CHAPTER VI

56K 9.4K 374
                                    

"Berapa harganya pak?"

Aku menggenggam keranjang kecil berisikan makanan-makanan yang kubeli seadanya untuk makanku dan makan Lean. Hm, tak kusangka kalau logamku ini cukup untuk membeli obat dan makanan buat dua orang.

Ya walaupun hanya cukup untuk makan sekali sih.

Aku tersenyum lebar dan berjalan melewati banyak orang untuk dapat kembali ke lokasi dimana Lean sedang menungguku. Samar-samar telingaku ini dapat mendengar suara ribut di antara lorong-lorong gelap, aku melirik sedikit kearah sumber suara dan menemukan kumpulan pria yang seperti sedang mengerumuni seorang pria bertudung.

Perundungan huh.

Aku mengepalkan tanganku dengan sangat kuat dan berusaha untuk menahan diri agar tak terlibat dengan hal-hal seperti ini, mau bagaimanapun tubuhku ini masihlah anak kecil, jadi kalau sampai aku terlibat maka sudah pasti aku akan kalah. Iya bukan?

ARGH SIALAN!

"HEI KALIAN YANG DI SANA! PERUNDUNGAN ITU TIDAK BAIK LOH!"

Hah, mungkin besok-besok aku harus membawa kain bersamaku untuk menutup erat-erat mulut ini agar tidak asal nyocos aja. Doakan keselamatanku ya...

"Hm, anak kecil sepertimu memang bisa apa?" timpal salah satu pria dari kumpulan orang itu.

Salah satu temannya terkekeh dan menepuk pundakku. "Hei anak kecil, kau pemberani juga ya, bagaimana kalau kau berganti posisi dengan pria aneh ini dan membiarkan kami bermain denganmu?" ucapnya.

Uh, menjijikan.

Aku melirik sekilas kearah sebuah tongkat kayu yang bertengger manis tak jauh dari posisi dimana diriku berdiri saat ini. Salah satu sudut bibirku terangkat dan menunjukkan simpul. "Kakak-kakak sekalian ingin bermain denganku?" ucapku sok polos.

Mereka memasang wajah menjijikkan mereka dan tertawa. "Tentu saja adik manis, kenapa tidak?" sahut salah satu anggota mereka.

Aku tersenyum kemudian berlari mengambil tongkat kayu tersebut. Dengan cepat aku memukul bokong mereka sekuat mungkin hingga membuat mereka berteriak kesakitan. Aduh ketawa dosa tidak ya? Tapi melihat ekspresi kesakitan mereka saat bokongnya di pukul itu memuaskan sekali.

Ah bodoh amat, aku langsung tertawa terbahak-bahak sambil memukuli bokong mereka dengan tongkat kayu yang kugenggam.

"He-Hentikan! Ba-Bagaimana bisa orang dewasa seperti kami malah dilecehkan dengan anak kecil sepertimu!"

Apa? Melecehkan? Seingatku justru merekalah yang baru saja mencoba untuk melecehkan ku bukan? Tapi kenapa sekarang posisinya malah terbalik sih. Tapi bodoh amat mau kalian melaporkan bagaimana pun aku tak takut, karena aku adalah anak kecil jadi tak akan ada yang menimpakan segala kesalahan kepada anak sekecil diriku.

Lagipula tak masuk akal bukan jika muncul berita 'Seorang anak gadis berusia sembilan tahun melecehkan lima pria dewasa dengan cara memukuli bokong mereka' bisa-bisa reputasi kerajaan ini akan menjadi bahan candaan di mata orang-orang.

"Kalian pergi sekarang atau selanjutnya aku akan memukuli bagian..." Aku tak melanjutkan perkataanku, tapi kali ini mataku menatap lama kearah bagian selangkangan mereka dan terkekeh mengerikan.

Sontak kelima pria dewasa itu langsung bergidik ngeri dan menutupi selangkangan mereka. "A-Awas saja kau gadis cilik," ucap salah satu dari mereka sebelum akhirnya kelima pria tersebut lari terbirit-birit sambil memegangi bagian selangkangan.

Aku memasang senyuman bangga atas hasil karyaku itu, kemudian aku kembali berbalik dan menatap pria bertudung hitam tadi. "Apa kau tak apa-apa tuan? Apa mereka melukaimu di suatu bagian?" tanyaku.

Pria itu mengangkat tangannya dan menunjukkan bagian punggung tangannya yang memiliki luka goresan cukup besar. Mataku menyipit seketika saat melihat luka tersebut, apakah mereka menyayat tangan pria ini dengan pisau, kenapa lukanya bisa sedalam ini?

"Tuan sebaiknya kau duduk di sini, biar saya bantu anda membersihkan luka anda," ucapku sopan.

Pria tersebut menuruti ucapanku dengan mengikuti setiap perkataanku. Aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena tudung kepalanya itu tapi sepertinya pria tersebut bukanlah orang jahat mengingat bagaimana ia tidak melawan balik saat di perlakukan seperti tadi.

Aku meraih tangan kanannya dan menatap intens kearah luka gores tersebut. Tak lama setelah melihatnya, aku langsung membuka bungkus obat yang kubeli tadi, ya satu-satunya obat yang mampu kubeli untuk membersihkan lukaku, tapi tampaknya orang ini jauh lebih memerlukannya di bandingkan diriku.

"Kalau sakit katakan saja ya," ucapku.

Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya, meski begitu aku masih tak dapat melihat wajahnya barang sedikitpun. Sudahlah lupakan saja mengenai bagaimana rupanya itu, sekarang aku harus fokus membantu membersihkan lukanya dan menghindari luka tersebut dari infeksi.

"Kau ahli dalam hal ini?" ucap pria itu di sela-sela kegiatanku yang sedang mengolesi lukanya dengan salep.

Aku menengadahkan kepalaku dan menatap kearah pria misterius itu. "Tentu saja, aku sangat ahli di bidang ini!" Untuk anak seumuran diriku tentu saja aku bisa dianggap sebagai sangat ahli, bukan?

Saat ini aku membalut lukanya dan mengikat kain putih tersebut sebaik mungkin sesuai dengan kaidah yang seharusnya. Untung saja aku pernah mempelajari hal ini di sekolah dulunya.

"Hm, kau memang ahli."

Aku mendongak dan menatap kearah pria itu sambil tersenyum. "Tentu saja, bukankah sudah aku katakan kalau aku sangat ahli dalam bidang ini," ucapku sambil tersenyum manis.

Pria tersebut tidak membalas ucapanku dan malah semakin menundukkan kepalanya, ia menghembuskan nafas panjang sebelum kedua tangannya itu bergerak memegang ujung tudung kepalanya itu.

"Lalu..."

Ia membuka tudung kepalanya, dan mendekatkan wajahnya kearahku. Dapat kulihat dengan jelas menggunakan kedua mataku, luka sayatan besar di bagian mata kanannya.

"...dapatkah kau menyembuhkan luka ini?"

=====

Hello kawan-kawan semua, kita berjumpa lagi hanya saja kali ini di lapak lain :v

Apa kabar semua, semoga baik-baik aja deh...

Terima kasih banyak buat kalian yang sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...

Sampai jumpa!

I Choose a Hot Daddy Route [KUBACA]Where stories live. Discover now