Jimin menundukkan wajahnya, menyembunyikannya di antara lipatan kedua tangannya, tidak terhitung sudah berapa kali Jimin menangisi Jungkook hari ini, jangankan hari ini bahkan untuk hari-hari sebelumnya pun Jimin tetap melakukan hal yang sama, mengirimkan pesan pada Jungkook mengucapkan kata maafnya berulang kali namun dari sekian banyaknya usaha yang ia tunjukkan tidak ada satupun yang berhasil merebut perhatian Jungkook, pria itu tidak memberikan respon berarti. Bahkan untuk sekedar membuka pesannya saja rasanya Jungkook tidak berminat.
Sudah seminggu lamanya ia dan Jungkook tidak lagi berkomunikasi, walaupun mereka berada di ruangan yang sama namun entah mengapa rasanya sulit sekali bagi Jimin untuk mengajak Jungkook berbicara.
seringkali Jungkook tidak sengaja menolehkan wajahnya ke arah Jimin yang posisi duduknya berseberangan dengannya saat Yoongi maupun Taehyung memanggil namanya, jika sudah seperti itu maka biasanya hal itu akan di manfaatkan oleh Jimin, baik hanya sekedar untuk menatap wajah pria yang begitu ia rindukan beberapa hari terakhir ini ataupun membalas senyuman Jungkook ketika pria itu tersenyum kearahnya walaupun dalam lubuk hatinya yang paling dalam Jimin tahu senyuman manis Jungkook kini bukan lagi menjadi miliknya.
Jimin mengusap wajahnya, hampir seharian penuh ini ia habiskan untuk menunggu Jungkook di balkon kamarnya, berharap pria kesayangannya itu akan keluar untuknya, Jimin tidak mengharapkan apa-apa bahkan jika pria itu hanya sekedar muncul dan menampakkan batang hidungnya pun rasanya sudah cukup bagi Jimin namun dalam hati Jimin bertanya-tanya apakah hal sesederhana itu masih pantas untuk ia dapatkan atau kah justru sudah tak layak untuk ia peroleh lagi setelah ketulusan hati yang Jungkook tawarkan padanya ia sia-siakan begitu saja hanya karena kebodohannya yang lebih memilih untuk mempercayai orang lain dari pada pria yang sejak kecil sudah ada dan tinggal di dalam hatinya.
Jimin memukul-mukul kepalanya, suara tangisannya tak kunjung mereda bahkan saat sang Ibu masuk ke dalam kamarnya, menarik tubuh mungilnya itu ke dalam pelukan hangatnya . Jimin menggeleng-gelengkan kepalanya begitu ibunya, Baekhyun mulai menodonginya dengan berbagai macam pertanyaan. Bertanya tentang ini dan itu bahkan tak jarang nama Jungkook akan ikut terseret di dalamnya namun dengan segera akan ia bantah, jika masalahnya yang sebelumnya selalu ditangani oleh sang ibu maka biarkanlah kali ini ia yang akan mencari jalan keluarnya.
"sayang, kau yakin tidak apa-apa, bukankah sebelumnya kau baik-baik saja tapi kenapa tiba-tiba kau jadi seperti ini, apakah kau ada masalah di sekolah, mengapa Ibu tidak melihatmu bersama Jungkook akhir-akhir ini. Hubungan kalian baik-baik saja kan?"
Jimin berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan ekspresi wajahnya yang sebenarnya bahkan dengan susah payahnya ia mencoba untuk menyelipkan senyumannya di antara tangisannya, Jimin benci dirinya karena kali ini ia terpaksa berbohong pada Ibunya , tidak mungkinkan ia harus jujur dan mengatakan hal yang sebenarnya.
"tidak Eomma, Chim tidak apa-apa kok. Tadi Chim habis menonton drama , ceritanya sesih sekali makanya Chim menangis. Oh iya tentang Chim dan kookie yang tidak pulang sekolah bersama itu karena Kookie mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, Chim tidak ikut karena Eomma tahu sendiri kan kalau Chim ini anaknya pemalas, tidak ingin ikut kegiatan semacam itu. Membosankan dan lagi kebanyakan kegiatannya harus dilakukan di luar ruangan, Chim tidak mau kalau kulit Chim nanti rusak, Eomma." Jimin mengucapkannya dengan nada imut sambil mempoutkan bibirnya membuat Baekhyun yang melihatnya jadi gemas.
"oh... Begitu yah, Eomma lega mendengarnya. Eomma pikir ada masalah makanya Putra kecil Eomma ini menangis tapi ternyata semuanya baik-baik saja."
Baekhyun memeluk erat tubuh sang anak, menghapus jejak air mata yang tadinya sempat mengalir di kedua pipinya, Jimin tersenyum merasa begitu beruntung karena
bisa memiliki Ibu sebaik dan sepengertian ibunya ini .🐥🐥🐥🐥
Jungkook, Yoongi dan Taehyung sedang duduk santai di kantin sambil menyantai makan siang mereka saat ada segerombolan siswa yang tiba-tiba melintas di depannya, Jungkook mengenali semua siswa yang berada dalam barisan itu namun ada satu siswa lainnya yang berada di barisan paling depan yang tidak ia kenali, wajahnya benar-benar asing dan sama sekali belum pernah ia lihat sebelumnya. Apakah mungkin ia pindahan?
"kau mengenalnya?" Jungkook menyikut lengan Taehyung saat pria itu baru saja akan memasukkan satu sendok nasi ke dalam mulutnya, Taehyung menatap sendu kearah sendok beserta lauk pauknya yang kini terjatuh, berhamburan ke lantai.
"bisakah kau membiarkan aku menyelesaikan makan siangku dulu, lihat! sekarang sendokku jadi kotor, dasar penganggu sekali kau ini." Jungkook hanya bisa menyengir di tempatnya, sementara Yoongi sibuk menertawakan Taehyung, hampir saja ia tersedak jika tidak segera meminum air putihnya, pacar laknat memang untung saja Taehyung masih sayang karena kalau tidak mungkin sudah ia putuskan sejak kemarin- kemarin.
"memangnya apa yang salah, aku kan hanya bertanya padamu!" Jungkook yang tidak terima pun langsung berdiri, bertolak pinggang sambil memelototi Taehyung yang dimana tingkah konyolnya itu diam-diam di awasi oleh Jimin dari kejauhan, Jimin tersenyum kecil saat melihat Jungkook tetap bahagia walaupun kini dirinya sudah tak lagi ada di dalam kehidupan Jungkook, yah dua hari setelah kejadian itu Jungkook datang menemuinya dan sempat mengembalikan beberapa barang pemberiannya semasa mereka masih berpacaran dan setelah itu hanya beberapa kata saja yang Pria itu ucapkan padanya sebelum memutuskan untuk meninggalkannya seorang diri di halte bus dekat sekolahnya.
"Jimin-ah, mari akhiri hubungan kita. Ayo kita putus."
tbc

YOU ARE READING
100% MY TYPE •JIKOOK/KOOKMIN•
Fanfiction"eomma...???" "iya sayang ada apa...???" "apa yang halus kookie lakukan agal tellihat cepelti pahlawan supel...???" ucap jungkook sambil menunjukkan miniatur superhero favoritnya yaitu ironman kepada ibunya. "kookie ingin jadi ironman yah...???". "i...