedua tangan mungilku sambil menundukkan kepala, oh Tuhan meskipun nasibku sial tapi aku tak ingin bertemu hantu!

"Kenapa kau malah menunduk! Ini aku penjual koran yang waktu itu!"

Eh? Pemuda penjual koran baik hati yang waktu itu. Aku segera membalikkan badan dan melirik pria itu dari balik batang pohon raksasa ini. Dapat kulihat tampang indahnya itu yang sedang tersenyum manis, uh andaikan dia lebih tua, mungkin aku akan menjadikan dia salah satu kandidat calon ayah angkat juga.

Sayang dia terlihat hanya beberapa tahun lebih tua dariku.

"Kakak!" teriakku senang sambil bangkit berdiri dan menghampirinya, tapi rasa ngilu di kakiku membuat diriku langsung terjatuh seketika, dan luka yang sudah kubersihkan tadi langsung mengalirkan darah segar lagi.

Dunia ini mengerikan, hiks.

Aku menatap kearah pemuda baik hati tadi dan dapat kulihat raut wajahnya yang bagaikan malaikat itu tiba-tiba malah tampak seperti raut sosok iblis. Pemuda itu menyipitkan matanya dan melangkah perlahan mendekatiku, bibirnya itu bergerak dan berkata, "Siapa yang membuatmu menjadi seperti."

Bulu kudukku berdiri sendiri saat mendengar nada bicaranya itu. Tunggu, apakah dia masih orang yang sama dengan orang yang sedang tersenyum bagai malaikat tadi? Kenapa aku merasa kalau itu orang yang berbeda.

"Bu-bukan siapa-siapa," sahutku tergagap-gagap.

Setelah aku mengucapkan tersebut, senyuman malaikatnya kembali mendominasi dan menggantikan tampang iblisnya itu. "Kau boleh jujur, aku hanya ingin kau bercerita kepadaku mengenai keseharianmu saja, ayo kita saling bertukar cerita."

Entah kenapa aku merasa ada yang aneh saat ini, tapi ya kalau dia mengajakku untuk saling bertukar cerita ya tak apalah. "Kau tahu, aku sudah mulai mencari penghasilan dengan menjual apel di pasar lho!" ucapku.

"Walau baru dua hari tapi aku susah mendapatkan begitu banyak pelanggan, tapi tetap saja ada orang aneh yang iri dan menyalahkan diriku karena mengambil pelanggannya, ya begitulah."

"Ah, begitu rupanya, ternyata penjual apel lainnya toh."

"Eh, kenapa memangnya?"

"Tak apa hanya mengingat-ingat saja."

Hm, tapi kok firasatku buruk ya?

=====

Terima kasih banyak buat kalian yang sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...

Sampai jumpa!


I Choose a Hot Daddy Route [KUBACA]Where stories live. Discover now